Kos Sultan 4.0
“Njir, dulu gue bukan anggota cheers tahu,” ujar Kiyoshi memakai kostum Shintarou yang dibawa dari kos-kosan.
“Gue juga kali,” sahut Shouichi. Selesai memasangkan kostum Daiki di tubuhnya.
“Harga diri kita dipertaruhkan demi mereka. Awas kalau nggak menang. Gue tendang tuh satu-satu pantatnya.” Yukio yang berkostum Ryouta menunjuk ke kursi pemain Vorpal Swords.
“Harga diri abdi apalagi, Kang. Pakai kostum Satsuki.” Koutarou menyahut.
Untung gue megang lampu, batin Shougo.
“Sumimasen sumimasen. Bang Yukio berani apa nendang pantatnya Seijuurou? Sumimasen sumimasen.”
“Wah, Riko versi tukang minta maaf!” Shinji menunjuk ceria ke Rio. Cowok berambut cokelat itu auto gelagapan.
“Berani aja. Senior harus lebih galak dari junior.”
“Hilih,” cibir Kobori Kouji. Ia tak tahu sama sekali rencana penghuni Kos Sultan, lantaran penasaran ia mendekat ke manusia-manusia yang familier di matanya.
Omong-omong Kouji tinggal di kos-kosan yang bersebelahan dengan kos Eren dan kawan-kawannya.
“Apaan lo?” Yukio menyahut galak.
“Buset, kang tendang sensian.”
Beberapa penonton memeherhatikan para pemuda berambut warna-warni itu. Merasa aneh. Apa yang mereka lakukan? Begitulah pikiran sebagian besar penonton.
Quarter ketiga berakhir dan memasuki quarter keempat, penentu pemenang pertandingan.
Di ujung lapangan, Nash memantul-mantulkan bola. Setiap pemain dari kedua tim bersiap, menebak ke mana arah Nash akan bergerak ataupun melempar bola.
“Honestly, I'm surprised. I've never seen anyone with those eyes before. Eyes like me.”
Waduh, mulai lagi bacot-bacotan pakai Bahasa Inggris-nya, gue mana ngerti, batin Daiki.
Mata yang sama? batin Shintarou.
Ngaco lu, batin Taiga.
Aku nggak peduli tuh, batin Tetsuya.
Seijuurou menghadang Nash. Pemuda Amerika itu tersenyum meremehkan. “Don't get wrong idea, though they're just the same type. My Belial Eye and yours are on completely different levels,” ujar Nash. Seijuurou bergerak ke mana Nash pergi.
Arti nama mata Seijuurou sendiri adalah Mata Kaisar. Sedang Belial Eye mempunyai arti Mata Iblis Belial.
Belial. Salah satu iblis terkuat. Memiliki derajat dan kekuatan yang lebih tinggi dari kaisar. Tapi, Seijuurou tak takut. Menurutnya, manusia sendiri bisa menumpas iblis dengan kebaikan.
Semua makhluk ciptaan Tuhan adalah fana dan memiliki kekurangan, kendati seorang iblis terkuat sekalipun. Tapi Seijuurou tidak sadar sifatnya sendiri kayak iblis. Hm.
Belial Eye dimiliki seorang manusia biasa bernama Nash Gold Junior, tentu ada kekurangannya.
Dia pikir aku takut? batin Seijuurou. Nash tersenyum remeh, ia membaca pergerakan Seijuurou dan berhasil melewatinya.
Nash berlari ke ring, Taiga melompat. Lompatan tingginya tak berguna, Nash mudah memasukkan bola walaupun Taiga berusaha mencegah. Karena tubuh mereka terlalu dekat, Taiga tidak sengaja menabrak Nash sampai jatuh. Tim Jabberwock diberi kesempatan satu lemparan bebas oleh wasit, menurutnya Taiga sengaja mendorong Nash.
“Tadi Atsushi sekarang Taiga. Jabberwock ada dendam apa sih sama Vorpal Swords?” Tatsuya tak terima kedua adik angkatnya disakiti.
“Giliran tim mereka eh dibilang nggak sengaja, kita malah dituduh sengaja. Gimana sih? Nggak adil sama negara sendiri. Makanya kalau jadi wasit tuh mata jangan katarak,” omel Taiga. Ia terkejut tubuhnya menimpa Nash, untung Nash sama sekali tidak terluka.
“Tenang, Taiga. Kalau kita terlihat marah, mereka tambah semangat memprovokator,” ujar Seijuurou. Taiga menahan kekesalannya. Begitu pemain Vorpal Swords yang lain.
“Ini aneh,” gumam Riko.
“Aneh?” beo Satsuki.
“Tadi Jason sengaja banget ngenain Atsushi. Malah dianggap kecelakaan biasa. Taiga nggak sengaja gitu malah dianggap kecurangan,” jelas Riko.
“Iya. Apa gara-gara mereka negara lain ya? Bisa jadi wasitnya mau cari muka,” balas Satsuki. Ia cemas lagi. Seijuurou belum pernah gagal menahan orang, kegagalannya membuat Satsuki khawatir pertandingan akan dimenangkan Jabberwock.
Jika Seijuurou mulai tumbang, berpengaruh ke anggota lainnya. Pertandingan berjalan tegang, Vorpal Swords belum mencetak skor baru dan Jabberwock terus menyusul. Satsuki menunduk, jari-jarinya bertautan dan bibirnya merapal doa. Ia tahu lelahnya Vorpal Swords latihan setiap malam setelah seharian beraktivitas, Satsuki berharap malam ini keringat dan rasa lelah mereka diganti oleh kemenangan.
“Nggak ... ini nggak bagus.” Riko bergumam lagi.
“Sei ... berjuang,” lirih Kagetora.
“Semangat! Semangat! Sei, berdiri!” seru Kazunari menyemagati Seijuurou yang terjatuh di-Ankle Break Nash.
Hari ini. Dalam sejarah dunia basketnya, Seijuurou dijatuhkan pertama kalinya dengan teknik yang selalu digunakannya untuk mengintimidasi lawan. Bokongnya yang menghantam lapangan sama sekali tidak sakit dan bukan apa-apa dibanding harga dirinya yang merosot ke bawah.
Seijuurou sebelumnya belum pernah dijatuhkan. Rasa marah dan kecewa itu bergerumul, ia tetap terduduk dan mata menatap kosong ke Daiki yang gagal memasukkan bola karena Nash menjatuhkan bola dari tangannya.
“Sei,” panggil Tetsuya. Seijuurou mengangkat kepalanya. Tangan pucat Tetsuya terulur padanya.
“Kamu nggak cocok kayak gini. Semua orang nyemangatin kita lho,” ujar Tetsuya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh tribun penonton.
“BERDIRI, SEI!” sorak Reo, mengenakan kostum karton berbentuk Seijuurou.
“SEMANGAT, SEIJUUROU!” Eto ikut menyoraki.
Seijuurou menerima uluran tangan Tetsuya dan berdiri.
“LANJOT TEROS, VORPAL SWORDS! KITA YAKIN KITA MENANG!” Ootsubo Taisuke dalam kostum Kazunari melanjutkan.
“Wih mantep juga slogannya slur,” ujar Shougo di kursi paling atas tribun, memegang lampu sorot yang menyinari tim pendukung Vorpal Swords.
Tribun paling bawah, empat orang memegang spanduk yang direntangkan di depan tribun. Spanduk itu bergambar seluruh pemain Vorpal Swords, manajer, dan pelatih. Juga tulisan, 'jangan malu kalau terjatuh. Malulah jika tak sanggup berdiri lagi. Walaupun pernah kalah, kali ini kita harus menang'.
“Hm ... kayak kenal quote-nya siapa nanodayo.” Shintarou sedikit menyipitkan mata membaca tulisan di spanduk.
Di belakang pemegang spanduk, manusia berkostum karton warna-warni menggoyang-goyangkan pom-pom dari tali rafia.
“KITA YAKIN KITA MENANG!”
Anjir, harga diri gue, batin Yukio.
“Wih, mereka cosplay jadi kita!” Kazunari menunjuk ke tribun kedua.
“Kostumnya kok burik ya?” celetuk Taiga. Tetsuya meninju perutnya.
“Nggak menghargai.”
“Semuanya mereka cosplay-in, Mbak! Ada yang jadi Pak Kagetora! Satsuki! Mbak Riko! Semuanya ada!” tunjuk Satsuki tersenyum haru menunjuk tribun kedua.
“Iya. Jadi terharu nih. Huaaaa.” Riko memeluk tubuh Satsuki, cewek berambut merah muda itu membalas pelukannya dan tertawa kecil. Mengusap air mata haru di sudut mata.
Kagetora tersenyum. Ia diakui sebagai bagian Vorpal Swords. Entah posisi mereka sebagai tim inti, tim cadangan, pelatih, ataupun manejer mereka semua sama.
Sama-sama bagian Vorpal Swords.
“Pantesan mereka ngilang tadi,” ujar Kousuke terkekeh.
“Ternyata mereka lagi nyiapin kejutan,” sambung Kagetora.
Jabberwock menertawakan Vorpal Swords, menganggap dukungan-dukungan yang diberi Kos Sultan tak ada gunanya. Nash yakin timnya menang lagi.
Tribun ketiga juga ada tujuh orang yang memegang dua boneka mini berbentuk semua anggota Vorpal Swords setiap orang.
Kecuali Hanamiya Makoto yang memegang satu boneka, yaitu boneka Seijuurou. Satu lagi tangannya memegang kipas, mendinginkan tubuh sendiri. Ditambah dua orang meniup semangat terompet tahun baru di sisi kanan-kiri tim pemegang boneka.
Penonton-penonton fokus ke tim pendukung. Ada yang tertawa kecil dan memuji ide kreatif mereka.
“Lebih semangat lagi, Vorpal Swords!” seru Historia, penghuni kos sebelah Kos Sultan.
“Yoi! Biar bisa traktir kita ntar!” sambung Jean di sebelahnya.
“Malah nungguin traktiran. Gimana sih?” Historia menepuk punggung Jean. Pemuda itu langsung mengaduh. Penonton-penonton lain ikut bersorak menyemangati, stadion riuh. Pertandingan terjeda sementara.
Jabberwock risi. Terganggu dengan dukungan yang menggema ditujukan untuk satu tim. Nash berusaha tenang. Tanpa dukungan pun ia belum menyerah dan tetap bertujuan mengalahkan Vorpal Swords habis-habisan.
“TERIMA KASIH, BUCIN-BUCINKU!” Kazunari mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi ke atas. Daiki melayangkan flying kiss.
“THANK YOU! I LOP YU TRI TAUSEN MUAH MUAH!” Taiga ikut bersorak berterima kasih. Shintarou tersenyum tipis. Mereka belum kalah. Ratusan orang mendukung. Ini lebih cukup untuk membesarkan nyala api semangat.
Pertandingan dilanjutkan.
Semua pemain di lapangan menyambut ceria seruan penuh semangat itu.
Kecuali Seijuurou.
Pemuda itu tertunduk. Malu. Ia malu terjatuh di depan orang ramai, harga dirinya belum pernah terkikis sejauh ini. Ia benci dilihat saat jatuh, persetan semua orang mendukungnya, Seijuurou ingin melempar guntingnya ke jantung semua orang. Biar semuanya mati, kenangannya jatuh hari ini takkan abadi.
Apa kesalahannya? Mengapa Nash mudah sekali menjatuhkannya? Seijuurou berusaha dan berlatih untuk menambah kesempurnaan tekniknya. Dalam satu detik, muncul kesempurnaan yang lebih tinggi darinya. Apa usahanya kurang? Tidak. Usahanya sempurna.
Ketidaksempurnaan.
Ya. Tekniknya yang dibanggakannya selama ini tidak sempurna. Sesuatu yang Seijuurou takutkan sejak dulu terealisasikan hari ini. Berulang kali Nash berhasil melalui dirinya, dengan mudah menerobos pertahanan Vorpal Swords. Tanpa adanya Atsushi, Vorpal Swords cukup kerepotan menangani Nash. Pemuda pirang itulah satu-satunya pemain Jabberwock yang gencar menaikkan poin hingga melampaui Vorpal Swords.
“Ryou-chin, gue masih pengen rebahan tahu,” rengek Atsushi, dirinya diseret Ryouta dari ruang kesehatan. Mereka menempati dua kursi kosong. Junpei menyusul dan duduk di sebelah Atsushi, membawakan kotak camilannya.
Tangan kanan Atsushi merebut kotak dan memangkunya. “Cih, padahal enak ngemil sambil rebahan,” gerutunya.
“Bagi-bagi woi. Udah capek gue bawain kotak lo.”
“Ogah.”
“Anjir, gak ada akhlak.” Junpei dan Atsushi rebutan kotak.
“Seijuurou-cchi....” Junpei dan Atsushi berhenti berebutan.
Atsushi yang tadinya ogah-ogahan kembali ke lapangan, mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Seijuurou yang sedikit berubah. Nash mudah mengalahkannya. Setahu Atsushi, Seijuurou belum pernah dikalahkan siapapun. Penjagaannya pun ketat, selama ini belum ada yang melewatinya.
Apa yang dilihat Atsushi sekarang seakan mimpi. Nash melewati Seijuurou? Ini di luar pikiran Atsushi.
“Lho, Sei?” Junpei sama bingungnya.
“Dia cepat banget anjay,” umpat Daiki. Satu persatu pemain VS dilewati Nash dengan mulus. Taiga ataupun Daiki tidak bisa memblok bolanya.
“Sei, kita harus gimana?” tanya Tetsuya.
Seijuurou mendiamkan Tetsuya, ia menghalangi Nash. Api kemarahannya berkobar. Nash seakan menginjak-injak harga dirinya. Seijuurou belum mau kalah, siapapun yang akan mengalahkankannya harus dihentikan. Takkan ia biarkan Nash lolos lagi. Ke mana Nash pergi, secepat apapun pergerakannya, Seijuurou terus mengikutinya.
“Serasa lapangan milik mereka berdua,” celetuk Daiki.
“Hus, diem. Kayaknya Seijuurou mulai capek ngikutin Nash yang gerakannya cepat banget,” tegur Tetsuya di sebelahnya. Jason yang menghadang Daiki tak menyadari keberadaannya.
Menit-menit terus berjalan tanpa ada lagi tim yang mencetak poin. Seijuurou memaksakan dirinya bergerak cepat mengimbangi Nash dan menghalangi bola masuk ke ring. Begitu pula Nash yang tak mengizinkan Seijuurou mengejar ketertinggalan poinnya. Para pemain lainnya bingung, kedua kapten sibuk bersaing satu sama lain. Shintarou yang berada di sudut lapangan bebas dari penjagaan siapa-siapa, ia melirik papan skor.
Jabberwock 91 dan Vorpal Swords 80. Mereka tertinggal jauh. Sisa pertandingan tinggal tiga menit lagi. Apa oha-asa berbohong cancer berada di peringkat pertama keberuntungan?
Bersambung...
Gaes, jadi gini...
Btw tolong koreksi kalau ada yang salah bahasa Inggris sama bahasa Sunda-nya. Terus ingetin kalau ada typo.
Eh bukan itu yang mau aku omongin...
Sebenarnya...
Aku sedikit nge-ship Jean sama Historia. Awokawok.//kabur
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro