Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kos Sultan 3.8

“Mas Junpei, numpang nongkrong yak!” seru Eren ke lantai dua Kos Sultan.

“Iya!” sahut Reiner. Berpura-pura menjadi Junpei.

“Noh, udah dijawab. Kuy naik,” ajak Eren ke Reiner, Jean, Hide, dan Ken.

Kelima pemuda itu memanjati pohon mangga dan duduk di masing-masing batang pohon. Eren bersandar di tubuh pohon dan menyalakan ponselnya. Sinar terang dari ponselnya menerangi pohon mangga yang daunnya rimbun, lebat buahnya serta bunganya.

“Wi-Fi di sini kenceng ye 'kan cuk,” ujar Jean mematikan paket data dan memakai Wi-Fi anak-anak Kos Sultan.

“Emanglah,” timpal Reiner.

“Lu buku mulu deh, Ken,” celetuk Eren ke Ken yang sedang asyik membaca buku. Di kepalanya bertengger bando berlampu menyinari novel yang ia bawa.

“Iya. Novel Tere Liye bagus-bagus,” balas Ken tertawa canggung memangku novel oranye yang berjudul Komet itu.

“Kalian berdua temenan kok lu nggak ikutan demen baca buku, Hid?” tanya Jean login ke game-nya.

Guys, sekarang global warming. Banyak pohon ditebang buat bikin buku. Jadi, supaya nggak banyak lagi pohon ditebang, kita harus cari alternatif lain selain buku,” jelas Hide.

“Panutankyu,” susul Reiner.

“Bilang aja lu ngeles. Selagi kita rajin mereboisasi pohon-pohon, bukan masalah yang besar milyaran buku diterbitkan setiap tahunnya. Lagian kebanyakan pohon-pohon ditebang sembarangan tanpa reboisasi untuk bikin gedung pabrik dan perumahan, bukan untuk bikin buku,” balas Ken yang masih fokus ke novelnya.

“Mampussss,” ledek Jean, Eren, dan Reiner kompak.

“Ih, Ken. Bukannya belain malah ngejek...,” rengek Hide.

Hide kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan Ken.

Ken itu dulunya sering lomba debat, dia anaknya juga kutubuku. Pasti otaknya kaya dengan kosakata tingkatan atas. Hide yang dulunya hobi tidur di kelas mana bisa debat sama Ken. Untung saja Ken masih menggunakan kosakata ringan setiap berbicara dengannya.

Kalau tidak mampuslah otak Hide mencerna kata-katanya.

Pohon mangga itu disinari layar ponsel Eren, Jean, Reiner, dan Hide. Tak hanya itu, lampu di kepala Ken juga turut melenyapkan kegelapan di pohon. Eren, Jean, Reiner, dan Hide tak hanya bermain game, mereka juga sibuk ghibahin orang.

Ken cuma angguk-angguk sambil senyum.

Sabodo sama yang mereka bicarakan.

“Woi, ngapain lu pada?” tanya Eto dari luar pagar.

“Berbuat mesum. Ikut nggak lo?” jawab Jean. Eren sudah heboh sendiri menyoraki teman-temannya fokus ke musuh di dalam game. Ia sampai berguling-guling di batang pohon, untung saja pemuda berjiwa bocah itu tidak jatuh ke tanah.

“Ihihi. Gue rapi gini mau lihat my baby Seijuurou tanding sama Jabberwock,” balas Eto yang sudah rapi. Ia memakai kemeja yang dipadukan dengan blezer dan celana kulot yang menutupi seluruh bagian kakinya. Di bahunya juga tersampir tali tas merahnya.

“Lo harus bangun, To. Cowok macem Seijuurou pasti udah ditunangkan sama cewek pilihan keluarganya mah...,”--Hide berpikir seperti ada yang ia lewatkan--"LAH VORPAL SWORDS TANDING HARI INI?"

“Iya, gue pergi dulu ya. Udah masuk half quarter kedua, telat banget gue hadooooh. Gara-gara kelelahan ngerjain deadline jadinya kebablasan tidur,” omel Eto pada dirinya, ia jadi menghentak-hentakkan heels sepuluh sentinya ke aspal. Ojek online yang ia pesan sudah tiba, ia duduk di jok belakang dan memakai helm.

Bye bye!” Eto melambai riang.

Kelima pemuda itu jatuh dari pohon saking terkejutnya. Pantas saja tidak ada suara teriakan Taiga, rengekan Ryouta, omelan Shintarou, ejekan Kazunari, atau teguran Junpei.

“Ada apa ribut-ribut?” tanya Reo, ia keluar dengan handuk membungkus kepalanya.

“Kita telat nonton Vorpal Swords tanding. Pergi dulu, Teh!” pamit Eren menyusul keempat temannya yang sudah pergi ke kos masing-masing. Mereka dibuat penasaran oleh hasil pertandingan Vorpal Swords. Entah siapa yang akan menang.

“Woi, kita udah telat banget! Lama amat rebahannya!” hardik Shuuzou ke teman-temannya yang bersantai di ruang keluarga.

“Yeu ... santuy.”

Terburu-buru, Shuuzou dan kawan-kawannya tidak bertanya lebih jauh pertandingan sudah sampai mana. Mereka mengunci pintu kos dan gerbang, lalu langsung capcus ke stadion.

“Eh anying banget nih kunci motor. Waktu gue cari nggak ada, waktu orang yang cari malah ada, kampret emang,” umpat Jean melempar semua koleksi boksernya keluar dari lemari. Marco tersenyum menatap kebodohan Jean.

Sudah jelas barang yang dicari ada di saku celananya. Terlihat kilatan besi kunci motor yang tersinari lampu kamar.

“Jean, coba periksa saku celana lu,” suruh Marco.

Jean meraba cepat saku celananya dan menemukan sebuah kunci. “Co, gue ketemu! Kuy kita capcus! Ntar kalau Vorpal Swords menang, kita bisa jadi orang pertama minta traktir!” seru Jean bersemangat menarik tangan Marco.

“Gue nebeng bareng lu berdua ya, kunci motor gue dimakan Atsushi. Makanya mau minta nanti,” ujar Eren yang dilewati Jean dan Marco.

“Udah, cepat aja!” Jean menghidupkan mesin motor. Memanaskan sebentar mesin motor, Jean menarik kuat gas dan keluar dari halaman kos. Eren yang berada di jok belakang memeluk Marco erat supaya tidak terbang karena Jean sungguh-sungguh mengebut.

Sudahlah tidak pakai helm, bonceng tiga, ngebut pula lagi. Sudah memenuhi syarat untuk ditilang pakpol temannya si Otong.

Dasar jamet kuproy.

“Jean ngebut gitu kenapa ya?” tanya Juuzou, menghindari motor Jean yang melaju dengan kecepatan 140 km/jam. Saingan Valentino Rossi nih.

“Nggak tahu. Kos-kosan sebelah sepi ya,” jawab Sasha.

“Atsushi mana? Sekarang 'kan jadwal kita jalan-jalan.” Connie memeriksa ponselnya berulang kali, menunggu jawaban dari Atsushi.

Titan Janda
Maaf, ini Satsuki

Titan Janda
Vorpal Swords sekarang lagi tanding, nggak bisa diganggu

“Sha, ambil kotak momogi sama poster di kamar gue! Cepat!” suruh Connie panik.

“Emangnya ada apa, Con?” Juuzou sedikit mengintip ke ponsel Connie.

Connie stay di motornya, begitu pula Juuzou. Sasha membawa sekotak momogi rasa jagung bakar beserta segulung poster dan duduk di jok paling belakang. Sama seperti Jean dan teman-temannya, Connie juga bonceng tiga dengan snack buddies-nya.

Tiba di stadion olahraga, ketiga orang itu mencari kursi di paling depan. Banyaknya orang yang pergi ngapel barang pacar, stadion tidak terlalu ramai. Tetapi, jumlah yang menonton tetap lebih dari 100.

Skor Jabberwock dan Vorpal Swords seimbang di angka 59.

“Hebat banget mereka ya,” ucap Sasha mendaratkan bokong di atas kursi, ia mengeluarkan roti keju buatan Junpei dari saku roknya dan merobek ujung plastik.

Seingatnya dulu di half quarter kedua, tim basket kebanggaan Kompleks Beringin itu tertinggal jauh Jabberwock. Hebatnya mereka mampu menyeimbangi Jabberwock di pertandingan hari ini.

“Iya. Mudah-mudahan mereka bisa menang,” sambung Connie, matanya mengarah ke lapangan sedang tangannya merobek kecil roti yang sudah dibuka plastiknya oleh Sasha.

Di lapangan, situasi mulai panas.

“Cih, gue nggak nyangka kita bakal kerjasama gini. Nggak cukup apa kita latihan bareng doang?” omel Daiki memutar-mutar lengannya guna merilekskan otot lengan.

“Kadang takdir selucu itu, Daiki-cchi,” balas Ryouta juga pemanasan.

Riko mengawasi keadaan lapangan dengan serius, ia berharap strategi mereka berhasil. Satsuki memejamkan mata dan mengatupkan kedua tangan, meminta keberhasilan mereka di pertandingan hari ini.

Jason Silver dalam posisi berjaga, bersiap menghadang kedua pemuda yang bertinggi hampir sama itu.

“Yu win is no, bren muskel man!” tunjuk Daiki ke Jason dengan bahasa Inggris-nya yang belepotan.

“Wi ar win! Ayem perpek kopi man!” sambung Ryouta.

Jason terheran, tidak mengerti apa yang dikatakan kedua pemuda itu. Atsushi yang mendengar perkataan Ryouta jadi membayangkan sepiring ayam geprek pedas beserta segelas kopi susu melayang di depan wajahnya.

Atsushi jadi salpok dan ngiler.

Yes! Ayem zon man!”

Now, start for the match!” seru Daiki dan Ryouta menempelkan kedua pipi mereka bersamaan.

Seijuurou di tempat mengurut dadanya. Setelah ini tolong jangan ada yang membiarkan Daiki dan Ryouta berbicara bahasa Inggris.

“Mereka ngapain sih?” keluh Riko menepuk dahi. Ingatkan dirinya untuk mementung kepala kedua pemuda itu. Bodo amat mereka adalah KiseDai. Namanya manusia malu-maluin harus dihukum.

“Cepetan woi,” desis Taiga di sisi lapangan yang lain.

Daiki dan Ryouta berlari dalam ritme yang sama. Cara melangkah dan menggerakkan tangan mereka sama. Kedua pemuda itu menghalangi gerakan Jason yang menguasai bola menuju ring.

Gerakan Daiki dan Ryouta seirama, seakan mereka punya hati dan pikiran yang sama. Ke mana Daiki melangkah, ke situ jugalah kaki Ryouta melangkah. Ia mengikuti pergerakan dan kaki Daiki.

Seakan ada dua Daiki di lapangan.

Daiki sekali lagi berhasil menghalangi Jason. Kaget, Jason terdiam dan tak sadar di belakangnya Ryouta masih berjaga dan merebut bola. Ryouta dengan mudah melewati pemain Jabberwock yang lain menggunakan Uncle Break.

Eh, Ankle Break maksudnya.

Ryouta dinobatkan sebagai pemain terkuat karena Perfect Copy-nya. Ia bahkan melebihi batasnya yang hanya bisa meniru gerakan pemain lain selama tujuh menit dari quarter pertama hingga terakhir.

Pertarungan kembali sengit.

Nash menggeram melihat Ryouta yang berkali-kali lipat mengungguli Jabberwock. Di saat akan mencetak dunk, pemuda bersurai kuning itu gagal melompat. Kakinya sudah tak mampu digerakkan.

Daiki menggantikan Ryouta mencetak dunk. Peluit pertanda time out dibunyikan.

“Ryouta, lo nggak usah maksain diri lagi,” ujar Daiki berjongkok.

“Iya. Tolong berjuang untuk gue, ya.” Ryouta tersenyum dan menerima lengan Daiki untuk dipapah ke bangku cadangan. Tubuhnya bergetar, terutama kakinya. Ia sudah benar-benar melewati batasnya.

“Lurusin kaki lo,” suruh Riko. Ryouta menurut, pemain cadangan yang lain bergeser tempat duduk sehingga ada ruang untuk Ryouta memanjangkan kedua kakinya.

Riko mengeluarkan minyak urut dari dalam dompet kecilnya, ia membalur kedua kaki Ryouta dengan minyak urut dan memijatnya. Memang baunya menyengat, tapi setidaknya pegal yang dirasakan Ryouta berkurang.

“Semangat, Mas Tetsu,” bisik Satsuki ke Tetsuya yang memasang gelang kainnya memasuki lapangan.

Tetsuya mendengar bisikan Satsuki, ia menoleh dan tersenyum tipis.

“Ekhem.” Batuk dan tatapan nakal dari Ryouta ditujukan ke Satsuki.

Riko mengeraskan pijatannya ketika Satsuki salah tingkah karena keusilan Ryouta barusan.

Bersambung...
Oh iya, aku mau ngomong ini udah lama banget.

Aku bikin spin-off Kos Sultan. Cek di akun republik_anu69. Book Corona Project dan chapter Eren Jaeger. Fun fact, aku ngambil latar waktu Kos Sultan sesudah pandemi corona berakhir. Jadi, spin off-nya menceritakan kejadian selama corona. Tokoh utamanya Eren.

Dan... aku nemu lagi nih opening KuroBasu pakai lagu Kimi ja Nakya dame Mitai.

Free x KuroBasu.

Btw ff ini bukan yaoi apalagi shounen-ai ya. Emang setiap karakter tuh lengket banget. Bukan berarti mereka punya rasa. Aku liat di rl biasa aja kok cowok sama cowok dekat gitu. Ff ini murni persahabatan ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro