Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kos Sultan 2.5

Hari pertandingan Jabberwock dan KiseDai bertepatan dengan pertandingan bola basket SMP se-Kota Julikarta. Pertandingan terakhir adalah pertandingan yang menentukan nama negara. Di kos, KiseDai sudah berkumpul dan mendengar arahan Shintarou selaku pemimpin mereka sekarang.

“Bayar gue double ya, Shin-chan!” tagih Kazunari memeriksa keadaan gerobaknya sekali lagi, entah itu rantai, bolongan di gerobak, atau lain-lain pokoknya.

“Tenang aja nanodayo,” ucap Shintarou mengangkut lucky item-nya ke atas gerobak.

"Buset, menuh-menuhin tempat aja lucky item lo," omel Taiga.

Terpaksalah mereka bersempit-sempitan di atas gerobak karena lucky item Shintarou hari ini adalah kompor minyak tanah. Saking sempitnya terpaksa Tetsuya dipangku Taiga. Daiki ogah memangku bayangannya karena ingin fokus membaca majalah Mai-chan.

Masalahnya satu, Nigou juga ikut duduk di pangkuan Tetsuya. Membuat Taiga kena serangan panik dan mengguncang gerobak, alhasil Kazunari yang kesusahan mengayuh pedal, disusahkan kembali oleh gerobak yang oleng.

“Tuker posisi aja sana! Biar Tetsuya dipangku Atsushi,” suruh Kazunari. Pasrah saja, Tetsuya dipangku Atsushi yang duduk di paling ujung gerobak, berhadapan dengan Shintarou.

“Gue bawa kompor ini supaya kita menang nanodayo. Si Jason Silver zodiaknya 'kan Scorpio, dan hari ini Scorpio berada di posisi paling atas nodayo,” jelas Shintarou. Darimana Shintarou tahu zodiak si Jason? Tentunya tahu dari Satsuki yang mungkin reinkarnasi dari seorang intelijen negara.

“Lo masih aja yang percaya begituan, Shintarou,” tukas Daiki membalik majalahnya.

“Gue dengerin oha-asa supaya beruntung nanodayo,” bela Shintarou.

“Serah dah.”

“Cemungut ya, abang-abang!” seru Satsuki tersenyum dan mengepalkan tangannya ke atas. Ia bersama Eto memakai motor Keyzi untuk berangkat ke tempat pertandingan.

Wajah ketujuh pemuda itu masam, enak banget dua gadis itu naik motor dan mereka harus bersempit-sempitan di atas gerobak. Memasuki jalan besar, orang-orang yang melihat mereka langsung bisik-bisik.

“Cih, enak aja bilangin gue homo. Minta diancurin banget,” misuh Atsushi.

Kazunari ngos-ngosan dan wajahnya tidak terdefinisikan lagi, peluh membanjiri kulitnya dan membasahi kaus yang ia pakai. Demi sang sahabat, Kazunari rela melakukan apa saja.

“Halo, guys. Gimana muka aku sekarang? Udah glowing 'kan ssu? Aku tadi pakai pelembab lho. Soalnya mau tanding basket nich, lawanku dari Amerika. Doakan aku ya guys supaya menang dan Daiki-cchi nggak norak ketemu bule ssu. Nanti aku kasih tahu paka skincare apa aja hari ini....”

Ryouta tersenyum ceria dan melambaikan tangan ke kamera ponsel, dirinya disinari cahaya matahari jadi tambah silau.

“Eh buset, malah gue yang kena, Kuning.” Majalah Mai-chan yang sudah digulung, dipukulkan oleh Daiki ke kepala kuning Ryouta yang melakukan live streaming di Instagram.

“Maaf ya, teman-teman. Daiki-cchi suka marah-marah gitu, jadi takut dech ssu. Maklum deh kurang belaian. Item gitu mana ada cewek yang mau.”

Alay banget lu, Kuning. Udah gitu rasis pula lagi.

Tiba di gelanggang olahraga, Kazunari tepar dalam keadaan kakinya yang kram. Ia istirahat di salah satu warung terdekat, menyuruh teman-temannya masuk dan ia akan menyusul nanti.

“Tumben fans-fans lo nggak nyerbu, Ryou,” tukas Daiki. Memandang keadaan sekeliling.

Biasanya di tengah-tengah keramaian banyak serigala-serigala betina lapar yang mengincar Ryouta. Beruntung sekali di acara kondangan dulu tidak ada yang menyadari kedatangan si model muda. Begitu pula sekarang, tidak ada perempuan yang mendekat.

“Mungkin mereka istirahat ssu.”

Ryouta masih sibuk upload foto ke Instagram. Butuh disodorkan webtoon Killstagram nih supaya insyaf.

KiseDai melakukan pemanasan sebentar di bangku pemain, Shintarou kembali memberi arahan. Teman-temannya banyak yang pikun, apalagi si kembar Taiga dan Daiki.

Di bangku seberang, Jabberwock menertawakan tatapan penuh semangat yang dipancarkan KiseDai dan kompor yang dibawa Shintarou.

Tanpa Seijuurou mereka masih mampu bertanding. Mereka akan membuktikan bahwa KiseDai bukan anak ayam yang harus selalu disapih induknya.

Biarkan sang kapten menonton pertandingan mereka sampai akhir dengan senyuman. Beberapa penghuni Kos Sultan dan kos-kos lain menonton pertandingan terakhir, mengisi bangku-bangku kosong di tribun.

Dua stasiun televisi nasional meliput pertandingan. Sebelum dimulai, layar bergerak di atas lapangan memperkenalkan nama-nama anggota tim yang bertanding dan komentator membawakan acara menggunakan bahasa Inggris. Beruntung komentator yang dipilih pernah setahun di Amerika, bahasa Inggris-nya lancar tanpa hambatan.

Let's start the match! Tip off!

***

Half quarter pertama berhasil dilewati dengan lancar dan keberuntungan saat ini berpihak pada KiseDai. Selisih poin mereka dengan lawan sangat tipis. Unggul satu poin saja sudah membuat mereka lega.

Jabberwock benar-benar tim yang kuat dan cocok disamakan dengan NBA. Pertahanan, kelincahan, dan kecepatan mereka dalam bermain membuat pertandingan menjadi tidak seimbang. Untung lawan Jabberwock sekarang adalah KiseDai, satu-satunya lawan dari Indonesia yang pantas untuk mereka.

Pemain-pemain yang lebih unggul dari tim nasional negara itu sendiri.

Sepuluh menit jeda digunakan KiseDai untuk beristirahat, tubuh benar-benar lelah dan napas pendek-pendek.

“Baru kali ini aku liat kalian bertanding secapek ini,” bisik Satsuki pada dirinya sembari membagikan botol-botol air mineral.

Eto di bangku penonton menggigit bibir, ia menunduk dan memejamkan mata. Memanjatkan doa demi kemenangan yang dikejar teman-temannya.

“Lawan kita benar-benar kuat dan level mereka jauh banget di atas kita. Makasih, Satsuki,” ucap Tetsuya menerima botol yang dibagikan Satsuki.

Selama pertandingan, mereka sering berganti-ganti formasi disebabkan menghemat energi para pemain yang mulai terkuras di awal waktu.

“Sebelumnya lawan kita nggak sekuat ini. Itulah yang bikin gue senang, akhirnya ketemu lawan yang bikin gue nggak nahan diri. Level Jabberwock sejajar kok sama kita, Tetsu,” tukas Daiki menghabiskan tiga perempat isi botolnya.

“Kalau ada Sei-chin ada di sini kita nggak perlu takut. Dia 'kan absolut, kemenangan ada di tangannya,” celetuk Atsushi.

“Haha. Bener tuh.” Daiki menimpali dengan kekehan.

“Tapi Shintarou juga bisa bikin kita menang, soalnya dia bawa jimat,” sambung Taiga. Shintarou tak membalas dan melihat kesenangan teman-temannya sekilas.

“Kalian ajaib lho bisa mengungguli Jabberwock. Mas Seijuurou pasti bangga melihat kalian yang dapat bertanding tanpa dia di sini,” puji Satsuki membagi-bagi handuk kecil ke para pemain.

“Terima kasih, Satsuki-cchi!”

Sesuai namanya. KiseDai atau disebut Generasi Keajaiban sekumpulan orang-orang ajaib yang mempunyai kelebihan fisik dan kemampuan bermain basket di atas rata-rata. Jabberwock dan KiseDai adalah lawan yang sepadan bagi satu sama lain.

Shintarou berada di bangku pemain paling ujung, tidak menyahuti atau menegur teman-temannya yang mulai ribut lagi. Ryouta dan Daiki saling melempar handuk basah.

Firasat pemuda lumut itu buruk. Ia mengamati lawan lebih jauh, mereka seakan sengaja memberi kelonggaran pada KiseDai di awal permainan. Faktanya, Jabberwock berada di level atas mereka, bukan sejajar. Sesuai pendapat Tetsuya.

Menenangkan dirinya, Shintarou tidak ingin Seijuurou kecewa karena menunjuk Shintarou sebagai wakil kapten KiseDai. Ia harus optimis dan percaya pada takdir.

“Shintarou, kamu kenapa?” Tetsuya memisahkan diri dari kericuhan teman-temannya, duduk di sebelah Shintarou yang menyendiri.

Shintarou terbiasa bersikap tenang dan berwajah kalem. Sekarang sikapnya masih tenang, bedanya mata Shintarou menunjukkan ketakutan pada sesuatu.

“Nggak ada...,”--Shintarou berhenti sebentar--“kira-kira bisa nggak ya kita menang?”

“Bisa kok.” Tetsuya tersenyum kecil supaya Shintarou tidak perlu merasa cemas.

Shintarou selalu berpikir dan memperkirakan yang akibat yang akan terjadi karena tindakannya sendiri.

Pertandingan dimulai kembali. Jabberwock semakin beringas. Membuat KiseDai mencadangkan Ryouta untuk turun di akhir-akhir pertandingan. Mereka memakai formasi pertahanan. Dengan dua Power Forward, satu Small Forward, satu Shooting Guard, dan satu Center.

Keempat temannya selalu membobol pertahanan lawan, Atsushi menjaga ring tim mereka. Jason Silver—lawannya sesama Center—memiliki tubuh yang lebih besar dan berat darinya. Atsushi sampai membutuhkan pertolongan Taiga menghalau lawan yang mau menghancurkan pertahanan.

Shintarou lebih banyak menyerang karena tembakan tiga poinnya yang bisa dari mana saja dan tidak bisa diblok. Tetsuya dan Daiki saling mem-pass bola, menembus pertahanan lebih dalam. Pertandingan lebih sengit.

***

“Menyenangkan sekali bermain catur denganmu, Nak Seijuurou.”

“Terima kasih, Pak.”

Di balkon hotel tempat dirinya menginap, Seijuurou mengarahkan tatapannya ke lautan yang bersinar jernih dipantulkan cahaya matahari.

Silau sekali. Apa sekarang laut bertransformasi menjadi kaca bening?

Pantat Seijuurou gatal ingin berdiri dan duduk manis di depan televisi, menyaksikan perjuangan teman-temannya dan memberi semangat dari sini.

Rekan ayahandanya masih ingin terus menahannya. Meeting selesai dari tiga jam yang lalu dan ia terus diganggu. Seijuurou diajak main catur, jalan-jalan di pantai, atau bersepeda. Sungguh kegiatan yang tidak penting bagi Seijuurou sekarang.

Ingin menolak, ia takut rekan ayahandanya marah dan memutuskan hubungan persahabatan perusahaan mereka, lalu bermusuhan dan ada drama saling menjatuhkan. Seijuurou tidak mau direpotkan nantinya oleh orang yang ingin menjatuhkan perusahannya.

Bukan karena keabsolutannya berkurang, Seijuurou bisa saja mengatasi semua masalah perusahaan. Namun, dia masih ingin menikmati masa mudanya.

“Saya kembali dulu ke kamar. Kerja yang rajin supaya sukses seperti ayahandamu,” pamit pria berusia setengah abad itu dan keluar dari kamar Seijuurou.

“Ck. Dari tadi kek,” umpat Seijuurou pelan tanpa membalas senyuman pria itu. Hatinya sedang badmood dan malas diajak bersopan santun.

Pemuda berambut merah itu tahu sang direktur perusahaan Veronica ingin menjodohkan putri tunggalnya dengan Seijuurou. Maaf saja, Seijuurou masih ingin menikmati masa mudanya di antara sibuknya bekerja. Menutup pintu kaca yang menghubungkan kamar dan balkon, Seijuurou menyalakan pendingin ruangan juga televisi.

Duduk di atas sofa tunggal empuk, Seijuurou menikmati teh yang ia seduh. Mencari siaran yang menampilkan pertandingan KiseDai, ia dikecewakan oleh pertandingan yang berlokasi di Kota Julikarta itu sudah berakhir sejam yang lalu.

Mengumpat dalam hati, ia mengambil ponselnya dan menekan nomor orang kepercayaannya.

Tanpa jawaban.

Berulang kali Seijuurou menelepon teman-temannya, mereka masih bungkam.

Baiklah. Seijuurou men-spam masing-masing temannya. Aneh juga, biasanya Ryouta fast respone bila ditelepon dan di-chat. Anak itu memang tidak pernah lepas dari ponsel pintarnya, Ryouta selalu rajin mengisi ulang paket data dan pulsa atau men-charge baterai ponsel.

Sampai malam Seijuurou belum menyerah meneror teman-temannya, ia terpaksa berhenti dan menepati janji makan malam bersama kolega di restoran ikan bakar di sebuah hotel.

Terkadang Seijuurou berharap terlahir sebagai anak biasa.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro