Dua Puluh Satu: Terlalu Tampan
Ada cowok lagi lari dari kejaran para gadis yang terus memintanya berhenti.
Cowok yang sudah mengenakan masker dan topi, masih aja dikenali. Dia lari terus sampai enggak tahu mau ke mana.
Sampailah cowok itu di wilayah rumah warga. Karena terlanjur sudah sampai di depan pintu gerbang yang besar, dia berniat masuk dulu.
Cowok itu ngumpet di balik pintu pagar kayu yang tinggi. Mengintip sedikit untuk memeriksa keadaan.
Teriakan para gadis terdengar. Lama kelamaan makin enggak terdengar. Sepertinya mereka sudah jauh.
Cowok itu baru saja bernapas lega, eh, ada yang mendekat padanya. Dua orang.
"Ngapain lo? Mau maling lagi ya?" Hayate sudah siap dengan barbel di tangannya.
"Eh, kak... kan udah episode kemarin." Futa mencoba menenangkan Hayate.
"Siapa tahu kan?"
Cowok itu berdiri, tapi ternyata membuat Futa dan Hayate menengadah. Enggak jadi, pemuda itu duduk lagi saja. Takut enggak sopan.
Masih dengan masker dan topinya, "G-gue minta maaf kalo lancang main masuk aja. Tadi gue dikejar-kejar—"
"Nah, kan. Maling."
"Bu-bukaan! Dikejar cewek-cewek—"
"Sombong banget lu dikejar cewek."
"Kak! Ish! diem dulu." Futa mulai kesel.
"Tadi gue dikejar cewek-cewek. Padahal gue udah pake topi sama masker. Masih aja ketahuan. Jadinya gue langsung ke sini buat ngumpet. Maaf, ya." Pemuda itu merasa bersalah.
Futa mengangguk, "Oke gak apa-apa."
"Kok gak apa-apa? Kalo ternyata maling gimana?" Hayate protes.
"Kak, dia kayaknya mah aktor yang lagi lari dari fans. Gak mungkin maling. Kelihatannya juga cakep gitu."
"Maling mah gak mandang rupa. Cewek cakep di komplek ini aja ada yang maling."
Futa kaget, "Maling apaan?"
Hayate memalingkan wajah, "Maling hati gue."
Futa menyesal nanya. Dia langsung memeriksa keadaan di luar. Tengok kanan dan kiri tapi enggak nyebrang. Sepi banget. Kalau begitu, dia balik.
"Sekarang udah aman kok." katanya pada cowok bermasker itu.
"Makasih, ya." Dari matanya yang menyipit cowok itu senyum ke Futa.
"Kalo mau berdiri gak apa-apa. Udah biasa gue ngobrol sama yang lebih tinggi." ucap Futa yang nada bicaranya makin memelan.
Cowok itu berdiri, agak menunduk, "Makasih ya sekali lagi. Kenalin, gue—"
KRUCUUUK~
Suara perut lagi konser kedengeran. Cowok itu menggaruk kepala belakangnya. Kayaknya malu banget sampe kedengeran suara perutnya yang minta diisi makanan.
Futa sama Hayate liat-liatan.
"Sorry." cowok itu malah minta maaf. Normalnya sih minta makan soalnya dia laper.
"Mau masuk dulu? Kayaknya kamu capek." tawar Futa.
"Kok disuruh masuk?" Hayate protes bisik-bisik ke Futa.
"Kasian kak dia laper begitu. Aku tanggung jawab kalo dia aneh-aneh, deh." jawab Futa juga bisik-bisik.
Hayate iya-iya aja.
Futa senyum ke cowok itu, "Ayo masuk."
Cowok itu ngangguk pelan, ngikutin Futa dan Hayate yang jalan duluan. Futa mempersilakan cowok itu duduk di kursi teras, sementara dia masuk bareng Hayate mengambil kudapan.
Tak lama, Futa kembali dengan tiga toples isi kukis dan satu gelas teh hangat. Lalu ditaruh di atas meja.
"Nah, dimakan, nih. Maaf, ya, segini doang. Oh... gapapa dibuka topinya, di sini gak ada cewek kok."
"Makasih, ya." Cowok itu membuka topinya, poninya yang agak panjang sampe nutupin matanya, disisir ke belakang. Kemudian maskernya dilepas.
Seolah ada backsound suara seriyosa dan cahaya di belakang cowok itu. Ditambah angin sepoi-sepoi, juga slow motion mode.
Futa melongo. Pantesan dikejar cewek-cewek, batinnya.
Gak cuma Futa, ternyata penghuni rumah yang ngintipin mereka dari jendela dan ambang pintu, ada Hayate, Bishin, Takato dan Ryuuya, juga ikutan melongo.
"Eh, iya. Nama gue Tahori Leo. Panggil Leo aja." Cowok itu memperkenalkan diri.
"Oh. Oke. Gue Kimura Futa."
"Ini gue makan, ya."
"Iya, makan aja. Kan emang buat lo... hehe..."
Cowok bernama Tahori Leo itu langsung minum teh hangat dulu, hampir setengah habis. Lanjut dia mengambil kukis yang sebenernya sisa dari hari Valentine waktu itu.
"Enak." komentar Leo.
Futa diam-diam lega, ternyata kukisnya masih enak, batinnya.
"Abisin aja kalo enak." ujar Futa.
Soalnya kebanyakan kukis coklat, lanjut batin Futa.
"Aduh, jadi enak." Leo ngambil kukis lagi sambil cengar-cengir.
Sementara di dalam rumah, penghuni ini pada ngintipin Futa.
"Buset, banyak bener dia makannya." komentar Bishin.
Takeru yang baru datang, terheran-heran melihat tingkah kawan-kawannya ini.
"Kalian kayak bapak-bapak yang lagi ngawasin anaknya." ucapnya sambil melipat tangannya. Para penghuni menoleh ke belakang.
"Jaga-jaga dia aneh-aneh." kata Hayate.
"Emang siapa sih?" tanya Takeru.
"Tadi dia katanya dikejar-kejar cewek..."
"Wih, gue juga pengen dikejar cewek." ujar Bishi.
"Mau tau caranya?" Takato mau memberi ide.
"Perasaan gue gak enak."
"Mau gak?" Takato meyakinkan diri.
"Apaan dulu?"
"Lu ambil tas si cewek, trus lu lari."
"Kan... Itu yang ada gue dikejar cowok juga. Pake seragam pulisi pula."
"Kan yang penting dikejar."
"Y."
Kembali pada Futa dan Leo.
"Lo seumur hidup ngadepin yang beginian?" tanya Futa.
"Ya... gitu, deh. Sebenernya gue lagi rencana mau pindah apartemen, karena gue kasihan, sih, loker apartemen agak penuh gara-gara hadiah dan surat buat gue."
Futa sumringah, "Tinggal di sini aja."
Leo bingung.
"Sistemnya share house. Temen-temennya asyik-asyik, loh. Ada sepuluh orang. Tenang aja, cowok semua. Juga kami merahasiakan sebenernya kalo kami tinggal di sini, jadi aman." Futa nyengir meyakinkan.
Meski di kepalanya terngiang kejadian-kejadian aneh di rumah ini; kemalingan, kunci kamar mandi kadang macet, insiden sambal, jam dua pagi masih ramai, sampe kolor terbang.
Leo diam sebentar, "Hm... gue pikir-pikir, deh. Makasih buat tawarannya."
"Sama-sama. Kalo tertarik, ke sini aja. Nanti gue kenalin sama penghuni di sini."
Leo mengangguk, "Ah, kalo gitu... gue balik, deh. Kayaknya udah aman. Perut gue yang aman, hehe."
"Hehe..." Futa nyengir.
Dari tadi kayaknya Futa nyengir terus. Apakah dia habis pakai pasta gigi yang dikasih dari endorse-an Noah?
Keduanya berdiri. Mereka kini menuju pintu gerbang. Bishin, Hayate, Ryuya dan Takato munculkan kepala di ambang pintu biar makin jelas Futa dan Leo membicarakan apa. Nyatanya cuma kentara gerakan bibir aja. Suaranya samar.
Leo sebelum keluar, tidak lupa memakai masker dan topi. Lantas dadah-dadah ke Futa. Futa juga ikutan. Leo pun keluar. Futa memastikan Leo sudah agak jauh, barulah dia masuk dan mengunci pintu gerbangnya.
Pas berbalik, dia kaget dilihatin oleh empat penghuni yang tadi ngintipin. Futa nyamperin.
"Tadi kakak-kakak ngeliatin, ya?"
"Oh... enggak. Kita lagi nungguin jagung manis susu keju lewat. Lagunya bikin candu." celetuk Ryuuya.
Semua mata tertuju pada Ryuuya.
🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱
Anggap saja ini ending
Maaf ya telat update😭😭 terima kasih buat yang masih mau baca, mau komentar, mau kasih saran dan kritik. Bener-bener terima kasih!
Gak nyangka sih ternyata banyak yang suka huhuhu *menangis sambil memeluk Naoki-kun* /HEH
Pokoknya terima kasih!!😭❤
Bonus: Tahori "Terlalu Tampan" Leo
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro