Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua Puluh: Maling

Ryuya lihat sekilas di papan penguman bertuliskan "waspada maling di sekitar Anda!"

Ryuya cuma ngangguk-ngangguk lanjut jalan sama Naoki yang keduanya baru balik dari belanja.

Sampe di rumah, mereka ke dapur mau beres-beres.

Naoki pas mau masak, dia nyalain kompor gas, tapi enggak nyala. Keningnya mengkerut, jangan-jangan gasnya abis, batinnya.

Diperiksalah gas tersebut, eh, enggak ada tabung gas di sana. Tinggal selang doang. Kagetlah Naoki.

"Ini siapa yang copotin gas tapi gak dipasang lagi?

Ryuya yang masih di sana nengok ke Naoki, "Emang gasnya udah abis?"

"Gak tau. Tapi kok aneh, yang suka ganti gas kan gue. Emang anak-anak lain pada bisa?"

"Jangan-jangan... maling." Ryuya asal nebak.

Naoki liatin ke Ryuya sambil berkacak pinggang, "Ngaco. Tabung gas kok dimalingin? Lagian rumah kita juga kagak ada yang berharga."

"Kecuali keluarga."

"Harta yang paling berharga... adalah keluarga—" Naoki sama Ryuya tiba-tiba nyanyi.

"Heh! Fokus." Naoki berhenti nyanyi.

"Namanya maling, apa aja juga diambil. Tabung gas juga mahal."

Naoki masih gak percaya ada maling tabung gas, "Ya udahlah. Itu diomongin nanti. Gue pasang lagi."

Pas Naoki jalan ke laci bawah pojok, dia berhenti karena pintunya udah terbuka, "Loh? Ini kenapa gak ditutup lagi— LAH?"

Naoki kaget tabung gas cadangan yang disimpan di sana juga ikutan gak ada.

Ryuya nyamperin, "Kenapa, bang?"

"Gasnya juga gak ada."

Ryuya makin yakin dengan hipotesisnya, "Tuh, kan. Ini maling."

Naoki berdiri, "Panggil anak-anak. Kita rapat mendadak di Konferensi Meja Makan."

"Siap, bang jago!"

🐱🐱🐱🐱🐱

Di meja makan sudah berkumpul para penghuni rumah. Beberapa pada duduk mengelilingi meja, ada Takeru, Shouri, Noah, Takato, dan Hayate. Kecuali Naoki yang berdiri seolah pemimpin rapat. Sisanya memeriksa keadaan rumah ini.

"Siapa yang copotin gas dari selang kompor?" tanya Naoki memandang satu-satu  bawahan— kawan-kawannya maksudnya.

Semua menggeleng.

"Oke. Kalo gak ada yang ngaku. Lalu, siapa yang terakhir pake kompor?"

Noah angkat tangan, "Gue, bang."

Semua mata tertuju padanya.

"Oke, saudara Noah—"

"Di sini kagak ada saudara gue, bang."

"Maksudnya bukan saudara yang itu. Oke. Noah, jam berapa Anda menggunakan kompor?"

"Jam 3 pagi tadi. Gue kebangun trus laper. Gue masak mi aja. Sekalian ngurangin stok dari endorseannya."

Naoki mengangguk-angguk, "Oke. Apakah ada sesuatu yang aneh terjadi?"

Noah mengingat-ingat, "Hm... enggak ada. Tenang-tenang aja. Suara genjreng-genjreng juga gak ada."

Kemudian semua mata tertuju pada Shouri. Dia mengerutkan kening, "Kenapa pada liatin gue?"

"Tumben." kata Takeru.

"Gue udah tidur dari abis balik latihan. Capek banget. Lagian, yang suka gitaran juga si Takato."

"Yeu... gitarnya juga di kamar lo terus." elak Takato.

"Lo juga kadang ke kamar gue buat ngambil gitarnya, kan?"

"Itu juga gitar gue."

Kemudian datanglah Bishin, Tarou, Ryuya, dan Futa ke meja makan. Pas sekali ada keributan.

"Lu mau gua siram atau gue lempar sepatunya bang Takeru?" selak Hayate.

"Lah, kok, jadi sepatu gue?" Yang punya sepatu langsung nyamber.

"Sepatu yang buat Tap dance dia." lanjut Hayate.

"Ogah! Itu bawahnya besi. Kalo kena lempar bakal benjol!" kata Shouri.

Naoki yang melihat kedatangan empat kawannya langsung menanyakan hasilnya, "Bagaimana?"

"Gerbang aman, pintu dan jendela juga aman aja. Gak ada barang yang berantakan." kata Bishin.

"Lantai atas juga gak ada yang rusak. Gak ada jejak apa-apa." sambung Ryuya.

Semua heran kenapa malingnya hebat banget masuk rumah gak ninggalin jejak sedikit pun.

"Noah, lo kan yang terakhir pake. Masih ada kan pas lo udah selesai masak?" tanya Naoki.

Noah mengangguk, "Masih. Gue di sini terus bang. Ada kali satu jam lah. Aman-aman aja. Jendela dapur juga gak gue buka."

Naoki melipat tangannya di depan dada, "Hebat juga nih maling."

"Perlu lapor ke pemilik rumah gak?" usul Bishin.

"Jangan, deh. Kita masih bisa atasin sendiri." ucap Takeru.

"Apa malingnya ke sini pas pagi-pagi, ya? Pas itu kan gerbang gak dikunci gembok. Pintu juga udah dibuka." jelas Tarou.

"Tapi masa iya ada maling pagi-pagi?"

"Maling juga gak kenal waktu, sih. Tapi kok bisa gitu dia lolos masuk?" Hayate berpikir.

"Oke. Gini. Berarti Noah balik ke kamar sekitar jam 4 pagi. Nah, jam 4 pagi ada yang udah bangun?" tanya Takeru.

Semua menggeleng.

"Jam 5?"

Sama aja.

"Jam 6?"

"Gue." Naoki sama Ryuya angkat tangan.

"Abis itu ke mana?"

"Gue ke kamar mandi trus balik ke kamar buat siap-siap belanja."

"Lo?" Takato nengok ke Ryuya.

"Gue ke kamar mandi juga sih. Trus pas keluar, gue liat Naoki mau pergi dan gue diminta temenin belanja. Abis itu gue ke kamar dulu."

"Nah, pas kalian pergi, pintunya dikunci gak?" tanya Takeru.

"Dikunci kok— eh? Kunci cadangan masih ada di bawah keset gak?" Ryuya keinget sesuatu.

Semua langsung heboh. Menemukan jawabannya.

Ternyata bener kunci cadangan masih ada di bawah keset depan pintu. Mereka semua kini di teras dan sebagian di ambang pintu.

"Malingnya kenapa balikin kuncinya ya? Logikanya sih bakal dibawa." tanya Bishin.

"Malingnya masih baik hati berarti." Hayate ngasal aja.

🐱🐱🐱🐱🐱

Sesuai kesepakatan Konferensi Meja Makan, ditentukan siapa yang akan berjaga malam di rumah ini.

Ada Futa, Noah, dan Tarou. Karena cuma mereka yang punya jadwal kosong besok.

Mari kita flashback ke rapat Konferensi Meja Makan.

"Shouri?" tanya Naoki.

"Gue besok berangkat lebih pagi ke Okinawa sama Takato juga. Ada syuting."

Takato ngangguk-ngangguk aja, udah diwakilin soalnya.

"Gue juga besok ada syuting Ogatta! sih. Bang Takeru?"

"Gue juga ada jadwal ngajar di studio."

"Hayate?"

"Latihan di studio."

"Gami?"

"Sama."

"Bishin?"

"Gue disuruh jagain Lana-chan, keponakan gue."

"Adik-adik, Noah, Tarou sama Futa?"

"Kosong." jawab Noah.

"Gak ada jadwal." sambung Tarou.

"Libur." lanjut Futa.

"Eh, tapi gue bisa sih. Jaga-jaga." Ryuya mengajukan diri.

"Oke, berarti yang jaga kalian berempat ya."

Malamnya, malah Ryuya sudah nyenyak tidur di sofa balkon. Berbekal sarung sebagai selimutnya.

"Yah, bang Gami malah tidur." protes Noah.

"Biarin, deh. Kan, emang tadinya kita bertiga doang yang jaga." kata Tarou.

"Tapi kenapa jaga malem, ya? Kan kasusnya maling ke rumah kita pagi-pagi." tanya Futa.

"Iya, juga. Tapi biar jaga-jaga, sih. Siapa tau malingnya ternyata malem-malem ke sini." jawab Tarou.

Futa mengangguk.

"Ya udah, gue sama Tarou di bawah, ya." ujar Noah yang kemudian jalan ke lantai bawah, Tarou ngikut.

Futa mendekat ke tralis besi balkon, melihat di gerbang ada yang aneh. Seseorang memanjat. Dengan kupluk dan masker bikin Futa susah mengenali siapa.

Dia terbelalak, mau teriak malah gak bisa. Dia panik. Langsung ke dalam untuk berpikir.

"Ayo dong... kalo malingnya pake senjata gimana? Gue pake aenjata apa?"

Bolak-balik dia sambil mikirin senjata apaan. Pas berhenti, mulai dia ada ide.

"WOY! JANGAN KABUR LO!" teriak Noah dari bawah.

Futa bergegas ke suatu tempat untuk mengambil sesuatu dijadikan senjata. Setelah dapat, dia ke balkon.

Pas sekali malingnya baru saja lari keluar rumah. Langsung senjata yang dipake Futa, dilempar ke arah maling.

BUG!

Kayaknya kena kepala. Malingnya jatuh.

"Aduh. Maaf om maling! Gak sengaja kena kepala!" Seru Futa.

Mendengar teriakan itu, Ryuya kebangun. Dengan wajah linglung mencoba ngumpulin nyawa, "Hah? Maling? Apaan?"

Sementara Noah dan Tarou nyamperin malingnya yang kayaknya pingsan.

Tarou mengambil sesuatu di dekat maling itu, "Hah? Sepatu? Berat lagi. Oh... pantesan bawahnya besi. Punya siapa, deh?"

Abis itu Futa dan Ryuya nyamperin mereka, keduanya pun ke pos keamanan terdekat untuk proses si maling ini ditindak lanjuti.

Untungnya belum sempat si maling mengambil sesuatu di rumah ini.

🐱🐱🐱🐱🐱

Pagi harinya semua ngumpul di meja makan. Takeru pun datang.

"Eh, kok sepatu gue ada di halaman? Sebelah doang lagi." Takeru mengangkat sepatu yang di bawahnya dilapisi besi.

Futa cengar-cengir, "Maaf, kak. Semalem buat lempar ke maling. Keinget katanya sepatu kak Takeru bawahnya ada besi. Jaga-jaga kalo malingnya bawa senjata. Lupa, belum balikin."

"Oh... pantesan malingnya benjol." kata Noah.

"Eh, beneran benjol? Buset. Sakti tuh sepatu." kata Hayate.

"Oke gapapa, Futa. Bagus juga idenya. Lain kali kalo ada yang berisik jam dua pagi, lempar sepatu gue aja." Takeru melirik ke Shouri.

"Gue diem." Shouri nyadar dilirik Takeru.

"Gue gak nyebut nama padahal."

"Lo ngelirik gue barusan."

"Pede banget." Takeru menahan ketawa.

🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱

Anggap saja ini ending

Siapa tau ada yang mau usulin ide atau request wkwk silakan aja. Mau kritik dan saran juga boleh.

Terima kasih ya kalian yang mau baca ini huhuhu aku usahakan bales komen-komen kalian yang gak kalah lucunya 😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro