Prolog
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh...
Puji dan syukur selamanya hanya milik Allah Yang Maha Esa. Shalawat beserta salam semoga tersampaikan pada Rasul terakhir, yakni Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam.
Pada bagian ini, izinkanlah saya untuk memperkenalkan diri pada sobat setia SWP. 😊🙏
Nama saya Refa Siti Muslimah dengan nama pena Hime Yume. Bisa dipanggil "Hime" saja, oke. 😊 Alhamdulillah wa syukrulillah, kini saya menjadi bagian dari keluarga Spritual Writing Project, and I feel so lucky of it. 😊🤗🤗❤️
And now, the time to introduce my novel, which is themed about family. Iya, keluarga. 😊
Keluarga adalah segalanya.
Adalah anugerah dan harta yang paling berharga.
Benar, bukan?
Dan inti ceritaku ialah tentang kisah seorang gadis yang sedang mencari kedua orang tuanya setelah hampir 18 tahun terpisahkan.
Gimana menurut kalian? Saya kan udah beri bocoran soal isi novelnya, so kasih komentarnya, ya... 😉😉
Harapan saya ... semoga project ini lancar dan sukses. Doakan, ya, Kawan-kawan... 😊🙏
HITUNG MUNDUR!
Tiga!
Dua!
Satu!
*Tadaaa!
Ini dia prolog-nya:
.
.
.
.
🥀🥀🥀
Sore itu, seorang gadis berseragam putih abu-abu tampak begitu sumringah sembari membawa selembar kertas yang menurutnya sangatlah berharga. Ia berparas ayu, alisnya hitam lebat, hidungnya cukup mancung, dan rambutnya hitam legam. Rambutnya yang terurai pun tertiup oleh semilir angin yang mendayu-dayu di sekitar persawahan penduduk itu.
Gadis itu bernama Naura Rizkiya Salsabila.
"Ibu pasti seneng banget denger kabar baik ini," gumamnya seraya berjalan di pinggir area persawahan dengan langkah cepat namun tetap berhati-hati. Berharap ia segera bertemu dengan Ibu tercintanya, yang sepertinya sedang sibuk memanen padi. Dari kejauhan Naura bisa melihat Ibunya yang tengah istirahat sejenak di sebuah gubuk bersama Pak Harun, sang pemilik sawah yang luasnya berhektar-hektar itu. Para warga sering kali menyebutnya dengan panggilan 'juragan'.
Seukir senyuman bahagia masih terpahat jelas di bibir tipis Naura. Akan tetapi, saat ia mengikis jarak dengan Runi,sang Ibu,yang tidak menyadari kehadirannya, tiba-tiba saja senyuman itu lenyap dalam sekejap mata. Jantungnya pun seolah-olah berhenti berdegup, dan rotasi bumi serasa tak lagi bekerja sebagaimana mestinya. Dan itu semua karena....
"Sekarang, Naura sudah berumur tujuh belas tahun, Run. Seharusnya dia tahu asal-usulnya dari mana, dan sudah semestinya dia pun tahu kalo kamu bukanlah Ibu kandungnya," ungkap Pak Harun, juragan pemilik sawah yang ramah dan baik hati itu. Buktinya, ia tidak gengsi untuk turun langsung ke lapangan, memantau para petani, dan berbaur bersama mereka.
"Belum saatnya---," kata Runi terpotong.
"Apa, Bu? Jadi, aku bukan anak kandung Ibu?" tanya Naura diiringi rasa sesak yang menyeruak, dan air mata yang jatuh tanpa bisa dikendalikan. Seharusnya saat itu ia bahagia dengan kabar baik yang ia terima, namun semesta punya rencana lain.
🥀🥀🥀
Bersambung.
Gimana prolog-nya?
Penasaran?
Ya, singkat, tapi semoga bermanfaat. 😊
Tunggu kelanjutan cerita Naura, ya. 😉
Jangan lupa vote, komentar, dan share link cerita ini ke akun sosmed kalian. 😉🤗 Oh iya, mention sahabat kalian juga yaaa di kolom komentar. Ayo, ajak mereka baca bareng. Nanti juga bakal saya baperin, kok. Xixixi 😁😁😁 Tunggu tanggal mainnya aja, oke. 😋
Sekian dan terima kasih.
Salam senja dari Hime, ya. 🤗
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro