#4
Afwan, telat update. 😊🙏
Niatnya mau tadi malam, tapi malah ketiduran. 😂
🥀🥀🥀
Setelah tiga malam mengikuti serangkaian kegiatan ospek di kampus, akhirnya makrab pun dilaksanakan sekaligus sebagai penutup acara. Ya, malam keakraban. Berbagai pertunjukan kesenian Jawa pun dipertontonkan dengan begitu apik dan ciamik. Panggung megah bergaya Jawa pun terlihat begitu kental dan artistik. Dapat dilihat dari ornamen-ornamen dan musik khas Jawa seperti gamelan yang menjadi pengiring musik di sepanjang kegiatan.
Di sayap kanan lapangan, para panitia berkumpul dengan mengenakan pakaian batik. Mereka tampak sibuk berkoordinasi demi kelancaran acara yang sedang berlangsung. Sementara, para calon mahasiswa kini tampak sumringah karena telah resmi menjadi mahasiswa/mahasiswi Universitas Gajah Mada. Ada kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri yang tersirat jelas lewat lengkung senyuman dan gelak tawa mereka.
Setelah menonton penampilan Sendratari Ramayana yang begitu menakjubkan, ternyata ada sebuah kejutan tak terduga, yakni persembahan spesial dari para panitia berupa drama musikal bergaya millenial. Kisahnya sederhana, tapi cukup menarik perhatian karena memiliki tingkat kebaperan yang tinggi.
Drama itu menceritakan perihal seseorang yang merindukan masa-masa SMA. Ketika jarak memisahkan dan waktu tak mengizinkan 'tuk hadirkan perjumpaan, akhirnya air matalah yang berkuasa. Pilu pun mendera jiwa, memporak-porandakan kepingan-kepingan kenangan indah yang takkan pernah bisa terulang. Di situlah titik terpahitnya. Ya, itu memang menyakitkan.
Pasalnya, cerita indah sekalipun pada akhirnya hanya menjelma kenangan. Kenangan tak terlupakan yang entah akan selalu melekat di benak atau perlahan pupus dimakan waktu? Tiada yang tahu. Sebab kapasitas memori tiap individu kan pasti berbeda-beda.
Para panitia pun terharu dengan cuplikan adegan yang begitu memeras perasaan, yaitu saat pelukan terakhir begitu perpisahan berada di depan mata, dan tiada sepatah kata pun yang terucap. Bukan karena kehabisan kata-kata, tapi karena perpisahan adalah gerbang kehilangan yang begitu nyata. Tak seorang pun benar-benar siap menghadapinya.
Para penonton pun jadi bernostalgia sampai ada yang menitikkan air mata karena mendengar lagu "Pelangi di Matamu" yang menjadi penutup dari drama itu.
"Sedih banget, ya? Jadi rindu sahabat," tutur Naufal pada Naura yang berada di barisan tengah.
Naura malah meneruskan tangisannya yang belum tuntas. Ia menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya, kemudian tersedu lirih. Tak peduli dengan keramaian yang mengelilinginya dan apapun itu. Ia cuma ingin menangis. Itu saja.
"Hei...! Kamu kenapa, Naura?" Naufal terlihat panik. Sembari memegang kedua pundak Naura, ia terus bertanya, apakah Naura baik-baik saja atau tidak.
Karena Naura terus membungkam dan Naufal tidak tahu harus berbuat apa untuk membuat gadis itu berhenti menangis, akhirnya sebuah pelukan pun menjadi pilihan terbaik dari ketidakmengertiannya. Dan seingatnya, wanita itu tidak perlu pertanyaan 'kenapa', melainkan hanya butuh bahu 'tuk bersandar, telinga untuk mendengar, ataupun sebuah pelukan untuk menumpahkan tangisan.
"Semoga kamu semakin kuat dengan adanya luka dalam rindu yang mendekap erat hatimu," bisik Naufal sambil mengelus rambut panjang Naura yang tergerai.
🥀🥀🥀
Sore itu, Naura sedang berjalan di koridor kampus bersama dua orang kawan barunya. Di samping kanan, namanya Febby. Ia berparas cantik, tinggi badannya sekitar 167 cm, dan terdapat tahi lalat di pipinya.
Sementara, wanita yang di sebelah kiri Naura adalah Tissa, tapi biasa dipanggil Icha. Ia mempunyai gigi gingsul, berparas manis, rambutnya suka digerai bebas, dan ia penyuka warna-warna cerah. Terbukti dengan pakaian yang ia kenakan saat ini: warnanya mentereng sekali, orange.
"Cha, Naura, nanti kita ketemu lagi jam delapan di kelas berikutnya, ya. Aku mau beli kertas HVS sama tinta buat printer, biar nanti kita kerja kelompoknya di rumahku aja, oke?" ucap Febby. Berbeda dengan Tissa yang suka warna mencolok, Febby ini lebih suka gaya casual dan santai. Saat ini saja, ia memakai blazer kotak-kotak dan celana bahan berwarna abu-abu. Dan rambutnya ia cepol, meski tak setinggi punuk unta.
"Oke, Feb. Aku juga mau pulang dulu, nih, mau nganterin Ibu ke rumah tante yang baru aja lahiran, hehe. Bye, Febby. Bye, Naura," tutur Tissa sambil melambaikan tangan, kemudian naik ojek online yang sudah standby di depan gerbang kampus.
Tak lama kemudian, Febby juga perlahan meninggalkan Naura di depan gerbang kampus. Tiada pilihan lain, selain pulang sendirian. Tapi itu tidak jadi masalah bagi Naura. Toh, jaraknya tidak terlalu jauh. Dengan berjalan kaki sepuluh menit pun pasti sampai ke kosan.
Akhirnya, gadis bermata cokelat itu menapaki trotoar jalan sembari mendekap dua buku referensi yang dipinjamnya dari perpustakaan kampus. Ketika ia hampir masuk ke gang menuju kost-an, tiba-tiba saja terdengar suara klakson motor.
"Naura!" sapa seseorang sambil menyingkap kaca helm, kemudian turun dari motor.
"Naufal." Raut wajah Naura tampak terkejut.
"Pulang bareng, yuk!" ajak Naufal.
Namun Naura tak merespons. Dahinya mengerut, kedua bola matanya menyipit, dan tangannya memegangi area perut. Ringisan lirih pun terdengar. Ya, ia menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja menyerangnya.
"Naura, kamu sakit?" tanya Naufal cemas. Tangan kirinya memegang bahu Naura, sementara sebelah tangannya lagi ia tempelkan di dahi gadis yang tengah meringis kesakitan itu.
"Perut aku sakit banget, Fal. Kayaknya maag-ku kambuh, deh."
"Telat makan lagi, hem?"
Naura hanya mengangguk pelan seraya merasakan perih yang tak terperikan di bagian lambungnya.
"Tuh, kan kamu nakal, sih. Katanya besok kamu mau ke alamat keluarga orang tua kandung kamu."
"Tadi pas istirahat aku sibuk ngerangkum materi, Fal."
"Ya udah, sekarang kamu makan dulu, ya," kata Naufal.
Naura mengangguk. "Iya, aku harus jaga pola makan seperti petuah dari Ibu. Aku nggak mau Ibu khawatir," batinnya saat motor Naufal mulai melaju.
🥀🥀🥀
Bersambung.
Maaf ya, part ini pendek. ☺️🙏
Semoga kalian suka.
Dan jangan lupa krisan& komentarnya, ya.
Mention juga teman-teman kalian di kolom komentar, oke? Terima kasih.
@refahime23
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro