“Pak Jo, sayur. Kayak biasa, esnya dikit aja.”

“Sip, tunggu bentar, Wan.”

Marwan terdampar di Kopral. Niatnya untuk merebahkan badan setelah lelah bimbingan skripsi, harus pupus hanya karena sebatang kecil besi berpola, lupa dibawanya. Keadaan itu semakin mengenaskan karena keempat sahabatnya telah pulang duluan. Kini, yang bisa dilakukan Marwan hanya menunggu di Kopral sampai kakaknya pulang.

Di samping Marwan, ada Lucas yang sedang menatap kertas folio di hadapannya. Di bagian atas kertas itu tertulis, “Dampak Adanya Hutan Kota.” Berpikir bahwa Lucas tengah mengerjakan tugas, Marwan pun mengerahkan empatinya sebagai seorang senior.

“Kenapa, Kas? Bingung nyari materinya?” Marwan melepas earphone yang terpasang di telinga kanannya dan juga meletakkan kacamatanya di atas meja, bersiap untuk mendengarkan keluh kesah juniornya itu.

“Iya. Gue mau bikin yang anti-mainstream supaya dapet nilainya bagus. Mangkanya gue lagi nyari dampak negatifnya, soalnya dampak positifnya pasti udah banyak yang bahas.”

Di tengah percakapan keduanya, Pak Johan yang baru selesai mencuci gelas-gelas, datang menyela.

“Gua jadi inget waktu pacaran dulu sama mama lu di Taman Jaya deket SMA kita berdua, Kas. Udah malem, tamannya gelap, banyak lampu yang udah konslet, eh … tiba-tiba kita liat ada pasangan seumuran kita, lagi ciuman di kursi. Gua inget banget si cewek pake baju merah muda dan ada gambar enam kepala Hello Kitty di belakangnya.” Pak Johan menggelengkan kepalanya, kembali mengelap-ngelap gelas di tangannya.

Mendengar cerita Pak Johan itu, Marwan mendapatkan sebuah ide cemerlang.

“Gue ada ide, Kas. Kenapa engga buat cerita bokap lo barusan, sebagai materi tugas lo itu?” Marwan menunjuk kertas folio Lucas dan menatapnya dengan antusias.

“Ide bagus.”
____

Keesokan sorenya, Lucas datang ke Kopral membawa tugasnya yang kemarin untuk menunjukkannya pada Pak Johan. Karena berkat ceritanya, Lucas mendapatkan nilai ‘A’. Bukan karena materi tugasnya bagus, tapi sebagai upah tutup mulut dari dosennya.

Trabble: 296 Kata
11619