2. Panci Bubur Bibit Taoge
Pemilik Warung Kopral, Pak Johan, baru saja selesai membereskan senjata-senjatanya yang digunakan untuk berdagang setelah seharian penuh mempertahankan bentengnya. Dibantu oleh anaknya, Lucas, Pak Johan mengikat kardus berisi amunisi dagangannya pada motor agar tidak jatuh ketika motor melaju. Setelah selesai, Lucas pun naik ke atas motornya, namun ekspresi bimbangnya seakan tak bisa dia sembunyikan.
“Kenapa, Kas?” tanya Pak Johan heran.
“Papa yakin pulang sendiri? Atau enggak Papa tunggu di sini aja, nanti Lucas jemput.” Lucas terus menatap ayahnya, berharap ayahnya menerima tawarannya itu.
“Enggak apa-apa. Deket kok, Kas. Papa bisa pulang sendiri.”
Meskipun bimbang masih mengambang dalam benaknya, Lucas pun memacu motornya setelah berpamitan dengan Pak Johan.
Ketika ingin berangkat pulang, Pak Johan baru ingat kalau dia harus mencuci panci bekas bubur bibit taoge di rumahnya. Akhirnya, dia pun membuka Kopral kembali, mengambil panci tersebut dan membawanya pulang.
Begitu Pak Johan sampai di sebuah gang yang hanya bisa dilewati satu orang, dia pun merubah caranya untuk membawa panci agar bisa melewati gang itu. Namun, Pak Johan merasa pegal di kedua tangannya, hingga akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Di saat sedang membungkukkan badannya dan mengatur napas, dua telapak kaki tiba-tiba saja muncul di hadapan Pak Johan. Begitu dia mendongakkan kepalanya, ternyata orang itu adalah Lucas, anaknya. Tanpa mengatakan apapun, Lucas membawa panci itu dan berjalan pergi. Dalam hatinya, Pak Johan pun merasa senang memiliki anak sebaik Lucas.
Begitu sudah sampai di depan rumah, Lucas meletakkan pancinya di bawah dan langsung melenggang pergi. Sontak, Pak Johan pun memanggilnya.
“Lucas, mau ke mana?”
Tak ada jawaban dari Lucas. Pak Johan pun berpikir kalau anaknya mungkin ingin pergi ke warung sebentar. Namun tiba-tiba saja, pundak Pak Johan ditepuk seseorang dari belakang. Dia pun terkejut begitu melihat yang menepuknya adalah Lucas yang baru saja datang dengan motornya.
Trabble: 297 kata
11219
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro