Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 9

Kabar akan datangnya bupati di lokasi perempatan  tiba-tiba menyeruak di antara ribuan manusia yang kian menyemut. Mungkin  Bupati mau kampanye untuk masa jabatan ke duanya di sini. Ah, padahal kinerjanya saja sering dipertanyakan warga kabupaten ini. Banyak jalan berlubang dan rusaknya beberapa jembatan di jalan-jalan kabupaten menjadi objek untuk menyerang kinerjanya. Belum lagi ketidakstabilan harga-harga berbagai komoditi pertanian yang sering menjadi bahan makian para petani kepada bupatinya. Untuk apa bupati yang hampir lima tahun menjabat tapi nirprestasi itu ke sini. Mau ikut menumpahkan airmata biar dibilang empati terhadap warganya?

Berita itu kian menjadi kabar yang terkonfirmasi ketika puluhan polisi dan Satpol-PP sibuk mengatur jalanan. Suara peluit sahut menyahut dan teriakan-teriakan mulut-mulut mereka timbul tenggelam dalam keriuhan ribuan manusia yang menyemut. Biasanya Ibu bupati turut hadir dan hanya memamerkan sanggul seperti ban skuter, tas bermerk yang konon harganya bisa untuk membangun rumah warga yang sangat layak untuk ditinggali, pun kain batik kebayanya yang konon seharga mobil paling diminati saat ini. Untuk apa wanita itu hadir di tengah-tengah kedukaan warga kalau hanya untuk memamerkan kemewahan hidupnya. Mungkinkah ia juga akan menangis sampai melunturkan bedak tebalnya hingga alur airmatanya serupa sungai terbesar di negeri ini?

Warga yang menyemut itu tak acuh dengan rencana kehadiran Bupati mereka. Hadir tak hadir tidak ada pengaruhnya dan tak ada urgensinya. Warga tetap menundukkan kepala, tetap menangis pilu sendu dengan suara terisak yang hampir sama. Memang menangis adalah bahasa paling purba di muka bumi ini, selain tertawa. Apapun bangsanya, sukunya, warna kulitnya menangis tetaplah dengan bahasa yang sama untuk mengekspresikan sedih yang teramat duka maupun bahagia yang teramat mengharukan.

Dari kejauhan terdengar suara sirine meraung-raung kian mendekati perempatan jalan itu. Warga yang menyemut tak acuh dengan suara itu, mereka tetap khusuk dalam kesedihan yang mendera. Polisi-polisi yang sengaja didatangkan untuk mengendalikan masa di bantu Satpol-PP,  kian sibuk mengatur orang-orang di dekat mereka yang sebenarnya mereka tak peduli dengan raungan sirine itu. Tanpa datangnya pejabat pun mereka tetap bisa mengekspresikan dan mengaktualisasi rasa duka dan sedih mereka menjadi tangis dan isak sedu-sedan. Mereka memang menyingkir sesuai dengan arahan polisi dan Satpol-PP yang membukakan jalan untuk mobil Bupati dan rombongan.  

Suasana kian mengharukan ketika orang-orang yang keluar dari titik pusat mereka berkumpul selalu menangis tersedu-sedu dan tidak kuasa membendung airmata yang membanjiri bola matanya. Tidak sedikit yang keluar sudah digotong oleh warga yang lain dengan tubuh lunglai, tangan menjuntai ke bumi tanpa daya  apapun. Orang-orang yang semaput disingkirkan ke tempat yang agak sepi dan nyaman untuk beristirahat. Di dapan toko-toko yang menutup pintu lapaknya warga yang tidak sadarkan diri digeletakkan dan diurus oleh sanak saudara, kawan, dan siapapun mereka yang peduli, sampai kembali siuman. Tidak sedikit yang sudah siuman,  kembali menangis tersedu-sedu sambil mengekspresikan rasa dukanya dengan berlebihan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro