Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 12

Deretan tukang becak berjajar rapi di depan pasar kecamatan. Mereka bergiliran menarik penumpang, kecuali yang sudah mempunyai pelanggan tetap pada jam-jam tertentu untuk menjemput langganannya di pasar. Biasanya pelanggan tetap itu adalah para pedagang pasar. Pada jam-jam sekarang ini pedagang pakaian dan alat-alat pertanian biasanya sudah mulai mengemas dagangannya. Tidak lama lagi tukang becak langganannya akan menjemput ke dalam pasar. Pedagang sayur dan jajanan pasar biasanya menyusul kemudian.

Sarju berjingkat-jingkat menghindari genangan air di lorong pasar yang kumuh. Sampah plastik berhamburan  menutupi lorong pasar. Los-los pedagang pakaian sudah mulai tutup. Kepedulian penghuni pasar terhadap kebersihan masih sangat rendah. Sarju berjalan ke arah Utara, di belakang los-los pedagang pakaian ini ibunya berjualan cenil. Sujinah duduk di depan los penjual alat-alat pertanian milik Kaji Sukar.

Sarju melihat Sujinah masih menyandarkan kepalanya di pilar kayu di depan los toko pertanian. Sepertinya dagangannya belum habis terjual.

"Belum habis, Mbok?" Tanya Sarju pada Sujinah.

"Belum, Le. Tapi tinggal sedikit kok. Kamu sudah pulang ke rumah belum tadi?"

"Belum, Mbok."

"Lah mana bukumu?"

"Titip Ngatijo, Mbok."

"Hmm.." lenguh Sujinah sambil mengusap kepala anaknya yang sudah bersandar manja di bahunya.

Pedagang-pedagang pakaian yang sudah menutup los-los jualannya mulai mencari oleh-oleh untuk keluarganya. Cenil Sujinah pun mulai dikerumuni pembeli. Cenil Sujinah sudah terkenal enak, legit, dan gulanya manis pekat, kelapa parutnya pun tidak tengik. Sarju ikut membantu memasukkan bungkusan cenil yang disiapkan ibunya ke dalam kantong-kantong plastik yang sudah disiapkan.

"Lima bungkus saja, Yu Nah," sergah pembeli.

"Kok tidak sepuluh sekalian, Mbakyu."

"Jualan lagi sepi, Yu Nah."

"Paceklik, Mbakyu. Petani belum panen."

"Iya, Yu Nah. Para ambtenaar  pun belum gajian. Ini tanggal tua."

"Pantas pasar sepi ya, Mbakyu."

"Ini anakmu, Yu Nah?"

"Iya, Mbakyu. Anak satu-satunya."

"O, cah bagus. Kalau sudah besar ingin jadi apa kamu, Le?" Tanya pembeli pada Sarju.

"Tentara, Bude."

"Hustt! Anak janda kok mau jadi tentara!" bentak Sujinah Ibunya.

"Loh, ya enggak apa-apa to, Yu. Itu cita-cita mulia."

"Aku tidak setuju, Mbakyu. Nanti siapa yang mau merawat saya kalau sudah tua?'

"Makanya cari yang baru to, biar enggak sendiri lagi.

"Halah, malah aku yang merawatnya nanti, Mbakyu. Bukan aku yang dirawat."

"Yo saling merawat kalau begitu."

Sujinah terlihat tersipu, mukanya rona memerah. Sarju hanya menunduk malu sambil memasukkan bungkusan-bungusan cenil ke dalam kantong plastik.



















Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro