24. Mianhae
Uzma kehilangan jejak si wanita bersurai hitam sebahu yang dikira Helwa.
Kesal. Padahal sudah gesit sekali mengikuti wanita itu, tetapi tetap saja kehilangan jejak di antara ramainya pembelanja dan rak-rak display yang ada.
Uzma menyerah dengan deru napas yang cepat, menghentikan langkahnya yang lelah. Sebab mengalami kejar-kejaran ini, ia menjadi yakin jika barusan itu Helwa. Pasalnya, jika bukan, kenapa wanita barusan terus mencoba menghindar darinya, pun pertama kali nertanya dengan ia bertumpu, wanita itu tampak terkejut.
Valid. Namun, tetap mengharapkan sebuah celah, berharap itu bukanlah Helwa. Jika iya, ia cukup merasa kecewa perihal kenapa tetiba menanggalkan hijab, sekalipun ia tahu ini bukanlah urusannya.
Sudahlah. Tidak apa-apa. Uzma akan meminta kejelasannya nanti ketika sampai di rumah, menanyakan lewat Instagram.
Sesampainya di rumah, sambil menunggu Jaehwan pulang dari acara showcase pertama comeback Dazzle, Uzma mengirim pesan Instagram kepada Helwa di ruang keluarga. Ditemani teh lemon panas buatannya dan corn dog halal yang barusan ia beli saat pulang dari supermarket.
"Assalamu'alaikum, Yeobo ...."
Suara bass Jaehwan menyusup ruang tamu, Uzma segera beringsut mengalihkan ponsel di tangannya, menyambut Jaehwan yang akhirnya pulang.
"Wa'alaikum salam, Yeobo ...." sahut Uzma yang sudah menghadap Jaehwan.
"Bagaimana acara showcase-nya, lancar, 'kan?" lanjutnya dengan semringah.
"Alhamdulillah, lancar. Seperti biasa, para penggemar yang datang pun sangat antusias, itu membuat kami bersemangat sekali dan senang karena mereka terlihat puas," sahut Jaehwan dengan bahagia sembari memeluk Uzma dengan sebelah tangan, berjalan pelan menuju sofa.
"Lagunya bagus, aku bahkan sudah mendengarkannya berkali-kali. Dan bagian terfavorit adalah di saat rapp suamiku sendiri," puji Uzma.
"Apakah rapp-ku memang bagus di situ menurutmu? Atau sebenarnya kau menjadikan rapp-ku sebagai bagan terfavoritmu di lagu kami karena aku adalah suami, hmm?" selidik Jaehwan sembari melirik ke arah Uzma.
"Omong-omong, bagian rapp yang dibawakan Jingmi itu juga bagus sekali, apalagi ditambah kemampuan menarinya yang sempurna," imbuhnya.
"Menurutmu?" Uzma malah menuntut Jaehwan untuk berpikir sendiri.
"Menurutku kau menyukai bagan rapp-ku karena kedua-duanya itu. Pertama; pembawaan rapp-ku memang bagus dengan suara dalam yang kumiliki. Kedua; karena aku suamimu, kau jelaslah harus menjadikan bagan rapp-ku itu terfavorit sekalipun jelek, karena begitulah seharusnya sosok istri kepada suami, harus selalu mendukung," papar Jaehwan, lalu tersenyum geli dengan alasan kedua yang terkesan menuntut.
Uzma menghentikan langkah kecilnya yang jelaslah disusul hentian langkah kaki Jaehwan, mendongak ke arah Jaehwan hanya untuk mendengkus.
Jaehwan tertawa renyah karena perlakukan Uzma.
"Kau mau aku buatkan minuman apa?" tawar Uzma setelah Jaehwan mendaratkan pantatnya di sofa.
"Air putih hangat saja, Yeobo," jawab Jaehwan, melepas jam tangan.
Uzma pun beringsut mengambilkan segelas air putih hangat. Jaehwan menyambar satu corn dog di meja.
"Barusan aku bertemu Mayleen saat berbelanja," cerita Uzma saat kembali, menaruh segelas air putih hangat ke meja depan Jaehwan.
"Apakah dia sedang sehat?" Jaehwan masih dalam mode mengunyah corn dog sembari menimpal tatapan Uzma yang kini sudah duduk di sofa depannya.
"Iya, dia sehat. Dan dia juga semangat sekali menceritakan lagu comeback kalian. Dan ... dia rupanya sangat mengagumimu," omong Uzma dengan paras mengusut perlahan.
"Mayleen memang sosok Ray. Pula dia sudah menganggapku seperti keluarganya, pastilah dia akan mendukungku dengan bercerita begitu, mengagumiku. Apalagi bercerita kepada istriku, pastilah dia akan berapi-api menceritakanku untuk menyenangkanmu," sahut Jaehwan enteng sembari menggigit corn dog di tangannya. Tidak menyadari perubahan aura wajah Uzma yang mengeruh.
"Tapi sepertinya dia masih mencintaimu. Barusan dia tak segan-segan bercerita kepadaku tentangmu. Iya, bercerita dengan berapi-api dari mulai gaya rambutmu, hingga menyangkut kau yang boyfriend material," cicit Uzma.
Baru peka dari nada bicara Uzma yang bukan sesimpel bercerita ringan, tetapi juga keluhan, Jaehwan menghentikan laju mengunyahnya. Mengamat wajah Uzma yang baru disadarinya, mengaura keruh, netra dalam bungkusan kaca mata pun mengilat sebal.
"Dia sudah berpacaran dengan orang lain, Yeobo. Lagian dari dulu juga aku tak pernah mencintainya. Dulu, aku terpaksa menerima ungkapan cinta Mayleen, tak lain juga agar bisa membaikkan hubunganku dengan Jingmi, tetapi nyatanya tak pernah bisa mengubah apa pun. Tak perlu ada yang dikhawatirkan. Dan ... aku sungguh menyesal kenapa dulu menerima cintanya, mempermainkan perasaan Mayleen, aku sungguh kurang aja," jelas Jaehwan. Mengulas senyum menyesal sebelum menelan kunyahan corn dog-nya di mulut.
Uzma membisu dengan terus menatap Jaehwan yang bergaya rambut comma hair yang disinggung Mayleen barusan. Ia juga sebenarnya tak pernah mengkhawatirkan hal itu secuil pun karena ia bisa merasakan bagaimana Jaehwan begitu mencintainya. Tapi, entah, omongan Mayleen barusan berhasil membuatnya gerah. Perihal Jaehwan yang memang kurang ajar mempermainkan perasaan Mayleen, ia sudah memaklumi, itu masa lalu, ia yakin Jaehwan tak akan melakukan kesalahan yang sama.
"Sebenarnya sih itu bukan masalah untukku. Yang sedang merungsingkan pikiranku kini justru pada seorang wanita bersurai hitam sebahu yang juga kutemui di supermarket. Kusangka dia Helwa. Tapi masa iya dia menanggalkan hijabnya. Dan kukirim pesan dia lewat Instagram untuk mencari tahu kebenarannya, tetapi dari tadi dia belum juga online, belum membalas, jadi aku belum tahu kebenarannya," curhat Uzma.
Jaehwan yang sudah mengunyah corn dog lagi, tersedak, batuk-batuk.
***
Bukan aku, Uzma-ya. Aku di Daegu malam ini, di rumah bersama suami dan si kecil Ali-ku. Dinalar saja, aku tak mungkin berbelanja sayur, buah, dan kebutuhan pokok lain di Seoul, terlalu jauh dan membuang-buang waktu.
Secantik apa dia dengan surai hitam sebahunya itu? Ah, pasti dia adalah salah satu wanita yang berwajah mirip denganku di dunia ini. Bukankah, katanya, kita masing-masing mempunyai 7 kembaran di dunia? Omong-omong, aku jadi penasaran.
Balasan Helwa akhirnya datang saat Uzma hendak tidur, bahkan sudah berbaring di kasur.
Iya, sih, tapi aku sempat curiga karena dia tampak terkejut saat melihatku. Dan aku juga sempat mengejarnya dan dia tampak terus menghindar dariku, lalu aku kehilangan jejak. Aku belum bisa mengerti akan itu. Tapi aku percaya padamu. Jelaslah itu bukan kau, Helwa-ya.
Uzma masih saja mengeluh dalam balasannya. Merasa janggal. Tapi ia tidak mau berpikir lebih.
Bukan aku, Uzma-ya. Mungkin wanita itu tetiba mempunyai urusan lain, kemudian pergi cepat yang seolah-olah sedang menghindar darimu. Barusan itu hanya kebetulan-kebetulan. Jangan dipikirkan lagi, Uzma-ya.
Sambung lagi besok, ya .... Selamat tidur.
Helwa cepat membalas.
Iya, aku sudah tidak memikirkannya lagi.
Selamat tidur juga.
Akhirnya Uzma juga menutup percakapan. Menaruh ponselnya ke nakas, pula kaca matanya yang sudah dilepas.
"Sudah mendapat balasan dari Helwa?" tanya Jaehwan yang juga setelah mandi, suaminya itu langsung berkutat dengan ponselnya di sampingnya.
"Sudah. Dan wanita itu bukan Helwa," singkat Uzma.
Jaehwan menyempatkan beringsut menaruh ponselnya ke nakas, sebelum akhirnya menyahut, "Berarti pikiranmu sudah tidak resah lagi sekarang, 'kan?"
Wajah Uzma masih mengeruh.
"Entah. Rasa-rasanya pikiranku belum plong. Aku masih berburuk sangka pada Helwa," keluhnya.
"Itu hanya pikiranmu saja, Yeobo. Jangan dipikirkan lagi. Lagi pula, jika dia masih berbohong, itu urusannya bukan urusanmu," komentar Jaehwan setelah memiringkan tubuhnya untuk menatap Uzma yang sedang menatap langit-langit kamar.
"Iya, kau benar. Seharusnya aku tidak berburuk sangka seperti ini."
"Sudah. Jangan dipikirkan."
"Hmm."
"Lebih baik kau memikirkan kado spesial untuk ulang tahunku besok." Jaehwan mulai membelokkan topik.
"Untuk apa memikirkan kado untuk ulang tahunmu dari sekarang. Masih empat bulan lagi, lama sekali," ledek Uzma yang kini sudah tidak lagi menatap langit-langit, melainkan menimpali tatapan Jaehwan dengan jail.
"Biar persiapannya matang, kau harus memikirkannya dari sekarang. Kau kan sudah tahu jika kado ulang tahunnya adalah sebuah ungkapan cinta yang haruslah dilakukan secara romantis." Jaehwan ikut meledek.
Jika sudah seperti ini, Uzma malas menanggapi, memilih menanggalkan tatapannya pada Jaehwan, menarik bed cover hingga leher.
Jaehwan terkikik. "Aku serius. Pokoknya aku menginginkan kado ungkapan itu dari bibirmu langsung, bukan dalam tulisan, atau pun jenis rekaman. Apalagi jika kado dari bentuk lain, aku tidak menerima, Yeobo."
Uzma gerah mendengar itu. Mendecak jail, "Menuntut, ya?"
Jaehwan terkikik lagi. "Memang. Dan barusan itu adalah perintah bukan sekedar permintaan, jadi kau harus melakukannya besok."
Semakin malas menjawab, Uzma memejamkan kedua netranya, menyahut, "Aku tidak dengar. Aku sudah tidur."
Bukan terkikik kali ini, Jaehwan gemas dengan memeluk tubuh mungil istrinya sembari senyuman manis yang terbit di bibir. Mengecup kening jenong Uzma yang kukuh pura-pura tidur, sembari menyampaikan pesan hati pada senyap.
'Mianhae.'
_______________
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro