Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26. KONTRAS 🍵

- Ponsel Laura -

"Ra, katanya besok Senin udah tes semester?"

Laura yang tengah memfoto jamur krispi berlumur balado di plastik itu menoleh Risha sekilas. "Katanya, sih, gitu. Tapi Bu Retno keknya belum ngasih tau, ga, sih?"

"Biasalah. Aku aja taunya dari kelas sebelah pas kemarin latihan rutin."

"Eh, iya." Laura tiba-tiba menghadapkan badannya ke Risha. "Paskibra kamu gimana sekarang?" ucap gadis berambut sebahu itu sembari mencomot jamur krispi. Risha yakin, tusuk yang penjualnya berikan tidak akan berguna di tangan Laura.

"Kemarin, aslinya nggak mau berangkat, tapi asemnya, si Ketua Kampret itu ngelihat aku pas lagi di parkiran. Jadi, ya, mau nggak mau."

Laura mengangguk-angguk. Entah karena ucapan Risha, atau karena keenakan makan jajan berminyak di tangannya itu. "Tapi, orang-orangnya gimana?"

Risha menyeruput cup berisi es teh di tangannya. "Sepenglihatanku, sih, biasa aja."

"Enggak ada yang kepo?"

"Ada mungkin. Cuma mereka diem."

Plak!

"Itu namanya mereka nggak kepo, Juminah!"

Risha mendelik sembari mengusap rok-nya yang baru saja digeplak Laura. Mana nampolnya menggunakan tangan yang penuh balado, lagi. Jorok dasar!

Baru saja Risha berkata "gilani" yang ditunjukkan untuk gadis di depannya itu, ternyata, tak urung dirinya sendiri pun ikut mencomot jajan berminyak di tangan sohibnya itu.

Namun, bukannya protes atau semacamnya, tiba-tiba Laura malah menggeliat sembari memegangi perut.

"Heh, kenapa?" tanya Risha sedikit panik.

Bukannya menjawab, Laura malah buru-buru berdiri. "Ini, ini!" ujarnya sembari menyodorkan ponsel dan jajan miliknya. "Alam memanggiiil!" teriaknya sambil ngibrit begitu saja.

"Titiiip! Jajannya jangan dihabisiiin!" teriaknya lagi.

Tidak merespons, tetapi Risha hanya menggeleng sembari terkekeh. Terkadang, sifat anak guru yang menjadi sahabatnya itu memang susah sekali ditebak.

Gadis bernama lengkap Arisha Nazla Vita itu menyimpan ponsel Laura di loker, kemudian menselonjorkan kakinya di kursi Laura dengan punggung yang bersandar di dinding sebelah bangkunya. Inilah alasan kenapa Risha selalu memilih bangku di sebelah dinding. Selain agar bisa bersandar, tetapi pas tidur juga tidak ada yang melihat wajahnya karena menghadap ke arah tembok.

Jari lentik Risha menggulir layar ponsel di tangannya. Sesekali juga beralih mencomot jamur krispi milik Laura. Walaupun keadaan kelas tengah ramai, tetapi pemilik bangku nomor dua dari belakang itu tidak terusik sekali pun. Dia juga tidak perlu takut atau khawatir lagi, karena mereka-mereka yang kemarin sempat heboh dan kepo, kini sudah sibuk dengan dunia mereka sendiri. Seolah lupa dengan apa yang terjadi. Syukurlah.

Saat Risha tengah asyik dengan dunianya, tiba-tiba seorang perempuan yang duduk di bangku depan, memanggil.

"Dipanggil, tuh."

Tepat setelah perempuan tadi menyelesaikan kalimatnya, wajah seseorang menyembul dari balik pintu. Seketika senyum Risha merekah. Dirinya mengambil cup berisi es teh miliknya, lalu segera melangkah ke luar kelas.

"Udah jajan?"

"Nih, udah." Risha mengangkat cup di tangannya.

"Yah, tapi aku belum. Temenin, yuk!"

"Enggak, ah." Melihat cowok di depannya menekuk wajah, Risha terkekeh. "Becanda. Yuk!" ucap Risha sambil menarik tangan besar Naufal.

Keduanya kini berjalan sambil sesekali becanda. Melewati koridor ramai, yang ternyata masih sedikit terdengar desas-desus dari mulut mereka.

Setibanya di kantin, Naufal langsung memesan. Sedangkan Risha, gadis itu masih stay dengan se-cup es teh di tangannya. Sepertinya Risha berniat membawanya pulang sekalian. Lihat saja. Sedari tadi tidak habis-habis, kan?

Tidak lama, Naufal datang dengan secangkir gelas berisi air berwarna cokelat. Cowok berambut klimis itu duduk di depan Risha. "Enggak mau pesen?"

Risha menggeleng.

"Kerupuk mungkin?"

"Enggak, Mas. Dah kenyaaang." Risha melirik cup miliknya sambil terkekeh. "Nih, es ini aja dari tadi nggak habis-habis."

Saat keduanya tengah asyik dengan dunia mereka--layaknya orang pacaran lainnya--tiba-tiba seorang cowok dengan baju setengah keluar melewati bangku keduanya.

Bukan. Bukan penampilannya yang membuat Risha mengernyit, tetapi tepukan di bahu Naufal-lah yang membuat gadis itu bertanya-tanya.

***

"Rish, HP-ku di mana?" bisik Laura sembari sedikit menelengkan kepala menghadap Risha.

"Di loker meja."

Laura merogoh loker miliknya. Tangan berkulit kuning langsat itu menjelajah seluruh loker. "Nggak ada. Dari tadi udah aku cek berkali-kali."

"Eh?" Risha yang tengah berkutat dengan rumus-rumus Fisika, seketika menegakkan badan. Membuat rumus-rumus itu langsung ambyar dari otaknya. "Seriusan aku taruh di loker meja kamu, tadi."

"Terus mana? Engga ada, loh." Nada bicara Laura yang sedikit meninggi ternyata berhasil membuat murid-murid lain menoleh ke arah mereka. Begitu juga dengan Pak Sarwo.

"Itu ada apa rame-rame di belakang?" Suara guru yang sudah beruban itu memecah keheningan penghuni kelas yang tengah tenggelam dengan soal Fisika, yang kini tengah menjelma menjadi soal ulangan. Matanya melirik Risha dan Nala dengan kacamata yang sengaja dipelorotkan.

Pak Sarwo berdiri dari duduk sambil membenarkan letak kacamatanya. Kaki bercelana kebesaran itu melangkah ke bangku Risha. Rupanya, kantuk yang membuat guru itu sempat tertidur bahkan mengorok, kini sudah menguap ke udara.

"Eh, Nok. Tadi kamu lagi ngapain?"

Risha mendongakkan kepala. Celingukan, sebelum akhirnya bertanya, "Saya, Pak?" Jari telunjuknya menunjuk diri sendiri.

"Lhaaa ... emang siapa lagi yang tadi jongkok-jongkok kalo bukan kamu?"

Sial! Ternyata Pak Sarwo melihat Risha yang tadi hampir jongkok saat hendak melihat isi loker miliknya dan milik Laura. Duuuh! Harusnya tadi dirinya menaburi meja guru dengan banyak garam agar kantuknya tidak hilang-hilang.

"Eng-enggak, kok, Pak. Tadi saya cuma mau ambil p-penghapus jatuh aja." Beruntung, beneran ada penghapus jatuh di bawah kursi depan Risha.

Pak Sarwo mengernyit, kemudian mengangguk-angguk setelah melihat Risha mengambil penghapus yang tadi dimaksud.

"Pokoknya, kalo ada yang ketahuan berani nyontek di pelajaran saya, saya nggak akan segan-segan bikin rapot kalian dapet nilai nol pas semesteran nanti!" Pak Sarwo berucap tajam. Membuat mereka-mereka yang tadi sempat mengintip buku LKS, seketika panas dingin.

Namun, sepertinya ucapan tajam guru killer itu tidak berhasil membuat Laura dan Risha diam. Kedua gadis itu malah tampak semakin panik. Bukan karena mereka mencontek, tetapi karena ponsel Laura yang masih abu-abu keberadaannya.

"Ra, kita cari lagi nanti setelah ulangan, ya."

***

"Gimana, Rish? Ada?"

"Belum." Risha menoleh sekilas. "Tapi aku yakin, pasti nanti ketemu, kok."

Risha masih mencari sampai ke sudut ruangan. Kelas yang para penghuninya sudah pulang itu tampak sangat berantakan akibat ulah Risha yang terserang kepanikan saat mencari ponsel sahabatnya.

"Ck! Gimana, sih, Rish. Tadi, kan, udah aku titipin ke kamu. Kok bisa ilang, sih?"

Risha tertegun. Pikiran gadis berkucir kuda itu terlempar ke beberapa jam yang lalu--di mana dirinya bukannya membawa ponsel Laura, atau menyimpannya di tas gadis itu, ia malah pergi ke kantin bersama Naufal, tanpa memedulikan ponsel orang yang harus ia jaga.

"Maaf, Ra."

Laura tidak menjawab.

"Tadi bukannya jaga HP kamu, aku malah asyik sendiri ke kantin sama Naufal."

"Ck! Naufal lagi Naufal lagi." Laura merotasikan mata. Nadanya meninggi. "Udah berapa kali aku bilang sama kamu? Naufal itu nggak baik, Rish! Dia toxic!"

"Ra, udah, dong. Jangan cuma gara-gara ini kamu jadi nyalahin orang yang nggak salah." Risha berusaha meredam amarahnya yang sempat terbangun. "Nanti kalo nggak ketemu, HP kamu aku ganti."

Laura mendelik. Dirinya berjalan ke arah Risha dengan langkah tergesa-gesa. "Rish, dengerin aku," katanya tajam. Kedua tangannya memegang bahu gadis itu. "Rish, gini, ya. Ini bukan masalah HP-ku yang mungkin beneran ilang. Jujur, walaupun foto cantikku bakal ikut ilang juga, aku nggak papa. Masih ada HP lain di rumah. Tapi ... ini tentang Naufal."

Risha terdiam.

"Tolong. Aku benar-benar minta tolong sama kamu." Laura memandang lurus mata Risha. Keseriusan benar-benar tersorot di sana. "Jangan terlalu percaya sama dia. Jangan sampai kamu jatuh di lubangnya."

***

Naufal ... oh, Naufal 😌

Btw, Selamat Hari Raya Kurban, gais!!!

Kalo boleh tau, kalian yang baca dari daerah mana aja, nieeee? Siapa tau kita sekota 😍

.
.
19/07/21
©wishasaaa

Makasih udah mampir!! 🤩 jangan lupa jejaknya, yah 😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro