Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Eksperimen Sosial Satu

Konten Solar/Bensin kembali~

Note : Ekperimen sosial ini dilakukan sebelum pandemi covid-19
Ambil baiknya saja, buang buruknya U-U

Enjoy^^

___---Happy Reading---___




"Hari ini mau ngonten apa?"

"Gatau otak gw lagi kosong," Sahut lelaki berbaju kaos merah.

"Gw kagak nanya elu, gw nanya Solar" Yang disebut namanya pun menoleh. Sementara Blaze memasang ekspresi kesal, rasa ingin menampol sang abang, tapi dia tau jika itu dosa.

"Kalo gw kagak ingat dosa gw udah banyak, gw bakalan nampol elu, Bang" Perempatan imajiner kecil muncul di pipinya.

"Makanya cepetan tobat, ini udah akhir zaman, mau elu mati tak beriman?"

Jleb

"Udah, biarin aja dia bang, niat gw sih hari ini bakalan bikin konten—"

"Kalian liat mangkok sayur taperwer yang warna hijau ndak?" Ucapan Solar terpotong oleh lelaki yang baru saja keluar dari dapur dengan celemek berwarna pink yang masih ia kenakan.

"Gatau, Bang"

"Ntah,"

"Zzzz.."

"Kemarin gw liat ada di bawah kolong meja makan, terus tadi pagi gw liat ada di pinggir tempat sampah," Jelas lelaki yang mengenakan kaos berwarna putih dengan kemeja biru tua polos yang tak di kancingkan.

"Kok bisa ada disitu?"

"Ya gatau-"

"Tapi udah di cari satu dapur nggak ada tuh," Lelaki itu memasang pose berpikir, berusaha mengingat-ngingat pasti dimana terakhir ia melihatnya.

"SOLAR!!!! Liat nih, bunga Thorn cantik kan, dia punya pot baru!" Seru seseorang yang menyebut dirinya 'Thorn', berlari sembari membawa sebuah mangkok yang sudah di isi dengan tanah, pupuk dan bunga tentunya.

"Thorn jangan lari-lari, entar kamu jatoh!" Peringat sang adik berkacamata visor. Namun peringatan itu tak diindahkan oleh sang empunya.

Gempa menatap lekat pot bunga yang di maksud sang adik,"Kayak kenal dengan pot bunga Thorn..."Gumamnya masih terus menatap pot baru Thorn.

"Tada..!! Bunga nya keliatan cantik kan? Potnya warna ijo lagi, warna kesukaan Thorn!" Ia menyodorkan pot bunga beserta bunga nya kehadapan para kembaran nya agar bisa dilihat.

Sementara Gempa mebelalakkan matanya melihat 'pot' bunga baru Thorn,"I-ini kan mangkok.... Thorn dapat dari mana?" Tanya lelaki itu berusaha memasang ekspresi semanis mungkin. Walaupun masih terlihat jika ia menahan sesuatu(?)

"Thorn dapat di samping tong sampah, Thorn liat masih bagus, jadi Thorn jadiin pot bunga Thorn aja, Thorn juga nggak tau kenapa dibuang padahal kan masih bagus" Jelas Thorn bersemangat, berusaha menjelaskan sedetail mungkin kepada Gempa.

"Itu ngga di buang Thorn..." Gempa memaksa kan senyuman nya, supaya ia tak sampai memarahi adiknya yang polos ini.

"Tapi ada di samping tong sampah, berarti kan udah di buang!" Keukeuh Thorn, yakin bahwa mangkok yang ia jadikan sebagai 'pot bunga' itu sudah di buang.

"I-iya deh, terserah... Terus itu tutup mangkoknya buat apa coba?" Gempa menatap sayu kearah mangkok yang sudah beralih profesi menjadi pot bunga.

"Buat kipasan aja bang, kebetulan gw lagi panas gegara Bang Upan," Balas Blaze anteng, matanya melirik kearah kiri, dimana orang yang disebutnya berada.

"Daripada buat kipasan, sedangkan di rumah udah ada kipas bahkan AC, jadi lebih baik buat tutup mangkok lain, sapa tau ada yg cocok" Timpal Taufan, mengabaikan maksud Blaze yang secara tidak langsung ingin mengadu kepada Gempa.

"Dahlah! Daripada disini gw makin mendidih, mending gw keluar aja main ama Ayam gw!" Cerca Blaze, melangkah menuju pintu luar dengan amarah yang mengebu-gebu. Entah apa yang membuat ia marah seperti itu, atau ia tengah datang bintang, jadi sensitif? Entahlah ;-;

"Dia... Kenawhy?" Tanya Gempa, yang entah juga kenapa bahasa nya aneh, apakah mungkin efek dari mangkok nya yang di ubah menjadi pot bunga?

"Biasalah Gem!" Ucap Taufan, turut pergi dari ruang tamu ini menuju lantai dua. Solar, Thorn dan Gempa menatap kepergian Taufan dengan tanda tanya. Sepertinya orang yang tinggal di rumah ini sudah tidak waras.g

"Thorn mau lanjut berkebun lagi deh,"  Ia melangkahkan kakinya, masih dengan pot bunga baru beserta bunga nya yang berada di tangan nya.

"Gw juga mau pergi keluar bentar, Bang, mau mempersiapkan bahan untuk konten berikutnya," Solar juga pergi meninggalkan Gempa sendirian—tidak juga karena di sana ada Ice yang tertidur lena di sofa.

Sebelum ia keluar, Solar pergi menuju kamarnya, hendak bersiap terlebih dahulu. Jangan sampai ia keluar rumah tanpa terlihat keren dan membuat ciwi-ciwi terpesona dengan nya.

"Ndak ada yang niat temenin gw yang lagi kedukaan karena mangkok gw beralih profesi gitu?" Lirih Gempa, entah  kenapa dengan otak bijaknya, apakah otak bijaknya perlahan terkikis karena otak saudara kembar nya? •-•

Ia berjalan dengan mengsedih kembali ke dapur, mungkin dengan bertemu ama mangkok, piring, sendok, garpu, gelas, panci, wajan, dan peralatan dapur lainnya ia bisa kembali happy, semoga saja, biarkan peralatan dapur rumah itu turut berduka atas mangkok yang beralih profesi menjadi pot bunga---mungkin mereka akan merindukan kehadiran mangkok berwarna hijau itu.

⋇⋆✦⋆⋇

"Assalamu'alaikum wahai human penghuni rumah ini, Solar kembali dengan sejuta ketampanannya," Pulang-pulang udah narsis aja si bensin ini, di nyalain api sekali, langsung meledak.g

"Dari mana?" Karena Hali aja yang berada di ruang tamu secara otomatis si Bang Gledek lah yang menyambut kepulangannya.

"Cieee... Khawatir –v–" Sepertinya kepedean si bensin mulai kambuh, susah untuk nya insaf hanya sebentar ke jalan kebenaran.g.y

Wajah Hali yang sememangnya tak memaparkan ekspresi apapun, kini tambah datar kek prosotan, mulus bet."Wajar Kakak khawatir ama adiknya," Ia kembali melanjutkan aktifitas nya membaca buku.

"Ehehe... Iya juga," Gumam Solar.

"Bang? Bang Gempa mana?"

"Dapur,"

"Masih sedih karena mangkok nya?"

"Mungkin-"

"Owh.. Okeh," Pemuda berkacamata visor itu melangkah menuju dapur, mencari keberadaan sang Abang yang sampai saat ini mungkin masih berduka.

"Bang Gem—"

"Kenapa?"

Solar menelan susah salivanya saat melihat wajah dingin Gempa,"A-anu... Tadi gw mau ngomong apa ya?" Tanya sang pemuda pada dirinya sendiri, melihat Gempa yang tidak biasanya seperti itu membuat ia jadi linglung(?) atau bingung ama apa yang terjadi dan apa yang ingin dilakukan. Seperti melupakan nya begitu saja--

"I-itu Bang, ada... Karung? Or kantong plastik besar?"

"Gudang" Spdtj sekali perkataan Mamy Gempa kita ini. Tidak mungkin jika Solar yang katanya genius itu tak memahaminya.

"Okeh" Dengan buru-buru lelaki itu segera pergi menuju gudang untuk mencari bahan yang ia butuhkan untuk ekperimen sosial hari ini. Langkahnya terhenti saat tepat berada di depan pintu dapur, ia berbalik kembali menatap Gempa yang tengah menatapnya juga dengan alis terangkat sebelah.

"Bang di meja ruang tamu ada totebag, isinya mangkok pengganti yang Thorn jadiin pot bunga," Ah, Solar jadi adik baik bet ama kakak nya, pedulian dia mah, atau pada saat perjalanan pulang ada hantu ustadz yang memasukinya?.g

Setelah mengatakan itu ia segera melanjutkan langkah nya menuju gudang. Sementara Gempa matanya sudah berbinar-binar, semoga saja adik bungsu nya itu membelikan ia mangkok pengganti tempat sayur bukan cuma satu. Mengharap.
.
.
.
.
Gudang
.
.
.
.
"Uhuk—uhuk!" Baru saja pemuda itu membuka pintu gudang tetapi ia sudah di sambut dengan ribuan debu sehingga lah ia terbatuk-batuk. Untung pas bukan pandemi Corona, kalau tak pasti ia sudah di bilang terpapar virus COVID-19 karena keluar sebentar tadi.

"Ini gudang jarang mandi apa? Sampai berdebu dan bau apek kek gini," Ia mencubit hidungnya agar tak menghirup udara kotor akibat angin yang masuk menyebabkan semua debu terbang, dan juga agar dia tak mencium bau apek. Tidak lucu jika seorang BoBoiBoy Solar berbau apek--jadi sehabis dari gudang ini dirinya akan mandi, dan menggunakan Varfum mahalnya🗿

"Kalo bukan karena konten gw membutuhkan karung, udah di pastikan gw kagak bakalan masuk sini!"
.
.
.
.
Skip aja Solar menggerutu tak jelas
.
.
.
.
Gempa tersenyum saat melihat peralatan dapurnya kembali lengkap, malahan ada bonus nya, tidak sia-sia Thorn mengubah kegunaan mangkok itu jadi pot bunga, dan lihatlah saudara kesayangan Thorn itu menggantikan apa yang di ambil oleh nya.

Sekarang waktunya ia berterimakasih kepada sang adik bungsu, tadi si Solar bertanya karung, itu artinya kemungkinan sekarang ia tengah ada di gudang mencari karung, tapi untuk apa si pemuda narsis itu mencari karung? Membuat Gempa berpikir,"Dia mau mulung cari karung?"

Gempa si orang yang katanya paling waras dari BoBoiBoy Elemental menggelengkan kepalanya. Positif thinking aja, mungkin Solar mau jadi gembel or pemulung untuk ekperimen sosial nya.

Ia pun segera melepaskan celemek yang sedaritadi belum dilepaskan, di gantung nya celemek itu di gantungan dapur yang berada di dekat pintu.

Sebelum ia melangkah menuju gudang, Gempa berniat ke luar sebentar, melihat Thorn yang dari tadi tak ada kabarnya. Takut jika sampai adik polosnya itu kenapa-napa.

Dibuka nya pintu utama rumah ini, ia sudah di suguhkan dengan Solar yang tengah menempelkan sesuatu di karung. Lelaki itu sudah kembali dari gudang? Apakah dia juga sudah mandi sesuai janjinya sehabis dari gudang ia akan mandi? ;-;

"Ngapain, Lar?" Tanya Gempa datang menghampiri Solar. Tapi tak di respon sama sekali oleh pemuda itu.

Gempa mengerjapkan matanya saat melihat kegiatan apa yang tengah di lakukan Solar, menempel uang sebesar 100.000 dan 50.000 di karung yang sudah ia gunting seperti baju."Ini buat apa?"

"Buat ekperimen bang," Jawab Solar masih fokus menempelkan uang-uang itu.

"Eksperimen? Make uang yang di lekatkan di karung? Mau jadi apa sih? Mau ikut karnaval? Atau MOS?" Anak ketiga dari Bapack Amato itu melangkah menghampiri adiknya lebih dekat agar bisa lebih jelas melihat aktifitas yang tengah di lakukan oleh sang adik.

"Ya engga lah Bang. Gw kan udah ganti mangkok lu, kok kewarasan lu belum kembali sih?" Oh jadi maksudnya si bensin ini membelikan Mamy Gempa mangkok supaya ia kembali waras? '-'

Gempa gak marah kok, dia mah senyumin aja,"Ya kan gw emang nggak tau, itu kan ide lu—ada di otak lu, sedangkan otak kita beda bukan satu, otak lu lebih ke genius dan otak gw lebih ke bijak. Lagian juga bisa aja eksperimen elu nyamar jadi salah satu peserta di karnaval dan lihat banyak kagak yang nyolong duit di karung elu,"

Solar diam, kok kata-kata nya bisa di banting sih? Atau ia kurang genius?"Iya Bang, iya," Dan jalan terakhir yang di ambil pemuda narsis itu hanya meng'iya'kan nya saja.

"Jadi, niat gw——keknya lebih enek kalo make nama gw deh:v" Setelah mengucapkan itu Solar pun berdehem beberapa kali.

"Jadi, niat Solar pengen make nih karung yang udah di ubah jadi baju, terus Solar bakalan berdiri di pinggir jalan—pusat kota—dan melihat siapa aja yang ngambil nih duit, soalnya entar Solar bakalan tempel kertas yang bertuliskan 'Silahkan ambil secukupnya bagi yang butuh' Solar pengen tau siapa aja yang ambil, kira-kira orang kaya ambil ndak ya? Atau mereka ambil nya seberapa banyak dan bagaimana dengan orang yang nggak mampu, gitu Bang..." Jelas Solar panjang lebar, membuat otak Author puyeng.gggg

Mana mungkin orang sebijak Mamy Gempa tak paham, jadi—"Owh.. Gitu. Tapi apa ngga terlalu ekstrim ya? Itu uang nya banyak, Lar, terus kamu juga gak tau mereka ambil uang itu buat apa aja, gimana kalo ada orang yang nggak perlu tetap ambil? Emang ngga bisa lakuin eksperimen lain apa?" Ini Gempa cemas atau apa? Mungkinkah ia takut kehilangan banyak uang? Semenjak kapan Mamy Gempa jadi orang yang eman-eman? •-•

"Tenang aja Bang. Pertama, Solar bakalan nanya ama orang yang mau ngambil uang ini, untuk kebutuhan apa. Kedua, abang ngga perlu khawatir ini make duit Solar kok, jadi kebutuhan keseharian kita nggak terganggu," Ujar Solar kembali menjelaskan, ia keluar sebentar tadi selain membeli mangkok baru buat Gempa dirinya juga pergi ke ATM ngambil duitnya.

Gempa tau niat Solar baik, ia tak akan menghalangi adiknya untuk berubah menjadi lebih baik,"Oke, terserah kamu aja, abang dukung kok"

"Makasih Bang," Kakak ketiga Solar hanya sekedar meresponnya dengan senyuman.


⋇⋆✦⋆⋇

Sekarang, disini lah Solar berdiri, di perempatan jalan raya pusat kota. Ia hanya berdiri seperti patung dan itu butuh keberanian besar! Malu oyy berdiri di tengah-tengah keramaian dengan mengenakan karung yang di tempelin uang, dah kek orgil.g T^T

Okeh, abaikan dan lupakan dulu rasa malu yang harus di tanggung, sekarang Solar harus fokus. Kamera sudah terpasang pada tempatnya masing-masing, beberapa saudara nya juga sudah siap siaga di bagian mereka.

Pertama-tama tak ada yang mendekati Solar, para pejalan kaki yang berlalu-lalang hanya menatap Solar dengan ekspresi muka yang sulit di artikan. Entahlah Solar juga tak paham maksud tatapan-tatapan mereka semua, apakah mereka tengah terpesona dengan ketampanan nya?.g

Sempat-sempatnya si bensin Monsta ini narsis🗿

Masih tak ada juga yang mendekati pemuda itu, padahal sudah hampir setengah jam ia berdiri. Apakah kakinya tak merasakan pegal-pegal? ;-;

Ah lebih lama solat gerhana—eh bentar ini para BoEl dah solat duhur belum ya? Sudahlah tentunya, kalo belum mana di bolehin keluar ama Mamy Gempa kesayangan ku bukan kalian.ggg

Karena sudah cukup lama berdiri dengan posisi seperti patung dan tegak kek tiang listrik, Solar pun mulai merasakan pegal-pegal yang menjalar di kakinya.

Apakah disudahi saja eksperimen pertama—yang sepertinya gagal? Pikir pemuda itu.

Cukup lama berpikir sampai Readers jadi tua.g

Cukup lama ia berpikir hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri saja eksperimen nya yang tak membuahkan hasil atau gatot?

Baru juga satu langkah di ambil oleh pemuda itu menuju mobil tempat kembaran nya bersembunyi, sebuah suara menghentikan pergerakan sang pemuda, ia pun berbalik ingin melihat siapa yang memanggilnya.

Matanya mendapati seorang wanita dengan dress di atas lutut berwarna merah, rambut yang terurai sebahu dan terakhir make up menor yang dikenakan oleh wanita tersebut—oh iya wanita di hadapan Solar ini membawa sebuah tas kecil yang di selempang kan di lengan nya.

Tau tidak? Solar rasanya ingin menutup matanya melihat penampilan wanita ini!! Menyesal dia tadi tak mengenakan kacamata nya, jadi sekarang dirinya bisa melihat aurot sang wanita dengan jelas tak ada penutup nya. Lihat lah wanita ini dengan tenang dan senangnya ia mengumbar aurot nya di depan umum—dosa mu udah seberapa ya mbak?

'Astaghfirullah,'

Solar hanya mampu beristighfar dalam diam, berusaha sabar menghadapi kelakuan-kelakuan tak senonoh wanita akhir zaman. Moga mendapatkan hidayah dan segera berubah menjadi lebih baik—Aamiin-in ndk? Aamiin-in ndk? AAMIIN-IN NDK?! Ya aamiin-in lah, masuk surga itu ngajak-ngajak.

"Ini beneran, Mas?"

Mas

Mas

Mas

Satu kata yang terdiri dari tiga huruf itu terus saja terngiang-ngiang di pikiran Solar, dia di panggil 'Mas' sungguh tak keyen, holang setampan nya di berikan panggilan 'Mas' sangat tak sesuai kan? T^T

Mas Solar😭😂

Rasanya ingin ngakak sekaligus menanges mendengar nya.g

"Iya—" Solar bingung mau ngasih panggilan apa? Mbak? Tapi wanita ini menyebutnya 'Mas'—Mas - Mbak gitu? Entahlah Solar pun tak tau😭✌

"Jadi kulo boleh ambil," Allahuakbar bahasanya, penampilan nya 'uwo' tapi bahasa nya, tenang aja, Solar paham kok—dia kan genius.

"Bole bole, mau buat apa ya btw," Tanya Solar masih kebingungan mau memberikan panggilan apa.

"Ini loh mas mau ke salon, pedi-medi, bla bla bla bla..." Solar hanya mengangguk kan kepalanya aja, kurang paham dia ama salon dan kebutuhan wanita—walaupun aslinya Author nya yang kurang paham😭🔫

Setelah mencabut(?) lima sampai enam lembar uang berwarna merah yang berada di punggung Solar, wanita itu segera pergi. Sementara pemuda narsis itu hanya tersenyum tipis, pergi ke salon—tak begitu penting, padahal kan harapan Solar yang mengambil uang ini adalah orang yang benar-benar tak mampu, tapi lihat lah wanita itu kelihatannya masih mampu dari penampilannya. Tapi ia tetap mengambil uang itu, serakah sekali, untuk apa ke salon—Author aja bisa kelihatan cantik tanpa harus ke salon.gggg

Setelahnya banyak orang yang mulai mendekati Solar dan mengambil atau lebih tepatnya mencabut uang yang tertempel di karung baju itu. Bahkan ada yang mencabutnya tanpa izin karena tengah bersepeda, mungkin ia malas berhenti. Solar jadi tak bisa menanyakan untuk apa uang itu digunakan, semoga saja untuk hal baik.

Sejauh ini rata-rata orang yang mengambil uang dari Solar adalah orang yang berpunya dan tak begitu membutuhkan. Masa iya ada emak-emak datang ke Solar dan meminta satu lembar uang hanya untuk membelikan anaknya permen---alasan mu bagud mak😭🔫

Dan ada juga segerombolan pemuda yang menaiki mobil mewah berhenti hanya untuk mengambil uang dari Solar, salah satunya turun—datang menghampiri Solar, pemuda narsis itu tau jika lelaki ini adalah anak orang kaya,  bisa dilihat dari mobil yang ia bawa bersama kawan-kawan nya.

Tapi, kenapa ia masih mengambil uang dari Solar? Jika dilihat sepertinya ia seumuran dengan nya atau lebih tua yang pasti dari wajahnya ia tak lebih muda dari dirinya. Saat Solar bertanya lelaki itu menjawab jika uang itu akan ia gunakan untuk mentraktir kawan-kawan nya minum. Entahlah Solar curiga di kata 'minum'. Sudahlah biarkan saja.

Waktu semakin berjalan uang yang menempel pada baju karung Solar juga semakin berkurang dan orang-orang yang mengambilnya bukan orang yang membutuhkan atau orang yang tak mampu tak berani mengambil/meminta nya?

Solar melihat jam di pergelangan tangannya, pukul 15:13 sebentar lagi ashar, apa lebih baik ia pulang saja? Tapi belum ada orang yang benar-benar membutuhkan mengambil setidaknya selembar uang nya.

Pemuda itu menghela nafas. Ini juga cobaan kali ya, ingin berbuat baik tapi yang mendapatkan nya adalah orang yang mampu, pikir Solar.

'Tak apa, sedekah tak harus memandang orang itu membutuhkan atau tidak, tapi lebih baik jika di berikan kepada yang sememangnya sangat membutuhkan'

Apakah pikiran kalian sama kek Author? Si Solar udah mulai ketularan bijak nya Gempa, atau emang itu kata-kata yang pernah ia dapatkan dari Mamy Gempa? Eh gaboleh suudzon dulu--astaghfirullah.

Banyak-banyak ngetik istighfar aja, biar Readers nya yang baca juga ikutan, kan baik:>

Solar mengedarkan pandangannya ke sekitar, jalanan masih aja kelihatan rame, kagak pada ngumpul di warteg gitu kah? Eh ga boleh, jauhi kerumunan, masih ada Corona, ingat!

"Gw balik aja kali ya? Nggak semua harapan bisa terpenuhi—ada kalanya tak terjadi, karena jika harapan mu terus-terusan terkabul maka kau akan ketagihan dan terus berharap tanpa ada usaha. Hidup tak semudah itu, dunia emang di ciptakan untuk mengujimu bukan menjadikannya surga, lantas kenapa masih mengeluh pada saat terkena cobaan jika tau dunia itu adalah hukuman bagi nabi Adam," Solar menghentikan perkataan nya, jika terus ia lanjutkan maka mungkin semuanya benar-benar akan berpikir ia tak waras.

Solar versi di cerita Kiya alim bet ya:'v

"Permisi, nak" Solar menoleh ke samping kanan nya dan menemukan seorang kakek.

"Iya, Kek?" Sapa Solar balik, orang ini adalah orang asli dari kota yang Solar tempati.

"Kakek bisa minta 50.000 aja buat beliin kucing kakek makan, kasian dia belum makan," Wow jarang-jarang orang asli ujung dunia bisa bahasa Indo---abaikan🗿

Solar terdiam, entahlah mendengar ucapan kakek ini hati Solar jadi terguncang, sang kakek lebih memikirkan hewan peliharaan nya? Sedangkan dirinya saja belum tentu sudah makan. Kedua sudut bibir Solar terangkat membentuk bulan sabit kecil,"Boleh benget kok, Kek, bahkan boleh ngambil lebih dari 50.000"

"Nggak perlu, kakek cuma butuh 50.000 doang, sisanya bisa kamu kasih ke orang yang lebih membutuhkan," Hati Solar lebih tersentuh mendengar perkataan kakek ini walaupun menggunakan bahasa asli kota ini cuma langsung di ubah jadi B.Indo ama Author--

Sang kakek mencabut satu lembar uang berwarna biru kemudian segera pergi, mana mungkin Solar akan membiarkan itu, ia mencegah kepergian sang kakek kemudian mencabut beberapa lembar uang berwarna merah untuk di berikan. Tapi kakek itu menolak dengan terus berkata 'ia tak begitu membutuhkannya, jadi lebih baik berikan saja kepada yang jauh lebih membutuhkan'

Justru perkataan itu malah semakin membuat Solar bersikukuh untuk memberikan uang yang sudah di cabut nya dari baju karung. Namun lagi-lagi dan lagi kakek itu menolaknya.

Karena terus di paksa kakek itu pun menerimanya dan banyak kali mengucapkan terimakasih kepada Solar bahkan sang kakek sampai menundukkan badannya. Namun segera di cegat oleh pemuda narsis milik Monsta itu.

Setelah puas mengucapkan beribu-ribu Terimakasih, akhirnya sang kakek pun berpamitan untuk membelikan kucingnya makan dan sebelum kakek itu pergi Solar sempat berpesan agar uang itu juga di gunakan untuk membeli makanan sang kakak, responnya hanya sebuah anggukan kepala.

Solar menghela nafas nya lega, akhirnya ada orang yang benar-benar membutuhkan mengambil uangnya. Semoga orang yang tak tau diri yang telah mengambil uang Solar untuk keperluan tak penting dan mendesak di ampuni dosanya—aamiin

Nah sekarang si bensin ini sudah yakin jika ia akan mengakhiri eksperimen sosial nya ini, waktunya pulang!

Tunggu. Langkah sang pemuda terhenti saat kedua matanya menangkap beberapa anak kecil yang mengintip dari balik dinding sebuah bangunan. Anak-anak itu hanya mengeluarkan kepalanya dengan takut-takut dari gang kecil yang tercipta akibat di bangun nya dua gedung.

Karena rasa penasaran Solar pun datang menghampiri anak-anak itu dan pada saat beberapa anak itu tau jika Solar datang mendekati mereka malah semuanya segera bersembunyi di gang kecil itu.

Hal itu justru membuat rasa penasaran Solar semakin bertambah, ia lebih mempercepat langkahnya mendekati anak-anak itu.

Sesampainya ia di gang, terlihat lah sekumpulan anak-anak yang tengah mencari-cari sampah di tong sampah, jadi mereka pemulung?

Rasa simpati Solar tergerak dikala ia melihat itu,"Lagi ngumut sampah ya?" Solar tau seharusnya ia tak bertanya begitu karena sudah jelas itulah kegiatan yang sedang di lakukan, tapi hanya untuk sekedar basa-basi membuka obrolan.

Mereka semua mengangguk dengan sedikit rasa takut, terlihat jelas di wajah masing-masing anak.

"Ibu ama Ayah mana?"

"Gatau, mungut sampah juga kali," Jawab salah satu anak. Solar hanya merespon dengan membentuk mulut nya seperti huruf 'o'.

'Fakta, tak semua anak terlahir dengan keberuntungan, jadi bagi kalian yang masih beruntung, bersyukurlah, lihat masih ada yang lebih bawah dari dirimu karena jika kau melihat yang lebih atas dari mu maka tak akan ada rasa syukur,'_Solar 2k21

"Udah pada makan?" Tanya Solar sekali lagi.

"Belum, Kak," Kali ini dijawab serempak oleh mereka.

"Lah.. Kok ndak makan dulu?"

"Ini Kak, kita lagi mulung supaya dapat uang untuk makan hari ini," Solar tersenyum miris, ia benar-benar tak menduga hal itu. Di luar sana banyak yang tak bersyukur bisa makan, sedangkan mereka harus mencari uang terlebih dulu untuk makan, iya makan kalo dapat uang kalo ndak?

Solar mencabut uang yang masih tersisa di karung bajunya, sudah tinggal uang sejumlah 50.000 saja, yang lebih besar sudah habis.

Ia pun menghitung uang itu satu-persatu, bibir nya tersenyum saat mengetahui jumlah uang yang tersisa. Solar memberikan dua lembar uang berwarna biru itu kepada masing-masing anak, walaupun awalnya mereka ragu untuk menerima. Tapi you know Solar kek gimana kan? Jadilah anak-anak itu bersorak bahagia dan mengucapkan terimakasih kepada 'Kak Solar'.

Tentu saja Solar ikut bahagia dan senang melihat itu menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi Solar.

Dari kejauhan Gempa tersenyum bangga melihat apa yang dilakukan oleh sang adik yang tadinya narsis mulu. Sedangkan Halilintar hanya tersenyum tipis melihat itu, dia menolak untuk menunjukkan kebanggaannya kepada sang adik bungsu.

"Adik gw tuh!" Celetuk Taufan mengelap genangan air mata menggunakan jari telunjuknya.

"Siapa bilang Solar bukan adik Bang Upan?"

Jleb

Bener juga ucapan Thorn, tak ada yang bilang Solar bukan adiknya:'v tapikan maksud pemuda itu mengatakan hal tadi karena mengungkapkan rasa bangga nya kepada sang adik.

Ice, ia tak peduli, malahan dirinya tak ada disini karena ia tengah tidur di rumah, jaga rumah katanya siapa tau ada maling masuk. Tapi kalo dirinya tidur kan sama aja bo'ong '-'

Jadi nya si pecinta ayam a.k.a Blaze menawarkan dirinya untuk menemani Ice alias menjaga rumah dengan di temani ayam sebagai pasukannya, kali-kali lah si Blaze pengen ngerasain jadi komandan bukan Gempa mulu yang rasain.

Setalah menyuruh anak-anak itu pulang dan membeli makanan. Solar pun datang menghampiri saudara-saudara nya, mengajak mereka untuk pulang juga.

Mereka semua kan belum solat ashar, tak baik menunda-nunda solat U-U






>T.B.C<


Akhirnya bisa up nih book setelah sekian lama terbengkalai:'V

Sekalian mau pamitan kalau aku mau ke pondok lusa:'D
Dan minta doa juga (kalo mau do'ain)
Semoga aku bisa fokus mencari ilmu buat akhirat dan cepat lulus ya, moga mondok ku bisa barokah..

Makasih udah nemanin aku selama ini, ku ucapkan banyak-banyak syukur bisa mengenal kalian🤧💕

Sekali lagi terimakasih bisa menghargai karya ku💐✨

Izin hiatus lama ya? Sangat lama, aku pasti rindu kalian semua Ó╭╮Ò









Salam Solar_Ganz😎
Author Akiya out.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro