•17• Pernyataan Cinta yang Terlambat
Atas perintah Adipati, Amanda pergi ke kantor Aratha Publisher sendirian, sedangkan laki-laki itu baru saja selesai membawa Bima ke klinik karena tengah malam badannya panas tinggi. Pertemuan ini penting bagi Amanda, sebab Firman akan membahas strategi promosi untuk semua penulis. Jadilah Adipati yang mengorbankan diri tidak datang ke sana.
"Saya bangga dengan kalian yang berhasil mengaduk-aduk perasaan kami dan pembaca. Tulisan kalian nggak ada yang mengecewakan."
Begitu kata Firman. Sejak acara pertemuan ini dibuka, dia tidak henti mengapresiasi kinerja lima penulis proyek ini. Amanda sedikit lega. Tak mengira jerih payahnya hampir tiga minggu ini membuahkan hasil.
"Saya lihat cerita punya Gea paling banyak diminati, Pak. Saya jadi insecure," kata salah seorang peserta yang Amanda tahu namanya Citra. Setelah berkenalan, Amanda juga baru tahu kalau perempuan ini penulis famous di Your Story. Sudah ada delapan buku yang berhasil terbit di penerbit mayor dan satu judul berhasil masuk jajaran paid story.
Tapi, tunggu, Citra barusan mengatakan insecure? Amanda tersenyum miris. Kalau Citra yang followers-nya banyak masih rendah diri, bagaimana dengan dirinya yang pengikutnya masih sepuluh ribuan? Sejak tiga bab pertama diunggah di platform yang bekerja sama dengan Aratha Publisher--Bacaku namanya--semalam, Amanda belum melihat statistik. Jujur, Amanda memiliki ketakutan novelnya sepi pembaca.
Rupanya ungkapan Citra disambut oleh penulis lain, kecuali Amanda dan Gea. Mendengar itu, Amanda jadi penasaran. Diam-diam, dia menyalakan ponsel dan membuka aplikasi Bacaku. Ternyata benar, novel milik Gea berada di urutan nomor satu, dengan total 500 viewers, 350 vote, dan rating 4.5, bahkan komentar tiap babnya bisa puluhan. Amanda menelan ludah. Dalam waktu semalam, Gea berhasil mendapatkan pembaca sebanyak itu.
"Kalian jangan insecure dulu, ya. Kami tetap melihat kualitas tulis kalian. Memang saat ini Gea menduduki posisi pertama, tapi itu bukan jaminan. Saya nggak mau kalian kacau karena statistik. Saya ingin kalian semua bisa fokus menulis sampai selesai," kata Firman lengkap dengan senyuman. Sebenarnya Firman ada benarnya, tapi namanya hati mana bisa bohong. Amanda benar-benar tidak percaya diri dengan tulisannya.
Bahkan, sampai pertemuan itu bubar, pikiran Amanda masih berkecamuk. Dia kembali membuka Bacaku dan melihat tulisannya. Suasana hatinya berubah saat melihat angka di sana. Tiga bab miliknya hanya mendapat 200 viewers, yang komen pun masih lima orang. Berbeda jauh dengan milik Gea. Padahal pada pertemuan sebelumnya, Gea mengatakan ingin sekali dieditori oleh Adipati.
Amanda jadi berpikir mungkin kalau Adipati yang menjadi editor Gea, apa tetap mendapatkan viewers yang sama?
Dering ponsel membuyarkan lamunan Amanda. Matanya melebar setelah melihat notifikasi pesan dari Guntur. Usai memastikan tidak ada orang, Amanda membuka pesan tersebut dan membacanya dalam hati.
Mas Guntur: Manda, kamu lagi sibuk siang ini? Kalau ketemuan bisa?
Amanda menimbang-nimbang ajakan itu. Tidak ada salahnya untuk diterima. Lagi pula, Bima masih aman dijaga bapaknya.
Anda: Bisa, Mas.
Lima belas menit kemudian, balasan dari Guntur datang.
Mas Guntur: Kita ketemuan di kedai, ya. Kamu ke sini.
Anda: Oke, Mas.
Amanda langsung beralih ke nomor Adipati. Di sana dia mengetik pesan untuk laki-laki itu.
Editor Aneh: Saya pulang telat. Ada temen yang ngajak ketemuan.
Setelah itu, Amanda baru memasukkan ponsel ke saku celana, lalu beranjak menuju motornya.
Setibanya di kedai, Amanda dibuat heran dengan suasana tempat bekerjanya dulu. Biasanya siang-siang gini tampak ramai. Namun, kini tiap meja terlihat kosong, bahkan sepanjang jalan, Amanda tidak menemukan satu pun orang. Makin masuk, makin sepi. Hal itu membuat badannya merinding. Jangan-jangan Guntur sedang mengerjainya.
Akan tetapi, ketika berhenti di sebuah meja, tiba-tiba saja balon-balon beterbangan, lalu konfeti bertaburan di tubuh Amanda. Pelakunya muncul beberapa saat kemudian. Siapa lagi kalau bukan Guntur.
"Selamat ulang tahun, Amanda!"
Mata Amanda berkedip berkali-kali. Otaknya mulai mengingat sebuah tanggal dan bulan yang menyatakan kelahirannya. Andai Guntur tidak mengucapkan itu, mungkin sampai tahun depan Amanda lupa dengan tanggal ulang tahunnya. Dirinya bukan manusia yang selalu mengingat peristiwa penting. Orang-orang terdekatnya saja tidak ada yang peduli. Lagi pula, untuk apa? Justru Amanda merasa sedih tiap kali bertemu dengan tanggal ini. Usianya bertambah. Amanda makin tua.
"Aku sengaja mengosongkan kedai ini khusus kejutan buat kamu. Kamu senang, kan?"
Amanda tertegun. Jadi, kedai yang sepi ini merupakan unsur kesengajaan? Demi kejutan ulang tahunnya? Ya ampun, bagaimana caranya? Kan, ini bukan milik Guntur.
Kalau ditanya senang atau tidak, ya sudah pasti jawabannya senang. Siapa yang tidak senang diperlakukan seperti ini oleh lelaki idaman?
"Kok, bengong? Ayo, duduk!"
Perempuan itu merasakan sentuhan pada kedua bahunya hingga kakinya bergeser ke dekat kursi. Amanda jatuh terduduk dengan wajah yang masih kaku. Saat sosis bakar, sate ayam, dan lontong berjajar di meja, Amanda masih mematung. Kenapa Guntur bisa tahu semua makanan kesukaannya? Ya, karena Amanda sering membawa makanan itu ketika masih bekerja.
Kini, Guntur duduk di depan Amanda. Pria itu mengenakan kaus polo warna hitam. Penampilannya selalu menarik di mata Amanda.
"Aku punya satu kado buat kamu. Mau lihat sekarang?"
Belum selesai ternyata. Kontan Amanda mengangguk. Dia malah jadi penasaran sekarang.
Sebuah kotak biru diletakkan di meja. Guntur meminta Amanda membuka tutupnya. Usai diangkat, mata Amanda kembali terbelalak. Isinya bukan permata, apalagi berlian, melainkan novel yang kemarin dia pilih yang katanya untuk hadiah ulang tahun perempuan. Jadi, perempuan yang dimaksud Guntur itu ... Amanda?
"Kamu suka nggak sama kadonya?" Mata pria itu berbinar saat bertanya. Amanda sampai melongo. Bibirnya terbuka. Ya Allah, kenapa laki-laki ini terlihat indah di matanya?
"Suka, Mas. Kan, aku yang pilih." Amanda menggaruk tengkuknya. Tersenyum kikuk.
Guntur tersenyum. "Aku mau kasih tau sesuatu. Mau denger nggak?"
"Emang Mas Guntur mau kasih tau tentang apa?"
"Perasaan aku ke kamu."
Amanda tercekat, mulai tak nyaman. Sebentar. Ini sepertinya jebakan. Ya Gusti, kenapa baru sadar sekarang? Jangan katakan kalau sekarang Guntur sedang berusaha ....
"Sejak awal aku ketemu kamu, aku langsung suka sama kamu, tapi aku cari waktu yang tepat untuk ngasih tau. Aku rasa ini saat yang tepat. Di hari spesial kamu, aku pengen kamu jadi bagian dari hidupku. Aku pengen serius. Kamu mau, kan, menghabiskan sisa waktu sama aku?"
Sekarang Amanda kehilangan kata-kata. Serangkaian kalimat berserakan di dalam kepala. Lidahnya tak mampu mengeluarkan suara. Kenapa baru sekarang? Kenapa Guntur menyatakan perasaan di saat Amanda sudah terikat dengan laki-laki lain? Kenapa Guntur hadir di saat Amanda ingin menata hubungannya dengan Adipati?
Bisa saja Amanda menerima dan menjalin hubungan di belakang Adipati. Toh, kesepakatan sejak awal begitu, mereka tidak boleh saling usik. Namun, hanya segitu harga dirinya? Demi Guntur, masa tega menodai pernikahan.
Amanda meremas kedua telapak tangannya. Pikirannya bercabang. Apa ini sudah saatnya Guntur tahu yang sebenarnya?
Hayoloh bakal dijawab apa?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro