Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

•12• Toko Buku

Kak, kapan update lagi?

Kak Manda, cerita Mas Bara, kok, nggak lanjut-lanjut? Udah dua hari nggak update, lho!

Thor, jangan lupa update! Gue udah nggak sabar, nih, tau kelanjutan Mas Bara gimana. Fast update kalo bisa!

Kakak, aku kangen Mas Bara.

Ayo, dong, update!

Amanda menutup aplikasi Your Story tanpa membalas message board yang masuk dari pembaca. Bukannya mau sombong, hanya saja kepala Amanda sedang penuh dengan project Duda Series. Awalnya dia terlalu percaya diri bisa membagi waktu antara project ini dengan tulisannya di Your Story. Namun, faktanya, Amanda harus mengalahkan salah satu.

Karena tidak mungkin mengundurkan diri dari project ini, maka Amanda memilih hiatus sementara dari aplikasi yang membesarkan namanya. Ya, sudah dua hari dia tidak melanjutkan tulisannya. Baru dua hari, tapi sudah mendapat tagihan seperti ini, apalagi kalau dirinya menghilang selama tiga bulan.

Amanda menyadari kelemahannya. Dia tidak bisa fokus mengerjakan beberapa judul dalam waktu bersamaan. Dia juga bukan tipe penulis yang langsung memiliki koneksi dengan judul baru, makanya naskah Duda itu Suamiku belum berkembang. Di saat penulis lain sudah sampai bab lima, Amanda bab satu saja belum tuntas. Memalukan. Rasanya tidak pantas menyandang penulis best seller di saat dirinya kesulitan menulis cerita baru.

Agar pikirannya jernih, Amanda memutuskan untuk pergi ke toko buku. Sebelum itu, dia mampir sebentar ke mesin ATM. Kartu yang diberikan Adipati tadi pagi yang Amanda lihat isinya pertama kali. Tentu sebelumnya sang pemilik memberikan pin supaya Amanda bisa menarik uang.

Mata Amanda membulat sempurna tat kala melihat saldo terakhir dalam kartu tersebut. Tujuh ratus ribu. Hatinya dilema. Harga buku paling tidak sekitar enam puluh ribu ke atas, kalau dikalikan sepuluh, uang di dalam kartu ini bisa ludes. Pemborosan namanya.

Amanda langsung teringat dengan aplikasi peminjam buku di ponselnya. Dia pun memutuskan untuk tidak membeli semua buku yang direkomendasikan. Amanda akan meminjam saja di aplikasi tersebut. Akhirnya, Amanda hanya mengambil seratus lima puluh ribu dari kartu milik Adipati. Biar nanti kalau lelaki itu bertanya, dia punya jawaban.

Amanda juga mengecek saldo rekening miliknya. Semalam, editor buku sebelumnya mengatakan sudah mengirim royalti bulan ini. Melihat nominal di layar, Amanda tersenyum cerah. Uang ini bisa digunakan untuk kebutuhan selanjutnya.

Sudah mendapatkan uang, Amanda bergegas menyalakan mesin motornya. Karena Adipati yang akan menjemput Bima, Amanda bisa bebas pergi dengan kendaraan itu. Dirinya tidak punya pengalaman membonceng anak, mereka kesulitan saat membawa Bima. Ditambah kelakuan anak itu cukup ajaib. Kemarin, hampir saja jatuh. Kalau begini terus, lama-lama Amanda membeli pelindung khusus anak-anak untuk kendaraan motor. Daripada mengeluarkan uang untuk pesan taksi online.

Bukan pelit, Amanda hanya tidak suka berlama-lama di dalam mobil. Bikin pusing. Lagi pula, naik motor justru menghemat waktu karena bisa menyelip di antara kendaraan besar. Cara perawatannya pun terbilang mudah. Ya, intinya Amanda malas naik mobil.

Dua puluh menit kemudian, Amanda sampai di toko buku tujuannya. Kakinya mulai mengitari rak buku fiksi. Mengambil buku yang berjudul Merakit Rindu karya Rosi Amira, Kutunggu Kamu di Rumah karya Pelukis Malam, dan Rusuk sang Duda karya Helmi Al Rasyid. Dilihat dari blurb-nya, tiga judul ini isinya hampir sama dengan tema yang sedang Amanda tulis. Pantas saja Adipati memasukkan buku-buku ini ke rekomendasi.

Amanda beralih ke rak buku non fiksi. Ada satu judul yang tertulis di rekomendasi suaminya, yaitu 101 Dosa Penulis Pemula milik Isa Alamsyah. Amanda bisa menebak mengapa Adipati menyarankannya membeli buku ini. Ya, namanya penulis pemula, jam terbangnya belum sebanyak pria itu. Terlebih percakapan tadi pagi berhasil mengoyak pikiran Amanda.

Cukup. Amanda hanya membeli empat dari sepuluh buku yang direkomendasikan. Sisanya Amanda akan mencari versi ebook. Biasanya ada penulis lain yang membagikan. Ya, meskipun memiliki aplikasi peminjaman buku, tetap saja Amanda harus mengantre. Dia tidak suka menunggu.

"Terima kasih," ucapnya saat kasir memberikan bukti pembayaran sekaligus empat buku yang dimasukkan ke plastik putih. Sebelum pergi, Amanda baru menyadari bukunya berada di rak best seller toko buku ini. Kontan kedua sudut bibirnya tertarik ke atas.

Langkahnya terasa ringan ketika keluar dari toko buku tersebut. Sampai suara laki-laki menghentikan tangannya yang hendak memasang helm.

"Amanda, kita ketemu di sini. Kebetulan banget!"

Amanda urung mengenakan pelindung kepala itu dan memasang wajah ramah. Matanya terpaku pada sosok lelaki yang hari ini memakai kaus polos berwarna putih, dipadu dengan celana chinos berwarna hitam. Semakin terlihat keren dengan topi yang bertengger di kepala. "Mas Guntur. Tumben keliatan di sini?"

"Aku lagi cari novel buat kado. Kamu sendiri habis ngapain?"

"Ini, habis beli buku." Amanda menunjuk plastik di tangannya. "Kalau Mas mau cari buku, aku permisi dulu, ya."

"Eh, gimana kalau kamu temani aku cari novel buat hadiah ulang tahun perempuan. Kamu rasanya cocok untuk dijadikan acuan. Kamu mau, kan?"

Ya, tentu Amanda tidak mungkin menolak ajakan Guntur yang notabene adalah pria idamannya. Melupakan sejenak statusnya sebagai istri orang. Toh, ini bukan selingkuh. Hanya menemani memilih novel. Jika ditarik ke belakang, Guntur-lah yang lebih dulu mengenalnya.

"Mas udah tau belum perempuan yang mau dikasih itu sukanya genre apa?" tanya Amanda setelah hampir sepuluh menit hanya mengitari rak buku.

"Katanya, sih, dia suka genre romance sama young adult."

Lho, dua genre itu kenapa bisa sama persis seperti kesukaannya? Amanda pernah mengaku bahwa dirinya menyukai novel bergenre romance dan young adult. Akan tetapi, perempuan yang menyukai romansa bukan dirinya saja. Amanda yang terlalu percaya diri.

"Kalau saranku beli yang ini aja, Mas." Amanda mengambil satu buku bersampul biru dengan ilustrasi bulan. Jujur, buku ini merupakan salah satu wish list-nya. Namun, tidak mungkin membelinya sekarang. Itu akan merusak rencana yang telah disusun.

Guntur menerima buku tersebut dengan mata berbinar. "Wah, makasih, ya. Nggak salah aku ngajak kamu!"

Amanda tersenyum.

Usai membayar, Guntur mengajaknya mampir sebentar di restoran seberang toko buku ini. Awalnya Amanda menolak, tetapi Guntur terus membujuknya. Ya, lagi-lagi, Amanda terpaksa menerima ajakan itu. Kapan lagi, kan, bisa berdua dengan Guntur? Ya, meskipun Amanda hanya memesan minuman.

"Kamu yakin nggak mau makan?"

"Nggak, Mas. Aku mau makan di rumah aja." Lagi pula, kalau kelamaan di sini, Amanda takut Adipati mencarinya.

"Gimana pekerjaan kamu yang sekarang? Enak?"

Amanda mengulum bibirnya yang basah. "Ya, Alhamdulillah, lancar, Mas."

"Kedai jadi sepi, lho, setelah kamu nggak ada. Banyak yang merasa kehilangan kamu."

Guntur memasang senyum yang manis. Amanda yang melihat itu seketika tertegun. Sial. Ternyata salah menerima tawaran makan siang bersama. Jantung Amanda sekarang tidak aman. Berdebar lebih kencang dari biasanya.

Samar-samar telinganya menangkap suara seorang anak laki-laki yang dikenal. Meruntuhkan semua khayalan Amanda pada Guntur. Sontak kepalanya menoleh ke kanan-kiri, mencari sumber suara. Namun, dia tidak berhasil menemukan visual yang sesuai dengan Bima.

Jangan-jangan ini halusinasi, batin Amanda.

"Mas, maaf, kayaknya aku harus pulang sekarang. Aku nggak mau bos aku nyariin."

Tanpa menunggu respons Guntur, Amanda bangkit dan bergegas menyeberang untuk mengambil motornya.

Halusinasi apa beneran hayo?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro