Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

•09• Menyebalkan

Amanda merenggangkan otot-otot pergelangan tangan, juga memutar tubuh ke kanan dan kiri setelah hampir satu jam duduk di depan laptop. Pintu kamar tertutup rapat serta telinga tersumbat earphone, jadi dia tidak akan mendengar suara-suara di luar dan tidak akan tahu apa yang dilakukan Adipati bersama anaknya.

Ya, lelaki itu benar-benar memberikan waktu untuk merevisi bab satu. Sebagai gantinya tadi siang Amanda yang menjemput Bima dari sekolah. Anak itu sempat ngambek lantaran Amanda pakai motor, bukan mobil. Ya, mau bagaimana lagi, Amanda dari lahir belum pernah belajar menyetir. Toh, belajar pun untuk apa? Mobil saja tidak punya dan intensitas perginya bisa dihitung jari.

Amanda keluar hanya untuk kerja dan belanja. Selebihnya mengeram di dalam kamar. Entah itu untuk nonton film atau menyelesaikan tulisan. Amanda akan keluar kalau mendengar perintah ibunya. Gara-gara itu juga Ratmi pernah hampir membawa Amanda ke orang pintar, katanya tidak normal. Padahal Amanda bisa seperti itu karena kelakuan ibunya.

Coba bayangkan nyaris setiap hari Ratmi mengeluarkan narasi perbandingan. Telinga Amanda sampai berasap mendengarnya. Daripada menjadi anak durhaka, lebih baik mundur dari peperangan, kan? Terkadang Amanda punya niat kabur ke luar negeri, tapi sayang tidak punya uang banyak. Sekarang dirinya berhasil keluar dari lingkaran setan. Namun, tetap saja ada saja ujian.

Balik lagi ke naskah. Amanda berulang kali membaca tulisan yang telah diedit. Sebelumnya tulisan Amanda penuh dengan garis merah dari Adipati, bahkan nyaris satu halaman penuh. Isinya tak lain dan tak bukan rentetan penjelasan Adipati mengenai penggunaan tanda koma, penggunaan kata di dan dari, yang paling panjang itu saat mengomentari tentang pergantian scene yang katanya terlalu cepat. Baru bab satu ini, lho, tapi kepala Amanda sangat sakit. Padahal rencananya novel ini harus tertulis sebanyak 30 bab.

Fail tersimpan sempurna. Amanda mematikan laptopnya, kemudian meletakkan earphone di leher. Saat hendak beranjak, pada saat yang bersamaan pintu tiba-tiba terbuka dari luar. Spontan Amanda berteriak.

Sebentar, seingatnya pintu sudah terkunci, tapi kenapa Adipati bisa masuk?

"Ya Allah, Pak! Kenapa nggak ketuk dulu pintunya, sih! Untung saya nggak lagi telanjang."

"Memangnya kenapa kalau kamu telanjang? Toh, saya udah boleh lihat."

Amanda terbelalak. "Istigfar, Pak!"

"Sudah, jangan mengalihkan pembicaraan! Kamu kenapa saya panggil nggak dengar-dengar?"

Belum sempat Amanda menjawab, Adipati berbicara lagi. "Pantas aja, telinga kamu tertutup benda itu, makanya nggak dengar saya."

"Bapak manggil saya ada apa emangnya?"

"Ini." Adipati menunjuk Bima yang ternyata berdiri di dekat kakinya. "Dia maunya tidur sama kamu."

Sudah pukul berapa ini sekarang? Rupanya Adipati tidak berhasil menidurkan anaknya. Amanda lantas melangkah menghampiri anak itu.

"Bima kenapa nggak mau tidur sama Bapak?" tanya Amanda seraya menyentuh bahu Bima.

"Aku mau dibacain dongeng sama Tante."

"Kan, dibacain Bapak sama aja."

"Nggak mau. Enak dibacain sama Tante!"

Amanda menggigit bibir bawahnya. Bukan sedang salting, ya, tapi lagi menahan kesal. Di saat bapaknya kasih waktu, anaknya mengacaukan. Mana pasang wajah melas pula! Terus kenapa Adipati malah mendatanginya alih-alih membujuk Bima supaya mau tidur tanpa mendengar dongeng dari Amanda? Amanda jadi menyesali ulahnya kemarin malam. Dialah yang pertama kali mengajak anak itu berdongeng sebelum tidur.

"Kamu turuti aja, ya. Soalnya ini udah malam."

Halah, dasar pria tidak ada usaha! Masa sama anaknya kalah! Akan tetapi, Amanda mana berani mengabaikan anak kecil ini.

"Ya udah ayo, Tante temenin kamu, tapi langsung tidur, ya."

Sayup-sayup Amanda mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar. Gadis itu lantas menegakkan tubuhnya untuk mengumpulkan nyawa. Samar-samar terdengar suara Bima yang memanggilnya di luar. Tanpa berlama-lama lagi, Amanda beranjak membukakan pintu untuk laki-laki itu.

"Lho, kamu kenapa belum ganti baju?" seru Amanda usai melihat Bima masih mengenakan pakaian tidur. Semalam setelah anak itu terpejam, Amanda langsung pindah ke kamar. Terus, ini sudah pukul berapa sekarang? Kenapa Adipati belum memandikan anaknya?

"Bapak mana?"

"Bapak udah nggak ada di kamarnya, Tante."

Amanda mengerjapkan mata. Dia ingin mengambil ponsel, tetapi matanya menangkap sebuah stiker note yang menempel di daun pintu. Amanda menarik kertas itu dan membaca isinya.

Saya pergi dulu. Ada urusan. Kamu yang antar Bima ke sekolah, ya.

Mulut Amanda menganga saat itu juga. Demi Tuhan, kenapa Adipati selalu mengambil keputusan secara sepihak begini? Kenapa harus pergi diam-diam atau setidaknya kenapa tidak membangunkannya dulu sebelum pergi? Ya, betul Amanda tidak mau saling usik, tapi kalau menyangkut Bima beda lagi. Lagi pula, kenapa Adipati pergi sepagi ini? Urusan apa yang mengharuskan Adipati pergi pagi buta?

Jangan-jangan ini masih ada kaitannya dengan uang 50 juta yang pernah diberikan ke Ratmi. Jangan katakan kalau Adipati ternyata meminjam uang di rentenir, terus sekarang sedang berjuang mencari uang untuk pelunasan. Kalau begini, harusnya Amanda tidak diam saja di sini, dong. Amanda harus bantu cari uangnya sebelum para rentenir itu mendobrak rumah.

"Sekarang, Bima mandi dulu, ya. Yuk, Tante bantu."

Amanda segera menggiring Bima ke kamarnya, lalu masuk ke kamar mandi. Setibanya di tempat itu, Amanda melepaskan pakaian yang melekat pada tubuh Bima.

"Kamu nurut, ya, sama tante, biar cepet."

Tanpa basa-basi lagi, Amanda mengguyur tubuh anak itu menggunakan shower. Begitu sudah basah, Amanda membuka sabun. Namun, saat ingin menyabuni, Bima mulai berlarian. Dalam sekejap, ibu dan anak itu saling kejar-kejaran di dalam kamar mandi.

"Bima, berhenti!"

Amanda berusaha meraih tangan Bima, tapi tidak berhasil. Anak itu malah menumpahkan sabun ke lantai, kemudian menyalakan shower dan diarahkan ke tubuh Amanda. Tentu saja setelah itu baju Amanda basah kuyup. Akibat ulahnya itu, kaki Bima yang menginjak buih sabun nyaris terjengkang. Beruntung Amanda segera melindungi anak itu agar tidak terbentur kloset.

"Aduh!" pekik Amanda ketika pantatnya bertubrukan dengan lantai yang basah. Panas seketika menjalar sampai ke atas. Kedua tangannya memeluk tubuh Bima. Tidak masalah jika sekarang dirinya yang bonyok. Kalau anak ini yang lecet terus Adipati tahu bisa-bisa terjadi prahara rumah tangga.

"Udah, ya, main-mainnya. Sekarang kamu nurut sama Tante."

Untungnya Bima tidak berontak lagi. Mungkin anak itu takut setelah melihat Amanda jatuh.

Urusan mandi beres. Perjuangan Amanda belum selesai. Kini, dia memakaikan seragam, lalu mendandani Bima supaya terlihat rapi. Dirasa cukup, Amanda menuntun Bima ke ruang makan. Ya, untungnya di meja tersedia roti tawar. Mungkin sebelum pergi, Adipati yang menyiapkan.

"Bima, makan ini dulu, ya. Gantian tante yang mandi sama ganti baju. Kamu pokoknya jangan main-main lagi. Kamu udah rapi soalnya."

"Iya, Tante."

Amanda memelesat menuju kamarnya. Mandi kilat demi mempercepat waktu. Kalau terlambat, dia juga yang kena semprot. Amanda malas ribut dengan Adipati.

Saat Amanda kembali ke ruang makan, Bima terlihat duduk di kursi dengan wajah penuh selai cokelat sampai ke bajunya. Detik itu juga, Amanda menarik napas, lalu diembuskan. Tolong, dirinya sudah berusaha memperbaiki penampilan Bima dan itu tidak mudah, terus sekarang harus diulang lagi?

Adipati menyebalkan!


Maaf kemarin nggak update karena sibuk sama urusan negara 🙈

Niatnya mau double update tapi tangan udah sakit 😌

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro