Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

•02• Tawaran Gila

Jadi istri?

Amanda tidak habis pikir kenapa harus bertemu dengan laki-laki aneh macam Adipati. Menyebalkan sekali, bukan? Tujuannya ke sini, kan, mau jadi peserta, mau nulis, mau bikin novel, bukan jadi istri orang. Mimpi apa dirinya semalam? Harusnya dia sadar sejak awal kenapa pria ini mengajaknya ke ruangan lain.

Ini tidak masuk akal!

"Kita belum ada satu jam ketemu, terus Pak Adi bilang begitu? Jangan aneh-aneh, deh. Saya aja nggak tau sifat Bapak kayak gimana, Bapak juga nggak tau sifat saya. Pak, menikah itu ibadah seumur hidup. Saya nggak mau menyia-nyiakan pahala saya!"

Persetan kalau lelaki ini marah gara-gara panggilannya berubah. Terserah kalau Amanda kesannya tidak sopan. Toh, yang dikatakan Amanda benar. Masa semudah itu mengajak perempuan menikah? Baru beberapa menit bertemu, lho, ini! Dari mana lelaki ini menilai seorang perempuan? Ya Allah, rasanya ingin tenggelam saja!

"Saya harus menikah bulan ini. Kalau tidak, saya akan kehilangan anak saya."

"Ya, itu bukan urusan saya. Hubungan saya sama Bapak itu penulis sama editor. Bapak yang menangani naskah saya. Udah, titik. Masalah Bapak, ya, bukan urusan saya. Jangan libatkan saya, dong. Saya nggak mau nambah masalah hidup."

Asli, Amanda makin gemas. Memangnya sesusah itu cari istri sampai-sampai mengajak seorang perempuan yang baru saja bertemu? Tadi, apa katanya? Kehilangan anak? Astaga, jadi, laki-laki ini ternyata seorang duda? Sesuai tema yang akan ditulis?

Tunggu, Amanda baru sadar. Kejadian ini persis seperti apa yang dia tulis di sinopsis, bedanya karakter duda yang diciptakan Amanda tidak memiliki anak. Jangan bilang kalau sekarang Adipati sedang mempraktekkan adegan itu. Aduh, apa ini namanya definisi senjata makan tuan?

"Yang serius, dong, Pak. Ini saya jadi nggak tulis ulang sinopsisnya?" Amanda terus berkilah. Yang benar saja kalau semudah itu menerima tawaran Adipati. Gila saja!

"Kalau kamu menolak tawaran saya, berarti kamu harus menulis ulang sinopsis kamu dalam waktu sepuluh menit."

"Hah?" Kali ini, Amanda tidak bisa menahan gejolak di dalam dada. Spontan dia bangkit dari duduknya. Pandangannya berubah tajam. "Saya batal aja, deh, kalo gitu. Males kalau begini caranya!" ucapnya tanpa berpikir panjang. Sudah tidak tahan berurusan dengan makhluk aneh macam Adipati.

"Kamu yakin? Kalau kamu mengundurkan diri sekarang, kamu bakal di-blacklist dan nggak bisa ikut event atau menerbitkan buku di sini. Kamu tahu, kan, penerbit sudah mengumumkan siapa saja lima penulis beruntung itu."

Adipati melipat kedua tangannya. Mengangkat alis. "Kalau kamu keluar dari sini, bukan saya yang rugi, tapi kamu. Saya malah bersyukur karena saya nggak perlu ngurusin naskah kamu."

Keberanian yang tadinya terkumpul itu kini perlahan menyusut. Ucapan Adipati sukses meruntuhkan semangat Amanda untuk menolak tawaran gila itu. Amanda hampir lupa jika salah satu konsekuensi keluar dari project ini adalah masuk daftar hitam penerbit. Sudah dikatakan sebelumnya bahwa Aratha Publisher ini salah satu penerbit mayor bergengsi. Penulis yang berhasil masuk bukan kaleng-kaleng. Novel mereka pun selalu masuk best seller. Ya, wajar kalau ada peraturan seperti itu. Berat, kan? Iya! Makanya Amanda tidak mau membuang kesempatan ini.

Amanda tidak menyerah. Demi nama baiknya, dia bertarung sekuat tenaga. "Saya nggak peduli, Pak. Toh, masih ada penerbit lain yang masih mau menerima saya!"

"Kamu sudah seyakin itu? Apa karena kamu sudah memiliki banyak pengikut, makanya kamu berani? Bagaimana kalau mereka meninggalkan kamu setelah tahu kamu keluar dari project ini?"

Argh! Adipati seolah-olah tahu jeroan Amanda. Ya, siapa pula yang mau menghancurkan nama sendiri? Tujuan Amanda ikut project ini supaya namanya makin besar, bukan malah tenggelam.

"Kamu juga tidak bisa mengganti editor seenaknya. Firman sudah capek-capek membuat konsep event ini. Dia sudah mengerahkan seluruh pikirannya untuk memilih penulis mana yang cocok dengan editor. Artinya, kamu bener-bener nggak bisa mundur. Kamu nggak punya kesempatan untuk mendepak saya."

Iya, benar. Amanda tidak memiliki power untuk ke sana. Amanda juga mana berani mendatangi Firman. Apa kata laki-laki itu nanti?

Sekarang kepala Amanda mulai berputar. Memikirkan harus memilih menulis dalam waktu 10 menit atau menerima tawaran gila itu.

"Saya akan kasih waktu satu menit untuk berpikir."

Ya Gusti ... apa mulut pria ini tidak lelah menghunjam jantungnya? Amanda mulai buntu. Runyam. Kenapa harus Adipati yang menjadi editornya? Kenapa harus dirinya yang bertemu laki-laki aneh ini?

"Mendingan nulis sepuluh menit, Amanda. Emang kamu mau jadi istri laki-laki aneh?" bisik hati Amanda.

"Jadi istri orang bukannya solusi yang bagus? Kamu nggak perlu capek-capek menghadapi ibu dan kakak," bisik hati Amanda lagi.

Amanda mengamati bentuk manusia di hadapannya itu. Wajah Adipati cukup menarik dengan mata bulat yang terhalang bingkai kacamata minus, alis tebal, hidung mancung, bibir tebal merah kehitaman, terdapat kumis tipis, dan rahang tegas.  Pakaian yang dikenakan pria itu cukup bagus, terutama arloji di pergelangan tangannya. Amanda yakin harga benda itu cukup mahal.

Setidaknya pria ini berpenghasilan, bukan? Apalagi pekerjaannya sudah jelas.

"Kalau saya terima tawaran itu, apa yang saya dapat?" Akhirnya, Amanda memberanikan diri mengajukan pertanyaan itu.

"Kamu akan tinggal di rumah saya. Kamu nggak perlu kerja di luar, cukup urus anak saya. Kamu akan dapat uang belanja setiap bulan. Lalu ... untuk project ini, sinopsis kamu nggak perlu tulis ulang kalau kamu menerima tawaran saya."

Tidak perlu menulis ulang? Itu artinya langsung beralih ke bab satu? Jangankan Amanda, penulis lain pasti senang jika mendengar tawaran itu. Tapi, itu artinya ... dia menumbalkan  diri kepada Adipati. Menjadi istri laki-laki itu.

Adipati lantas berdiri, kemudian mengangkat kelima jarinya. "Waktu kamu sebentar lagi habis. Lima ...."

Melihat Adipati menekuk satu jarinya, jantung Amanda berpacu cepat. Ini situasi paling menegangkan. Kepalanya mendadak pusing. Keringat dingin mengucur deras. Bahkan, perutnya serasa diaduk-aduk.

Adipati menekuk jarinya lagi. "Empat , tiga, dua ...."

"Oke, saya terima tawaran Bapak," ucap Amanda cepat. "Tapi, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku."

Pria itu akhirnya menurunkan tangannya. "Kamu mau syarat apa?"

"Pertama, saya mau pisah kamar, mungkin saya akan tidur dengan anak Bapak. Yang kedua, saya nggak mau pernikahan ini diketahui peserta lain, apa lagi Pak Firman, saya juga akan merahasiakannya dari teman-teman saya. Jadi, nggak usah ada acara besar-besaran. Yang ketiga, kita tetap ada di jalan masing-masing, nggak boleh saling usik. Saya nggak akan mengganggu urusan Bapak, Bapak juga nggak boleh ganggu privasi saya."

Setelah pulang dari sini, Amanda pastikan akan membenturkan kepalanya di dinding kamar. Baru beberapa menit berinteraksi dengan Adipati, otaknya mendadak konslet.

"Baik, saya akan terima semua syarat kamu. Besok pagi saya akan menghadap ke orang tua kamu."

Lho, ya, tidak harus besok juga, Pak!

A/N

Rencananya kalo rajin, aku mau update setiap hari, kadang bisa dua bab. Jadi mungkin selesai di bab 35-40. Ini kalau rajin ya wkwkwk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro