Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 8: Menunggu Kepastian

Spesial tag: wpdorm

***

Setelah dirawat di rumah sakit, maka pada keesokan harinya penyihir itu ditangkap oleh polisi. Ternyata, Lisha dan Randi telah melaporkan pelakunya kepada pihak yang berwajib. Tetapi polisi itu masih tak dapat membawa pelaku ke markas mereka dikarenakan ada suatu konflik dengan tim medis mengenai kondisi kesehatan seorang penyihir siluman.

Maka, yang bisa dilakukan Lisha dan Randi hanya bersabar sampai keadilan mereka ditegakkan dan dapat bertemu kembali dengan yang namanya Nia. Keduanya bersama dengan kak Tari hanya bisa menunggu pelaku itu dari luar ruangan, dikarenakan itu adalah ruangan ICU yang harusnya steril dari pengunjung di hari-hari biasa.

"Duh, bagaimana ini Ran? Bagaimanakah kita bisa menemukan Nia kalau orangnya saja tak kunjung bangun sampai sekarang?" tanya Lisha, saking khawatirnya pada sahabat sendiri, karena keberadaannya belum dapat dipastikan hingga sekarang.

Randi pun kemudian menjawab, "Tenang saja, Lish. Semuanya akan baik-baik saja. Kita doakan semoga dia cepat sadar, sehingga dia dapat segera mempertanggungjawabkan perbuatannya."

"Aamiin kalau begitu. Makasih atas dukunganmu, Ran," kata Lisha pada akhirnya, setelah itu tak ada lagi yang namanya perbincangan, melainkan hanya kesunyian yang menghampiri kedua—eh ketiganya.

***

Beberapa jam kemudian, Lisha merasa merana untuk saat ini. Dirinya telah pulang ke rumah namun masih memikirkan seorang penyihir siluman yang "mendapat azabnya" di dunia, yaitu dengan jatuhnya orang itu dari pohon yang cukup tinggi.

"Aku masih memikirkan dia, bagaimana cara menyadarkan dia sehingga Nia dapat segera ditemukan? Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Lisha pada dirinya sendiri. Gadis itupun kemudian berdoa dan terus berdoa agar permohonannya dikabulkan lebih cepat.

Hingga pada beberapa saat kemudian, ibunya menginterupsi waktu sendiriannya dengan mengetuk pintu kamarnya yang dikunci dan Lisha pun membuka pintu itu tanpa meminta beliau untuk menunggu.

Setelah pintu itu dibuka, Lisha bertanya, "Ada apa, Bu? Apa yang terjadi?"

"Bagaimana kabar Nia? Ibu merindukannya tahu. Soalnya sudah beberapa hari ini dia tak datang ke rumah ini, terasa sepi dari biasanya gara-gara ketidakhadirannya di luar jam sekolah, Sayang," tanya ibunya Lisha seakan-akan dia menganggap bahwa Nia juga merupakan anak kesayangannya.

Maka, apa yang Lisha katakan? Dia menjawab, "Tidak apa-apa, Bu. Semuanya akan baik-baik saja, semoga ya, Bu."

"Iya aamiin, Nak. Berdoalah yang terbaik untuk sahabatmu ya." Setelah itu, ibunya mengelus-elus kepala anak sendiri, lalu pergi meninggalkan kamar pribadinya, mungkin untuk mengambilkan sesuatu.

Setelah beberapa menit berlalu, wanita paruh baya itupun kembali ke kamar Lisha, membawakan beberapa lembar roti ditambah dengan segelas teh untuk menemani waktu kesendiriannya. "Nak, kalau mau menyendiri, tentu harus makan dan minum juga, nanti kamu sakit."

"Iya, Bu. Terima kasih atas makanan dan minumannya, Bu. Lisha hargai usaha Ibu kok," kata Lisha kemudian, setelah menerima sepiring roti dan segelas teh dari ibu sendiri. Maka, beliau itupun berkata, "Sama-sama, Lisha. Dimakan ya rotinya."

Akhirnya, ibu itupun pergi meninggalkan kamar dengan menutup pintu itu kembali. Lisha kembali dengan memanfaatkan masa golden timenya, untuk memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

***

Sementara itu, Randi ada di rumah yang berbeda. Lelaki itupun langsung merebahkan tubuhnya di kasur, merasa capek akan semua yang terjadi sebelumnya. Ingin rasanya untuk tidur begitu saja, tetapi sayang, dirinya tak bisa melakukan itu tatkala ada suatu panggilan yang masuk ke telepon genggam atau sejenis gadget milik Randi.

"Aduh, siapa sih? Malah mengganggu aja," gerutu Randi pada dirinya sendiri. Namun setelah itu, akhirnya dia pun mengangkat telepon tersebut lalu memulainya, tanpa didahului oleh salam terlebih dahulu.

Percakapan via telepon pun dimulai. "Ada apa? Ada perlu apa kamu meneleponku?"

Setelah itu, tak ada lagi suara yang terdengar via telepon tersebut. Sekarang, apa yang terjadi selanjutnya? Siapa yang menelepon Randi, di mana si penerima belum pernah menyimpan nomor telepon tersebut?

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro