Bab 6: Galau Pasca Kehilangan
Spesial tag: wpdorm
***
"Bagaimana caranya agar aku dapat menyukainya dan dia dapat menerimaku apa adanya?"
Di saat Lisha merasa kesusahan karena tak dapat menemukan seorang gadis lain seperti Nia, di mana sahabatnya itu dibawa penyihir tak tahu ke mana, dia juga memikirkan seorang lelaki pindahan di mana dirinya selama ini selalu saja menghampiri Lisha entah karena apa. Banyak sekali hal yang mereka bicarakan semenjak Randi dijadikan warga baru di kelasnya.
"Kalau kau menanyakan bagaimana caranya, pasti akan terasa sulit, karena sejatinya setiap orang memiliki caranya tersendiri agar hubungan kalian dapat terjalin dengan baik. Kembali pada sikap dia dan kamu dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada di dunia ini," kata temannya yang lain lagi, June, seakan-akan dialah gadis yang paling bijak di kelas tersebut.
Lisha pun mencoba untuk memikirkan tentang apa yang dikatakan June barusan. Sebenarnya benar adanya ketika sebuah hubungan berjalan tergantung dari diri masing-masing. Maka dari itu, dia tak berkomentar apa pun, melainkan dalam hati, dia meminta June untuk melanjutkan nasehatnya.
"Kalau kau berpikir tentang cara menembak orang, kau salah besar. Karena setiap orang memiliki sifat masing-masing yang menjadi ciri khas dari orang itu sendiri. Dia juga memiliki kriteria tersendiri tentang seperti apakah gadis atau lelaki yang dimintanya, untuk dijadikan pasangan," lanjut June itu lagi, setelah beberapa saat terdiam karena melihat respons Lisha yang diam-diam saja tanpa berkata apa pun.
Maka, apa yang dikatakan Lisha kemudian? Dia berujar, "Aku tahu, selama ini aku belum mengenal Randi lebih jauh. Dia memang lelaki yang menarik perhatian berbagai gadis yang ada di sekolah ini. Lalu, apa yang akan kulakukan?"
"Kalau dia memang menyukaimu, dia pasti akan datang padamu dan memberikanmu sesuatu yang tak pernah diduga-duga sebelumnya. Percayalah padaku," kata June seraya mengelus-elus kepala temannya yang belum dijadikan sahabat itu.
***
"Kakak mau ikut mencari Nia atau tidak?"
Ceritanya, setelah pulang sekolah, Lisha mengunjungi rumah Nia untuk menanyakan kesediaan kakaknya untuk membantunya mencari adik yang hilang. Maka, apa yang akan mahasiswi itu katakan?
"Saya mau ikut kok. Lagipula, saya tak rela ketika dia harus menghilang tanpa kabar dikarenakan oleh seseorang yang tak dikenal sama sekali. Lagipula selama ini adikku dapat menjaga dirinya sendiri, tetapi ternyata ...."
Lisha berkata lagi, "Saya tahu, Kak. Pasti akan terasa sulit bagi Kakak untuk menerima hal ini. Oleh karena itu, saya ingin menanyakan kesediaan Kakak untuk membantuku mencari Nia, kalau memang bisa maka kita dapat memulai pencariannya segera."
"Tetapi kakak ingin makan dulu, Dik. Soalnya kakak lapar. Kamu sendiri lagi tak lapar?"
Ya, begitulah sang tuan rumah. Ketika seorang tamu datang, pasti tamu itu ditawarkan untuk makan bersama orang-orang yang tinggal di rumah tersebut. Maka, Lisha pun sejujurnya menjawab antara iya atau tidak, alias masih ragu-ragu. Namun, tatkala Lisha diyakinkan agar mau untuk menghilangkan rasa lapar bersama, akhirnya gadis itupun menyetujuinya, dan jadilah keduanya makan bersama di suatu ruang tersendiri.
***
Setelah selesai menghilangkan rasa lapar masing-masing, Lisha dan kakaknya Nia bergegas untuk bersiap-siap pergi ke kantor polisi. Mereka akan menanyakan kabar menghilangnya sahabat Lisha satu-satunya itu, apakah ditemukan atau belum sama sekali.
Maka, sesampainya di kantor polisi, Lisha dan kakaknya Nia bertemu dengan seseorang yang tak lagi asing di hadapan mereka. Keduanya terkejut—eh, lebih tepatnya Lisha sendiri, karena sudah kesekian kalinya gadis itu bersua dengan orang yang sama. Siapa lagi kalau bukan siswa pindahan itu?
"Hei, ternyata kamu ya, Ran?" tanya Lisha kemudian. Gadis itupun masih tak menyangka, dengan reaksi yang relatif sama dengan yang terjadi beberapa menit sebelumnya. Sedangkan lelaki itupun hanya merasa tenang tanpa bereaksi heboh seperti si Lisha sebelumnya.
Selain itu, Randi pun berkata, "Iya ini aku. Bagaimana kabarmu?"
"Kenapa kau di sini? Apa urusanmu di kantor polisi?"
***
To be Continued.
Mind to Vote and Comment?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro