Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 21: Konflik Sang Mantan

Spesial tag: wpdorm

***

"Kring!"

Sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel Lisha. Gadis itupun terkejut tatkala masih saja ada yang mengenal dan memiliki nomor ponselnya. Maka, dia segera meminta izin pada Letto, kemudian pergi menjauh keluar rumah untuk mengangkatnya, dengan alasan takut ketahuan oleh orang tuanya.

"Halo? Buat apa kau meneleponku?" Begitu memulai percakapan, Lisha langsung saja menanyakan alasan orang itu meneleponnya. Sedangkan Letto masih membuntuti adiknya dengan alasan ingin mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Lisha. Beliau pun berhasil menyusul ke taman sebelah rumahnya, tempat gadis itu menerima panggilan dan tak ingin diketahui oleh anggota keluarga yang lain.

Letto langsung mendekatkan daun telinga kanannya, menguping pembicaraan yang sedang berlangsung di telepon. Tak lama kemudian, Lisha itupun menyadari bahwa Letto ternyata ada di belakangnya. Maka, dia langsung membalikkan badan dan menutup speaker ponsel dengan tangan sebelahnya, takut ketahuan oleh abangnya sendiri, seraya mencoba untuk menghindar.

"Sekarang aku ingin bertanya padamu. Mengapa kau mau datang ke rumahku? Pada bawakan kue segala. Memangnya kau kira aku tetap akan menerimamu kalau kau bertindak sok-sokan seperti itu? Kesalahan yang kau buat takkan pernah tergantikan oleh sepotong kue!" seru Lisha di mana dirinya lagi-lagi merasa emosi karena orang di seberang sana.

Letto pun kemudian merebut ponsel itu dari tangan Lisha. Dia sudah mengetahui tatkala Pablo akan datang kembali ke hidup adiknya. Begitu sudah mengetahui hal yang demikian, lelaki itu takkan pernah lagi memercayai seorang "mantan" yang adiknya miliki. Seketika, Lisha langsung berteriak dan berseru, "Hei, Bang. Kenapa ini?!"

Tetapi Letto tak mau membalas seruan dari adiknya. Dia justru memulai percakapannya di telepon dengan seseorang yang telah diketahui bernama Pablo itu. "Halo, kau bisa mendengarkanku 'kan?"

"...."

Terdengar suara dari Pablo yang sampai ke telinga Lisha. Gadis itupun sebenarnya ingin memberontak karena dia tak ingin abangnya terjerat masalah dengan mantannya sendiri. Tetapi sayang, Letto tetap bersikeras untuk mengobrol dengan Pablo.

"Jangan sekali-kali kau dekati adikku lagi. Kau hanya akan menyakitinya nanti. Lagipula, dia takkan pernah menerimamu lagi, bukan?"

Ingin rasanya Lisha untuk merebut kembali ponsel itu dari tangan abangnya sendiri, tetapi sayang, gadis itupun takkan mampu, karena Letto sudah terlanjur menasehati Pablo begitu saja. Gadis tersebut merasa sangat kesal sebenarnya, tetapi jikalau itu memang untuk kebaikannya, maka dia hanya bisa pasrah.

"Abang ... sebenarnya abang kenapa?" tanya Lisha, dia merasa kebingungan tatkala sikap abangnya tiba-tiba menjadi seperti itu. Letto sudah seperti melindungi saudaranya sendiri, mungkin saking rasa kasih sayangnya yang cukup besar, sehingga lelaki itu mau melakukan hal yang seperti tadi.

Namun sayang, pertanyaan itu diucapkan dengan suara yang sangat kecil sehingga Letto takkan mendengar apa yang diucapkan tadi. Maka, gadis tersebut hanya bisa diam pada akhirnya, mendengar dan menyimak percakapan telepon antara Letto dengan Pablo.

Kembali ke Letto.

"Aku ingin bilang padamu, Pab. Jangan pernah menyakiti adikku, atau bahkan hadir lagi di hidupnya. Aku akan mengikuti keputusan adikku, takkan pernah menerimamu lagi, mengerti? Jangan lagi kau berusaha untuk meluruhkan hatinya, pergi."

"...."

"Sekarang, aku ingin memutuskan panggilan teleponnya. Selamat tinggal, bukan sampai nanti, dan jangan pernah kembali lagi."

Setelah itu, panggilan pun terputus. Lisha merasa pasrah tatkala dirinya sebenarnya belum selesai berbicara dengan Pablo. Sementara itu Letto merasa puas karena telah berhasil menghindarkan adiknya dari pengaruh sang mantan.

"Bang, apa-apaan sih? Apakah selama ini abang berniat untuk memutuskan tali silaturahim?"

"Bukannya kamu sendiri sebenarnya yang berniat untuk memutuskannya, Lish? Abang hanya memfasilitasi dirimu. Kalau memang kamu berniat seperti itu, apa yang dilakukan tadi salah. Harusnya putuskan atau batalkan saja panggilan telepon itu," kata Letto kemudian.

Namun, Lisha hanya menggeleng-gelengkan kepala. Dirinya merasa heran akan sikap abangnya yang sudah cukup "keterlaluan".

"Abang, sebenarnya abang kenapa sih? Apakah ada sesuatu hal yang mengganggu abang?"

Sementara, Letto hanya bisa terdiam. Apa sih yang sebenarnya terjadi?

***

To be Continued.

Mind to Vote andComment?    

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro