Chapter 04
Title: Knight Blue
Author: Ika Rahmawati
Pair: KaitoMiku
Genre: Romance and Fantasy
Disclamir: Vocaloid (c) Cyprton future media, Yamaha Corportion
.
.
Chapter 04.
Aku menatap kearah sepasang suami-istri kini menatap kami, sementara Rin bersembuyi dibelakangku! Ah aku tau tentang ini akan terjadi aku tidak terkejut saat melihat kedua orang ini kembali datang. Ku lirik Rin sebentar lalu berkata. "Imou pergilah ketempat Len-kun sekarang."pintaku padanya dia menatapku dengan tanya. "Ketempat Len.. kenapa?"tanyanya
"Aku sudah bilang padannya, imou akan datang.."lanjutku, aku sudah bilang pada Rei untuk menjaga Rin sementara waktu.
"Kau mau menyuruh adikmu kemana?"tanya seseorang pria berambut merah wajah yang sama sepertiku, aku menatapnya tanpa minat. "Ketempat jauh dari percakapan kita."jawabku cuek lalu mengangguk pelan kepada Rin ingin bersiap pergi. "Titip salam padanya, 'lindungi seseorang dari mereka.' "Ucapku padanya
"Akan kusampaikan padanya, Nii-san.."balas Rin lalu menatap kedua orang itu lalu berlari melewati mereka begitu saja. "Rin-chan.."lirih wanita bersurai pirang itu menatap sedu kearah putrinya yang tidak mau menatap mereka.
"Kalian mau apa?"tanyaku dingin dan menusuk
"Kami.."ucap pria berambut merah itu, aku memotong perkataan. "Jangan bilang kalian meminta kami untuk kembali bukan.."sindirku dingin
"Kaito.."seru wanita itu padaku.
"Kenapa? Belum puas kalian menyiksaku selama ini, dan kalian ingin memintaku dan juga Rin kembali.."kataku meninggikan suaraku
Mereka berdua terdiam mendengar perkataanku. "Oh.. kalian perlu tau, aku hampir mati karena kalian juga.."
"Kaitooo.."ucap wanita itu menamparku
Plakkkk!!
Aku menatapnya datar lalu tersenyum miris. "Ouh! Kau marah padaku jika aku bilang begitu.. Nonya Lily yang terhormat."ejekku padanya.
"Kaito jaga bicaramu pada ibumu.."gertak Pria bersurai merah padaku.
"Ibukku...!!"beoku lalu tertawa
"Mana ada seorang ibu yang membuang kedua anaknya, demi kekayaan.."cibiriku
"Cukup Kaitoo.."bentak Pria itu
"Anda jangan pernah membentaku lagi.."kataku dingin. "Aku memang kehilangan memoriku."ucapku keras.
"Tapi aku masih bisa merasakan kalau kalian akan menyakiti kami, terlebih Rin.. asal kalian tau.."kataku dingin
Mereka terdiam
"Imou-chan slalu menangis karena kalian." Aku mengepalkan tanganku dengan erat. "Aku benci melihat adikku yang slalu disakiti, memberinya harapan palsu.."
.
.
Rin berlari sekuat tenaga, bahkan air matanya mengalir membasahi pipinya..
"Hiks.."tangis Rin saat dia berlari sambil menangis, Kenapa!! Kenapa mereka kembali , mereka tidak puas membuat kami menderita.. apa lagi sang kakak kini berhadapan dengan mereka.
Kaki mungilnya tersandung, membuatnya terjatuh. "Hiks.."isak Rin pelan menangis dalam kesunyiaan, ia menuduk pelan sampai surai pirangnya menutup mengpenghilatannya. "Kenapa?.."tangis Rin
"Kenapa mereka datang kembali, apa belum puas menyakitiku dan juga Onii-chan."isak Rin
Tanpa disandarinya, langkah kaki menuju kearahnya menatap tanya gadis berpita putih dengan tanya. "Rin-chan.."ucap suara amat dikenalinya, membuat Gadis itu menatap orangnya baru saja datang.
"Lennn.."isak Rin menghambur kedalam ke pelukan remaja pirang itu, remaja pirang yang tidak siap itu akhirnya terjatuh bersama Rin di dalam pelukannya. "Rin-chan... daijoube.."tanya Remaja itu padannya, Rin mengeleng pelan masih terisak. "Kaito-nii menyuruhku menyembutmu.."ucap Remaja itu, Rin masih menangis didalam pelukannya membuatnya menghelang nafas. "Rin-chan.. lebih baik jangan disini, aku takut mereka salah paham.. ok."saran Remaja itu aka Len, menatap tajam berapa orang menatap mereka bahkan ada yang bisik-bisik.
Len seolah mengatakan. 'Tinggalkan kami.. atau aku akan membunuh kalian..'
Rin mengangguk pelan, dan Len tersenyum tipis menghapus air mata yang sempat mengalir itu membuat Rin membeku karena kelakukan remaja pirang itu. "Cup..!! Cup...!! Jangan nangis.."bisik Len lembut.
Skip Time
Aku menyodorkan teh hangat untuk, gadis berpita kelinci ini.. sepertinya dia berhenti menangis dan menerima teh yang ku sondorkan itu. "Terima kasih.."ucapnya sesunggukan, aku mengangguk sebagai jawabnya. "Apa kamu sudah tenang.."tanyaku padannya.
Dia mengangguk lesu. "Sepertinya.."jawabnya
"Kaito-nii memberi tauku, jika kamu akan datang.. dia bilang untuk menjagamu untuk sementara waktu."kataku padanya, masih agak bingung kenapa Nii-san memintaku menjaga Rin. Akan ku tanyakan ini nanti.
"Maaf sudah merepotkann.."katanya
Aku tersenyum kecil. "Tak apa.."balasku
Dia menghelang nafas pelan. "Aku yakin Onii-chan sedang bertengkar dengan 'mereka' "ucapnya membuatku menaiki alisku. "Mereka.."beoku heran.
"Orang tuaku.."lanjutnya meremas cangkir yang ia pegang, aku yakin dirinya sedang merendam tangisannya kembali. "Jika kamu tidak ingin bercerita, maka aku tidak akan memaksa.."jawabku lembut
'Akan ku mencari tau tentang ini, ah!! Lebih baik kutanyakan langsung pada Nii-san..'batinku
"Len.."panggilnya membuatku menengok kearahnya. "Ya.."ucapku
"Bolehkah aku disini sebentar.. aku tidak mau pulang.."katanya
"Tentu saja.."jawabku lembut
"Rumahku terbuka untukmu.."lanjutku
"Terima kasih."
"Sama-sama.."
Kriyuuuuk!!
Aku mendengar sesuatu ya!! '-'
Hm.. suara apa itu, ku lirik gadis disampingku kini menuduk malu membuaku terkekeh mendengarnya. "Kamu laparnya.."tanyaku padanya.
"T-tidak kok.."jawabnya masih menuduk
"Ouh!! Benarkah.. lalu bunyi apa itu.."ujarku sambil menaiki alisku.
Kriyuuuk..
Aku menahan tawaku saat melihatnya menutup wajahnya dengan tangannya, membuatku mengacak-acak surainya yang ternyata sangat lembut ._.
Ternyata perut kecilnya jauh lebih jujurkan.. '-'
"Baik-baik.. kamu ngk lapar.."godaku padannya meranjak dari bangku yang ku duduki
"Len.."ucapnya sambil menarik lengan bajuku membuatku tertawa melihatnya. "Baiklah akan kubuatkan untukmu, Hime-sama.."
.
.
"Rin-chan kalau mau tidur disini saja.."ucapku sambil membuka salah satu kamar yang merupahkan kamar milikku, dia menatapku dengan ragu. "Lalu, Len tidur dimana.."tanyanya. "Sofa.."jawabku singkat.
"Tidak aku saja tidur disofa"tolaknya
"Rin-chan adalah tamuku jadi kamu tidur di kamar.."balasku
"Tidak mau.."
Aku menghelang nafas mendengarnya, lalu menyentil kening pelan membuatnya mengaduh pelan. "Jangan keras kepala.."kataku padanya.
"Uhm..."renggutnya pelan.
"Baiklah.. pilih aku tidur disofa, atau diluar.."ucapku padanya
"Len tidur bersamaku sajaaa.."potongnya cepat
Eh!! Dia bilang apa?
"Kamu bilang apa?.."tanyaku polos dia menuduk memyembuyikan rona merahnya.
"Len.. b-bisa tidur denganku.. a-aku takut tidur sendiri.."jawabnya terbata.
.
Kembali ke Kaito
Aku menghelang nafas kasar setelah berdebatan dengan dua manusia bodoh itu, membuatku ingin sekali membunuh mereka dengan kedua tanganku ini. Namun aku sudah berjanji tidak akan melakukan itu kepada mereka yang berstatus orang tua dari tuanku, ini benar-benar menyebalkan.
"Sampai kapan-pun juga, aku tidak akan kembali pada mereka."ucapku pada diriku sendiri. "Ck!! Bertanggung jawab tentang hal apa!"sindirku lalu tertawa. "Menebus kesalahan mereka.. tidak ada gunannya"lanjutku ketus
"Itu tidak akan mengambilkan tuanku dasar orang tua tidak berguna."makiku marah
Breestt!!
Percikaan api biru mengililingku, bertanda aku sedang marah saat ini. "Bunuh!!"desisku pada entah siapa.
"Bunuh semua orang yang melukai, Kaito-sama.."bisikku menatap amarah pencar dari kedua bola mataku.
Lalu menghelang nafas pelan saat mengingat raut sedih Rin bersaat lalu, ku harap otou-tou bisa menengakanya menatap langit-langit ruangan ini sebentar. "Aku akan mempikirkan ini nanti, akan ku jembut Rin-chan sekarang.."ucapku pelan.
"Itu tidak perlu.."kata seseorang yang amat ku kenal, membuatku menoleh melihat remaja pirang yang mirip sekali dengan gadis berpita putih itu kini terlelap dalam gendongannya. "Rei.."ucapku
"Hn.."balasnya
"Bagimana kabarmu, Nii-san ku harap tidak terjadi sesuatu.." Rei atau Len menatap sekitarnya yang ku yakini aku tadi sempat mengamuk. "Dan ini terjadi.."lanjutnya pelan. "Terserah jangan bahas itu.."balasku ketus
"Baik-baik.. aku tidak akan bertanya.."ucapnya pelan memperbaiki gendongnya. "Lalu dimana kamarnya."tanya Len padaku. "Diatas tak jauh dariku.."jawabku
Dia mengangguk pelan.
Len kembali dan duduk disebelahku meminta penjelasan padanya. "Jadi ada apa?"tanya nya padaku. "Ini tentang orang tua, Kaito-sama dan Rin-chan.."jawabku
Dia menaiki alisnya. "Lalu, kau bicara apa pada mereka.."ucapnya.
"Aku bilang, mereka tidak perlu lagi perduli padaku maupun pada Rin-chan.. karena merekalah membuatnya menderita selama ini."jelasku
"Ouh!! Mereka meminta Kai-nii kembali dan juga Rinny kan.."tebaknya
"Ya, begitulah.."
"Hm.. pantas saja.. Nii-san sempat mengamuk.."
"Ck!! Mereka membuatku kesal.."
"Tentang apa?"
"Kau akan tau nanti.."
"Baiklah..."
"Sebaiknya aku pulang.."pamitnya
"Ok, tapi aku titip Rin-chan padamu saat kalian berdua berada disekolah mengerti.."saranku padannya.
Dia mengangguk pelan lalu pamit meninggalkanku sendiri, aku menghelang nafas sesaat untuk membereskan kekacuaan ini.
.
'Asal kalian tau dulu, tidak ada yang menjagaku saat ku sakit!! Lalu kemana kalian..'ucap seorang pemuda berambut biru itu menatap keduannya dengan raut datar. 'Lalu saat imou-chan kecelakaan dan hampir merenggut nyawanya., Dimana kalian berada HAH!!'bentak Pemuda itu dengan kesal, menatap kedua sepasang suami-istri dengan amarah
'Imou-chan bisa sehat karenaku, aku slalu berkerja keras tanpa henti untuknya..'
'Bahkan kurela.. tidak makan untuk membiayai sekolahnya, dan aku lebih suka melihatnya bahagia..'balasnya
'Lalu kalian datang kembali.'ucap Pemuda itu yang merupahkan putra dari Akaito, menatap mereka dingin tidak seperti Kaito-putranya-yang slalu menghindarinya selama ini. 'Kalianlah membuat luka yang kalian toreh pada kami...'ucap Kaito padannya. 'Lalu kalian ingin kami kembali jangan bercanda...'kesal Kaito menatap mereka penuh kebenciaan. 'Sudah cukup bagiku menjadi anak penurut..'
'Aku berharap adikku tidak membenci kalian, melihat kalian datang membuatnya kembali terluka..'
'Selamat!! Kalian berdua berhasil menyakitiku maupun Imou-tou..'
"Akaito-kun..."lirih seorang wanita berambut pirang panjang, menatap sedu suaminya itu. "Aku tau.."jawab Pria itu
"Kita tidak bisa meminta maaf pada mereka.."ucap Pria itu dengan sedih
"Semua ini salahku."lirih wanita itu pada suaminya. "Hei, ini bukan salahmu.. Lily-chan.."bisik Pria itu. "Ini salahku karena mengabaikan mereka selama ini.."ucap wanita itu Lily kagami .
"Ini juga salahku.."potong Akito Kagami itu pada istrinya itu. "Terlebih Kaito... dialah yang terluka selama ini.."isak Lily melihat putranya slalu dihina olehnya slalu.
'Aku lebih suka tidak mengenal kalian..'
'Lebih baik kalian lupakan saja..'
'Tinggalkan kami untuk saat ini, atau kami lebih membenci kalian'
Lily-sang ibu menangis dengan pilu melihat sikap putra yang ia lahirkan kini menatap benci tidak seperti dulu selalu, Kaito slalu menempel padanya ketika Kaito masih kecil dan sekarang pemuda itu begitu dingin tak tersentuh. "Apa kita bisa dimaafkan.."isak Lily sambil menangis. "Kuharap begitu.."gumam Akaito
.
.
.
"Miku-hime.."ucap Luka kepada Himenya yang kini menatap langit tanpa bintang, Hime nya Miku menatapnya balik. "Ya."balas Miku
"Apa anda baik-baik saja."tanya Luka lembut lalu duduk disamping gadis berambut tosca itu kini duduk diranjangnya. "Kurasa.."jawab Miku lagi
"Apa ini tentang, Kagami-san..."tanya Luka padannnya. "Apa sudah jelas jika aku sedang mempikirkannya."kata Miku padanya. "Tentu.. karena dari wajahmu, Hime.."balas Luka padanya.
Miku menghelang nafas pelan lalu tersenyum seduh pada penjaga nya, sekaligus sahabatnya ini. "Aku tidak bisa berbohong padamu, Luka-chan.."lirihnya
"Hime-sama.."ucap Luka melihat hime-nya murung. "Panggil aku Miku, aku tidak suka kalau sahabat baikku memanggilku Hime-sama."kata Miku padanya. "Baiklah jika itu mau ada.."balas Luka.
Miku tersenyum mendengarnya lalu kembali memasang wajah sedih.
"Aku takut terjadi hal buruk padannya.."kata Miku menuduk kepalanya.
"Miku-chan, daijoube.. semua akan baik-baik saja.."bisik Luka lembut mengusap lembut surai tosca itu. "Kamu tau, saat dia masuk rumah sakit dan dikatakan koma.. dunia ku terasa hancur.."lirih Miku
.
.
TBC
27-10-2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro