❝ eka
Oikawa Tooru dan Iwaizumi Hajime adalah teman dekat sejak keduanya masih sama-sama belajar berbicara. Berbagi mainan dan tontonan yang sama, mendapat hadiah yang serupa, banyak momen selama delapan belas tahun dilewati satu dengan yang lainnya. Mau itu bahagia ataupun derita, tawa maupun nestapa
Hingga tahun terakhir menjalani sekolah kemudian menjadi biang pikir, mungkin selepas ini Oikawa dan Iwaizumi akan berpisah mengikuti takdir. Melihat luasnya dunia dari sudut pandang berbagai Negara. Siapa yang tahu?
"Ikut pipis." Kata Oikawa. Menatap Iwaizumi seraya megang titit, titit sendiri.
Iwaizumi tampak berpikir, lalu menunjukan arah toilet. Bertanya-tanya dalam hati kenapa temannya yang satu ini repot-repot bercerita, padahal keduanya sudah familiar dengan kediaman satu sama lain.
Oikawa memasang wajah kesal. "Enggak ada air, Iwa-chan."
"Oh." Iwaizumi memasang wajah datar, "Yaudah di kamar mandi atas aja. Kamar [name]."
Seperti kata pepatah, bertemanlah sedekat mungkin sampai orang-orang menyangka kalian adalah pasangan gay. Hal ini juga berlaku bagi Oikawa dan Iwaizumi. Saking dekatnya, dua spesies manusia ini sering sekali disangka belok.
Tak ada yang salah dengan menjadi seorang—dua orang gay, tapi Oikawa dan Iwaizumi berteman selayaknya orang kebanyakan.
Buktinya saja, Kapten tim Seijoh itu mengencani adik Ace timnya sendiri! Ribet, ya? Intinya Oikawa dan [name] sudah berkencan, belum lama. Namun keduanya memilih diam-diam saja, tak pernah mengumbar sebagaimana orang pacaran pada umumnya.
[]
Saat di kamar mandi, Iwaizumi mengiriminya pesan singkat. Mengatakan soal komik milik Oikawa yang ia pinjam beberapa saat lalu berada di meja belajar kamar adiknya. Ambil aja, kata Iwaizumi.
Oikawa tak membalas. Ia cebok, pake boxer, pake celana, sabuk dipasang kembali seperti semula.
Komik Detective Pikachu tertangkap netra hazel miliknya. Oikawa membawa tanpa membuka, barang pinjaman kembali dimasukan ke dalam tas.
"Astagfirullah.." [name] mengelus dada, dada sendiri. Ia tak sengaja berpapasan dengan Oikawa saat mau masuk kamar, sementara laki-laki itu berniat keluar.
Dahi Oikawa berkerut, "Apaan?"
[name] memegang kusen pintu secara dramatis, matanya melotot serta nafasnya tak stabil. Tak lupa suaranya yang bergetar.
"Iibliiis... Ibliiis!!!"
Oikawa manyun. "Apaansih [name]-chan!"
Oikawa ngambek.
Gadis itu tertawa seraya memegang dada, yang sebenernya rata.
Demen banget ngerjain orang.
Iwaizumi sedang menonton televisi saat teman seangkatannya itu duduk dengan wajah tak enak dipandang.
"Adek lo pas kecilnya dibedong pake kulit lumpia ya?"
Iwaizumi melempari Oikawa dengan sebutir sukro yang udah dijilat. "Sembarangan."
"Ya masa gue dikatain iblis?!"
Bungkus sukro diremas pelan, raut keras tampak berpikir. “Harusnya tentara dajjal ya?”
Tawa Iwaizumi pecah saat suara rengekan Oikawa kian mengeras, terdengar seperti bocah.
»»——⍟——««
Oikawa menatap perempuan yang tengah duduk di paha dengan sorot hangat. Surai hitam dielus pelan, berusaha menjaga ketenangan agar sang gadis tetap tinggal di dunia impian.
[name] selalu seperti ini. Kalau keduanya tengah berkencan, hal-hal yang dilakukan tak akan jauh dari diam di salah satu rumah. Gadis itu seakan selalu menginginkan little space setiap kali ada kesempatan berduaan dengan Oikawa, wajar saja sih mengingat hubungan mereka yang ditutup-tutupi.
Tunggu, sebenarnya [name] ingin sekali pergi berjalan-jalan dengan Oikawa. Menghabiskan waktu di muka publik seperti pasangan pada umumnya. Main ke waterboom, nonton di bioskop. Atau cuma sekedar piknik sambil tiduran dibawah pohon duren. Sayangnya, enggak bisa.
"Tooru? Mau kemana?"
[name] bertanya dengan suara serak saat dirasanya Oikawa memindahkan kepala dari paha kepada bantal yang terletak di sekitar. Padahal Oikawa melakukannya dengan sangat pelan, sungguhan pelan sampai tangannya berkeringat.
Cowok itu menatap kaget, "Eh? [name]-chan kebangun?"
Tangan besarnya bergerak menyingkirkan rambut yang menutupi pipi, sementara netra coklat menatap hangat. "Mau pulang, udah sore."
Gadis itu mengerang tak suka, "Kenapa nggak nginep?"
Oikawa sekali lagi memasang senyum hangat, semakin terasa mempesona rekata cahaya mentari menyiraminya. Sinar itu masuk dari balik gorden yang setengah disibak, pertanda malam akan segera tiba. "Besok kan sekolah, nanti kalau libur aku nginep lagi deh."
[name] menghela nafas dengan bibir melengkung kebawah, "Janji ya?"
"Janji!"
Gundah selalu terasa tiap kali Oikawa menyebut 'sekolah.' Itu berarti [name] dan kekasihnya harus kembali berpura-pura, berperan sebagai dua manusia yang tak memiliki rasa apa-apa. Makannya setiap detik yang dihabiskan di luar tempat menimba ilmu itu selalu [name] manfaatkan sebisa mungkin, sangat sulit mengingat Oikawa juga disibukan dengan aktivitas klub.
[name] ingin terus-terusan bersama Oikawa. Manja yang ditahan sampai tak tahu kapan selalu melahirkan kecemburuan yang pada akhirnya tetap harus diredam.
Coba bayangkan, bagaimana rasanya memiliki pacar seperti Oikawa Tooru. Seorang primadona sekolah, dibanjiri pujian oleh siapapun yang mengenalnya. Punya banyak penggemar dimana-mana. Lalu [name] malah harus menyembunyikan kisah-kasih serta segala tindak-tanduk yang melibatkan afeksi dengan alasan —demi kebaikan bersama.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro