❝ catur
"Tau nggak nama peliharaan Kuroko kalau dia miara buaya?"
"... Kagami?"
"Mana ada!"
"Namanya... Kurokodile! HAHAHAHAHHA!"
"Anjing bacot banget," Hyuuga mulai ice mochi. Sesi latihan kali ini terasa berat, alasannya karena lawan Tim Seirin adalah SMU Rakuzan.
Alasan lain mungkin karena Izuki berisik, Kiyoshi banyak bercanda dengan Hayama, Mibuchi, dan cowok gorilla yang mendapat gelar Uncrowned King. Lalu Akashi, terlihat sangat dekat dengan si pemain bayangan.
Hayama tertawa keras, "HAHAHAHHA! MASUK JUK! MASUK!!"
[name] merespon dengan hembusan nafas yang keluar dari hidung, mulutnya tetep mingkem. Pikirannya menanamkan sugesti yang ia harap bisa menyembunyikan emosi.
Enggak lucu. Enggak lucu. Enggak lucu.
Latih tanding antara Seirin melawan Rakuzan akhirnya berjalan lancar, meskipun mendadak banyak penghuni kebun binatang yang dilepaskan. Ya, salahkan Hyuga dengan mulut sampahnya. Juga Riko dengan segala perintah absurd-nya.
Izuki, si point guard idola kita semua, terlihat sangat bersemangat. Plesetan-nya pun jadi makin sering diucapkan. Ada apa gerangan?
Pelatih tepos tetiba teriak, "Istirahat lima menit!" Kemudian semuanya menghentikan aktivitas, Izuki duduk di bench saat Aida Riko melambaikan tangan memanggilnya.
"Kenapa Coach?" Katanya seraya mengelap keringat dengan handuk yang ia bawa.
Aida -namanya sekilas terdengar seperti merk bumbu basreng- menunjuk perempuan yang berdiri dibelakangnya. "Tuh, ada yang nyari."
"Shun?" [name] tersenyum tipis.
Izuki terkekeh tiba-tiba, "Eh, hai."
"Juki kok jadi kalem gitu anjing," Hyuga melotot kaget. Koganei yang berdiri disampingnya ikut-ikutan memperhatikan.
Hayama yang sekilas mengenali sosok perempuan bajingan tokoh utama kita ini kemudian menepuk bahu kapten timnya sendiri, Akashi Seijuro. "Errr itu..?"
Saat Akashi menengok, [name] dan Izuki tengah berjalan keluar gymnasium sembari sesekali tertawa kecil. Laki-laki mutlak itupun hanya menghela nafas, ia selalu benci saat keadaan tak berpihak kepadanya.
Seperti sekarang, perasaan yang ia miliki pada gadis itu tak sedikitpun luruh meskipun kedua kaki [name] terus melangkah menjauh.
»»——⍟——««
"Ih," [name] menghentikan langkah saat akan berbelok menuju tujuan.
Izuki ikutan berhenti, "Kenapa?"
"Kak Hajime, katanya mau ikut."
"Katanya semalem ogah?"
"Gak tau emang ngeselin banget!"
Keduanya misuh-misuh sambil berbalik arah, ingin hati cepat sampai ke restoran cepat saji yang baru saja buka dan mengadakan promo besar-besaran. Pasti penuh, hari pertama. Namun Hajime malah meminta dijemput ke gymnasium Seijoh.
Saat keduanya sampai di tempat Klub Voli biasa berlatih, kebetulan latihan pertandingan tengah dilaksanakan. [name] masuk tanpa berkata apa-apa, toh orang-orang sedang fokus pada yang di arena saja.
Saat Oikawa menyadari presensi kekasihnya, cowok itu tak sengaja melirik serta melemparkan seutas senyum.
"Cie disenyumin."
[name] mengerjap, kedua alisnya bertaut singkat. "Dia senyum ke Kak Kay deh kayaknya."
Si Kakak kelas tersipu malu, "Ah, enggak mungkin. Jelas-jelas senyumin kamu."
"Lebih ga mungkin senyumin aku sih."
"Iyalah, mana mungkin Oikawa merhatiin [name]."
Seorang penggemar, sebut saja namanya Siti, ikut menyahut ditengah basa-basi yang [name] dan Kay lakukan.
"Eh, gak boleh gitu." Tegur Kay, "Mentang-mentang [name] adik kelas, jangan terlalu digalakin."
"Hahaha."
Tawa sarkas tak sengaja menguar keluar, "Perkara senyum doang." Gumamnya pelan.
Lalu setelahnya Oikawa melambaikan tangan, [name] masih diam. Tetiba Kay berjalan menghampiri si cowok dengan sebotol minuman dingin bertengger pada tangan, rautnya sangat cerah. Keduanya mengobrol ramah.
[name] nggak peduli. Cewek itu justru menyiku Izuki yang sedari tadi diam disampingnya, tak banyak berkata seperti biasanya.
"Kemarin," Celetuk [name] saat dilihatnya Hajime berjalan mendekat.
Buru-buru diceritakan dengan singkat, Izuki melotot kaget. "Kami nggak sengaja make out di pertigaan jalan."
"Ayo." Hajime yang baru sampai langsung mengajak keduanya pergi.
Izuki diam. [name] lebih diam.
Jadi, kemarin itu keduanya sungguhan menghabiskan waktu sambil melepas rindu. Langkah kaki berjalan lambat, topik obrolan singkat akhirnya terangkat. Beruntung hari cepat berganti malam, jalanan sepi menjadi kesempatan.
Saat sampai di pertigaan, cowok itu menghentikan langkah. [name] mengikuti gesturnya, diam. Saling menatap seraya menghela nafas berat.
"Tooru," Kata [name] lirih. "Aku kangen."
Lucu, bukan? Keduanya menjalin hubungan selama beberapa bulan, berada pada satu lingkungan. Tapi untuk sekedar mengobrol berdua saja rasanya sangat sulit. Harus tengok kanan-kiri, lirik kesana kemari.
Oikawa tersenyum lebar, "Aku juga."
Lalu, setelahnya, selepas itu, si cowok tak sanggup lagi menahan rasa dalam dada. Ketika dilihatnya [name] menatap sayu, menggigit bibir bawah dengan tangan yang menggenggam milik Oikawa.
Kelepasan.
Dan- tidak. Insiden kecil itu tidak ketahuan siapapun. Sepertinya sih begitu. Tapi malam setelahnya, sampai hari ini, tiba-tiba Oikawa dan [name] diselimuti hawa canggung. Kontak mata yang terjadi saat keduanya tak sengaja berpapasan pun membawa hawa aneh, gadis itu selalu menepisnya dengan buru-buru melihat ke arah lain.
[]
Pembicaraan di restoran berakhir rencana untuk pergi liburan bersama. Ketiga manusia itu sangat terbuka jika sedang bersama, pertemanan (dalam kasus ini, persaudaraan) yang sangat menguntungkan semua pihak. Semua beban seakan keluar begitu saja tanpa harus takut dihakimi oleh si pendengar.
Tukar kata, tukar pikiran. Canda tawa serta cerita akan impian. Hal-hal yang seharusnya dinikmati sepanjang usia remaja, sayang ketiganya baru dekat selama beberapa bulan saja. Izuki dan Hajime adalah manusia yang paling mengerti [name], selain Oikawa.
Si Point Guard akhirnya memutuskan untuk menghabiskan malam di kediaman Iwaizumi, sambil menyusun rencana liburan yang akan segera datang. Tak disangka-sangka, saat pintu rumah dibuka, seorang laki-laki tengah duduk di ruang tamu seraya menatap langit-langit dengan sorot lesu.
Mau tak mau Hajime dan [name] meladeni Oikawa dulu.
"Gak boleh!"
[name] menatap tajam, "Kenapa gak boleh"?"
Izuki mengerjap kaget, Oikawa tetiba berteriak di depan matanya seraya memasang wajah garang. Padahal cowok tengil itu nggak melakukan apa-apa, seluruh penjelasan tentang liburan musim panas tahun ini diserahkan pada [name].
Pun belum sempat disebutkan semuanya, Oikawa keburu marah sebegitunya.
"Dia mau ngerebut [name]-chan dari aku! Gak akan aku izinin! Pokoknya gak boleh!"
"Hah?" Gadis itu balik meneriaki, "Kamu sekali aja gak usah histeris gitu bisa nggak?"
"Nggak!"
"Yaudah!"
"Yaudah!"
"Tooru, Shun itu sepupu aku."
"Iya. Tapi dia mau ngerebut [name]-chan dari aku!" Oikawa terus-terusan meninggikan suara, "Cowok jahat! Gak boleh pokoknya! Enggak!"
"Gah," Hajime mulai gondok. "Lagian suruh siapa kalian pacaran diem-diem? Nyusahin aja tau nggak."
"Itu kan...."
"Apa?"
"Iwa-chan...."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro