Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1-Kembali

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Ayah, apa benar kalau-"

"Ashilla, tidak baik membicarakan hal pribadi saat sedang ada tamu," sela Ustaz Rifki.

Ashilla mengangkat kedua bahunya, tampak tidak terganggu dengan keberadaan Sagar.

"Ini, silakan diminum."

"Terima kasih, Umi."

Ashilla menatap wajah istri sang ayah, kemudian melihat ke arah Sagar. Ia sedang mencari sebuah kejanggalan. Sagar sebenarnya risi, akan tetapi tidak berani mengungkapkan. Ia memilih berpura-pura fokus pada minuman yang sedang ia teguk. Namun ucapan Ashilla membuatnya tersedak.

"Ayah punya anak lagi?!" Ashilla menggeleng tidak percaya. "Udah segede alaihim, yaampun Ayah sadar, udah tua juga."

Ustaz Rifki berdeham, ia sedikit tersinggung dengan kata terakhir Ashilla. Sedangkan istrinya, Fara, hanya bisa tertawa kecil dengan tangan menutup mulut.

"Kamu ini ada-ada aja! Sagar itu salah satu guru di pesantren, umur dia juga lebih tua dari kamu, Shilla."

Ashilla kembali merubah raut wajahnya menjadi datar. "Oh, kerain khilaf mau nambah anak lagi."

Jika, Ashilla adalah adik Sagar, pasti ia sudah menyeret gadis itu untuk segera pulang ke rumah. Sungguh, keberadaan Ashilla bukannya membuat suasana mencair, malah menjadi semakin canggung.

"Ashilla, ikut Umi, yuk! Kita ke kamar kamu." Ashilla dengan malas-malasan beranjak dari sofa, dan mengikuti Fara. Namun, saat akan melewati Ustaz Rifki, langkahnya terhenti.

"Apaan sih, Yah?" Ustaz Rifki mendengkus. Pria itu meraih tangan kanan putrinya, lalu memperagakan salim.

"Wa'alaikumussalam!" Setelah itu Ashilla benar-benar pergi. Ustaz Rifki yang melihat tingkah laku Ashilla meringis. Ia merasa gagal mendidik satu anaknya.

"Maaf, ya, Nak Sagar. Mari, diminum lagi tehnya."

"Iya Ustaz, gak apa-apa." Sagar tersenyum canggung, lalu kembali meminum tehnya.

Dalam hati, Sagar sadar satu hal; hidupnya mulai tidak tenang karena Ashilla.

"Kamu ngapain di sini?"

"Tidak ada tempat tidur lagi."

Ashilla menaruh tas ranselnya ke dekat salah satu lemari di samping pintu. "Gue bawa selimut buat alas, tenang aja."

Ada sekitar tiga orang di dalam kamar―yang menurut Ashilla aneh. Pertama, mereka kompak memakai kacamata. Kedua, pakaian yang mereka kenakan kebesaran. Ck! Ashilla benar-benar sakit mata dibuatnya.

"Kamu beneran bukan Aisyah?"

Ashilla memutar bola mata malas. "Lo kira Aisyah mau tinggal di sini? Enakkan juga di rumahnya Ustaz Rifki."

Mereka terdiam.

Si kacamata di pojok menyahut, "Kamu benar. Orang seperti Aisyah tidak mungkin di sini, apalagi memakai celana olahraga seperti kamu."

Ashilla duduk di lantai, satu kaki ia tekuk, satunya lagi dibiarkan selonjor. "Nama kalian siapa? Masa iya, nanti gue panggilnya the cangcuters, kan kalian pakenya kacamata."

"Astagfirullah al-azim!" seru mereka kompak.

Si kacamata pojok. "Saya Hena, guru biologi di pesantren ini."

Tengah. "Caca, guru kimia."

Ujung dekat pintu. "Saya Murni, guru―"

"Fisika?" sela Ashilla. "Ayah emang gila, masa nempatin gue di tempat anak-anak IPA. Bisa stres gue!" lanjut Ashilla.

"Ayah?" bingung Murni.

"Iya. Ayah gue adalah biang kerok atau pelaku utama gue bisa di sini."

"Kami harus memanggilmu, siapa?" tanya Caca.

"Ashilla. Inget! Gue A-shil-la, bukan Aisyah―ya walau banyak yang bilang mirip, sih."

"Kamu emang mirip banget sama dia," sahut Hena.

Ashilla menunjukkan senyum paksa yang lebar, lalu ia menunjuk pipi kirinya. "Aisyah enggak punya lesung seimut gue!"

"Setahu saya lesung itu kekurangan loh, malah yang tidak ada itu lebih bagus," Hena mulai mengomentari.

Ashilla mendengkus. "Henana, di dunia ini, lo harus pinter-pinter jadiin kekurangan sebagai kelebihan atau orang bakal natap lo rendah."

"Nama saya Hena, bukan Henana."

Ashilla berlaga mengorek rungunya. "Terdengar sama di telinga gue."

"Ashilla, salah satu peraturan di sini adalah menggunakan bahasa yang sopan."

"Dan perlu lo tau, ini plesetan bahasa betawi, lu-gua." Ashilla tentu tidak mau kalah.

"Saya tahu, tapi di sini menggunakan kosakata aku-kamu atau saya-kamu."

"Terus?"

Caca mendahului Murni menjawab, "Atau kamu akan dihukum sama Ustaz Rifki."

Ashilla tersenyum miring.

"Malah itu yang gue tunggu."

Ashilla mendekati Caca seraya membawa tas, lalu duduk dengan seenak jidat di kasur. "Mari berbagi tempat, Caca. Lo yang paling gak cerewet di antara yang lain."

Kasur di sini tidak memakai dipan, jadi Ashilla bisa menggelar selimutnya di samping kasur Caca.

"Saya tidak suka barang-barang saya disentuh sembarang orang," ucap Caca datar.

Ashilla malah terkekeh. "I like you so much, Caca. Jah! Sekarang tinggal gue gelar selimut di sini." Sambil menepuk lahan lantai yang tersisa.

Caca menggeram tertahan. "Kamu mengerti bahasa Indonesia, gak, sih?"

"Lo budek apa tuli, jelas-jelas gue ngomong pake bahasa negara."

Murni dan Hena hanya bisa menggeleng. Di antara ketiganya, Cacalah yang paling susah untuk didekati. Bahkan gadis itu tak segan memelototi orang yang tidak ia suka.

Ashilla selesai menggelar selimut, namun Caca malah menariknya dan melempar ke dekat pintu. "Kamu gak berhak tidur di sini!"

Ashilla mendengkus. Gadis itu bersidekap, memilih untuk mengikuti alur pembicaraan. "Terus gue pantesnya tidur di mana, wahai pemarah?"

"Apa kamu bilang?!" Caca bersiap ingin melempar tas Ashilla, tetapi Murni dan Hena kompak menahan.

"Sudahlah, Ca, jangan emosi seperti ini," lerai Hena.

"Iya, Ca, dia kan, butuh tempat tinggal seperti kita. Mungkin saja, rumahnya jauh dari kota ini," imbuh Murni.

Caca melirik Ashilla dengan sinis, kemudian pergi meninggalkan kamar.

Brak!

"Astagfirullah al-azim!"

Jika Hena dan Murni beristigfar lantaran kaget mendengar suara pintu dibanting, Ashilla malah duduk sambil tertawa.

"Lucu banget deh, itu orang!"

Hena melirik Murni, begitupun sebaliknya. Mereka hanya bisa menggeleng; pasrah. Satu lagi orang aneh masuk ke kamar ini, pikir keduanya.


Update lagi nih😗 ... Cerita ini ditulis oleh dua orang, Khia_fa & idrianiiin semoga suka dengan kisah Ashilla And The Genk. Sampai bertemu di bab berikutnya🤗

Apakah ada yang menunggu lanjutannya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro