
20 - Jerat Sihir Bidadari Siluman
Bima dan Bara yang tersihir kecantikan bidadari-bidadari itu sangat senang dan terbuai di dalam kolam. Bima dan Bara dilucuti tubuhnya dari jubah dan peralatan pendekar yang menempel. Para bidadari itu bergiliran membuat Bima dan Bara terbang ke langit dalam pusaran keaduhaian juluran lidah yang menyetrum kulit.
Bidadari-bidadari yang luar biasa cantiknya itu muncul makin banyak. Mereka berbaris di depan Bima dan Bara, mengantri untuk menenggelamkan kepala mereka dan memberi layanan surga kepada barang di antara pangkal paha Bima dan Bara. Air di kolam bergolak-golak, berombak dan beriak seiring pinggul Bima dan Bara bergetar saking enaknya.
Bidadari-bidadari yang selesai gilirannya ada yang mengentas dan ada yang menemani Bima dan Bara mengapung-apung di kolam. Kini mereka semua tanpa busana sama sekali. Bentukan tubuh mereka jauh lebih indah daripada tubuh molek Agni.
Sebetulnya keduanya naksir Agni dan ingin beradu tubuh di atas dipan percintaan. Hanya saja peraturan ketat perguruan melarang mereka melakukan itu. Pendekar legenda berlima sudah seperti saudara kandung. Haram hukumnya untuk bersebadan dengan saudara kandung. Itu akan menimbulkan murka dewa.
Bima dan Bara tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, tangan mereka bergerilya, merambat, meremas tiap lekukan dan tonjol kenyal pada tubuh bidadari. Beberapa bidadari ada yang wajahnya mirip dengan Agni. Itu menambah gairah Bima dan Bara.
Tiap Bidadari yang mengentas dari kolam itu menandakan bahwa Bima dan Bara sudah mengeluarkan esensi puncaknya dalam ketegangan yang membuat tubuh mereka bergejolak dan air kolam beriak.
Para bidadari yang telah mengulum air kental esensi puncak itu mengambil cawan dan menuangkan cairan itu dari mulut mereka. Kian lama kian banyak. Bidadari yang mengentas dan menyelesaikan tugasnya membuat Bima dan Bara senang, melenyapkan diri. Tapi dari kolam akan muncul lagi bidadari yang makin cantik dan indah tubuhnya.
Di dalam jerat sihir kolam penuh bidadari ini Bima dan Bara tak kunjung habis esensi kental dari batang perkasa mereka. Padahal kalau dipikir, meski seorang pendekar gagah, untuk permainan seperti itu hanya cukup satu atau dua kali. Mana mungkin bisa berkali-kali.
Bima dan Bara pernah melakukannya suatu kali bertugas di suatu daerah. Waktu itu mereka masih pendekar golongan muda. Mereka mampir ke bordil dan menyewa enam perempuan untuk memuaskan mereka. Sayangnya, mereka sudah selesai di tiga perempuan. Tiga perempuan yang lain telanjur sewot dan mendepak mereka.
Permainan para bidadari kini berubah. Mereka mengangkat Bima dan Bara ke lantai. Bima dan Bara tak mampu menolak atau bergerak atas inisiatif sendiri. Kepala mereka tergolek, mata mereka sayu karena terlampau kenikmatan yang mereka peroleh. Keperkasaan mereka masih gagah berdiri menantang, menagih lebih banyak kepada bidadari.
Bidadari tentu saja senang dengan hal itu. Mereka menunggangi Bima dan Bara bergantian, mereka berkali-kali mencapai puncak dan di titik mereka tak mampu lagi menampung gelinjang, bidadari selanjutnya menampung cairan kental itu ke mulut, untuk kemudian mereka tuang ke cawan.
Bima dan Bara makin lemas jiwa dan kesadarannya sementara raga perkasanya semakin gagah. Mereka makin tidak sadar. Sukma mereka seperti tersedot dalam pusaran yang memusingkan tapi juga membuaikan mereka ke titik tersembunyi di relung jiwa yang selama ini mereka sembunyikan. Yaitu kehausan terhadap sentuhan wanita. Hal yang membuat mereka penasaran selama berguru di Sasaklangit.
Para bidadari sudah memenuhi satu cawan, lalu mereka ambil cawan yang baru untuk menampung esensi kental milik Bima dan Bara. Satu cawan yang penuh itu kemudian mereka persembahkan ke satu bidadari ratu yang mengawasi di singgasananya di ujung ruang.
Ukuran bidadari ratu itu lebih tinggi dan tubuhnya lebih semampai. Dialah gambaran kesempurnaan wanita yang diidam-idamkan laki-laki sejagad. Cantik yang mewakili semua jenis. Bidadari ratu itu menerima cawan itu dan menghirup aroma seng dari cairan kental. Dia mencicipnya dengan ujung jari yang panjang ibarat ular.
Bidadari ratu tersenyum. Itu cairan yang selama ini dia cari dan tak temukan pada laki-laki di desa-desa tanah Bhumidewa. Bidadari ratu meminum cairan itu sampai habis. Kemudian menjilat-jilat sisa yang menempel bandel pada dinding cawan.
Waktu berlalu dan berlalu. Para bidadari mempersembahkan sampai setidaknya tujuh cawan penuh. Saat mereka tak sanggup lagi mengeluarkan esensi kental dari Bima dan Bara, akhirnya bidadari ratu turun dari singgasana untuk melayani Bima dan Bara langsung sendiri.
Para bidadari membawa Bima dan Bara ke atas dipan berkasur empuk. Tubuh mereka sudah dibersihkan dan dibaluri dengan minyak wangi kesukaan bidadari ratu. Bidadari ratu yang tiga kali lebih besar wujudnya dari Bima dan Bara cekikikan melihat batang keperkasaan mereka berdua masih berdiri tegak dengan kepala yang berdenyut-denyut kemerahan.
Bidadari ratu menggulirkan jemarinya ke dua perkasa itu. Mengelusnya dari ujung kepala sampai empat butir biji berbulu. Bima dan Bara bergetar tubuhnya, tapi mereka sudah tak berdaya. Mata mereka membalik memutih dengan kelopak mata yang kerjap-kerjap.
Para bidadari yang telah melayani Bima dan Bara muncul lagi di sekeliling bidadari ratu. Kolam yang tadi sudah dibereskan dan berubah jadi lantai pualam. Jumlah bidadari itu ada ratusan sekarang.
Mereka menyaksikan bidadari ratu akhirnya bisa mendapat yang selama ini dia inginkan. Esensi kental terakhir yang bisa diperoleh dari darah pendekar. "Kerja kalian bagus, kalian mendapat pendekar legenda," puji bidadari ratu. Para bidadari tepuk tangan.
Bidadari ratu menyulap batang keperkasaan Bima dan Bara menjadi ukuran yang layak untuknya. Itu artinya batang milik mereka berdua menyatu dan berkalilipat membesar. Dari sisi para bidadari yang menonton, seperti melihat tiang besar menindih dua orang manusia biasa.
Bidadari ratu kemudian menunggangi satu batang menyatu itu dan mulai melakukan tarian aduhai, memutar-mutar pinggul. Bidadari ratu merem melek, setelah puas minum tujuh cawan penuh cairan kental, dia menginginkan penyempurnanya. Yaitu cairan kental berwarna merah. Esensi paling mendasar dari setiap pendekar. Jiwanya.
Bidadari ratu telah ratusan tahun menunggu momen ini. Dia dulu bertempat di singgasana langit dan melayani para dewa. Suatu waktu dia difitnah dan diturunkan ke bumi bersama para bidadari pengikutnya. Cairan kental merah jiwa pendekar adalah tiketnya untuk terbang lagi ke langit, untuk membalas dendam ke para dewa.
Dalam tarian aduhai ini bidadari ratu sekaligus ingin merasakan kembali sentuhan batang itu di dalam rahimnya. Dia melakukan tarian itu dengan hikmat. Menikmati setiap setruman energi pada dinding rahimnya yang menjalar ke seluruh saraf tubuhnya. Bidadari ratu melenguh, itu juga merambat ke setiap bidadari.
Sebentar lagi.. sebentar lagi dia akan memperolehnya.
Sayangnya itu dibuyarkan olehdinding realita mereka yang dirobek paksa oleh pedang mematikan. Sesosokpendekar muncul dan berteriak menerjang para bidadari.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro