Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kita & Kanker - 13 🎗️

2 malam sudah kulalui. Dan itu artinya, hari ini ialah hari pernikahan Rendy dengan Nayla. Setelah bermalam denganku 2 hari, surat undangan itu pun baru kubuka.

Aku menguatkan hatiku, kala jemariku membuka surat undangan itu dengan perlahan. Jangan nangis. Dua kata itu berulang kali aku rapalkan dalam hati. Kelihatannya, dua kata itu cukup sederhana, namun, menyimpan pengertian yang lebih bagiku. Dua kata itu mengisyaratkan keikhlasan hati, dimana aku harus menahan air mataku kembali meluncur indah, demi kebahagiaan orang yang aku cintai. Dua kata itu pula mengisyaratkan sebuah kekuatan, kekuatan yang berusaha aku tanamkan pada diri ini.

Aku memejamkan mataku sejenak. Ternyata, dua kata itu cukup berefek juga. Walaupun air mataku nyaris tumpah, namun dua kata yang akhirnya kulantunkan secara nyata, mampu membuat bulir air itu tak jadi turun.

Setelah kurasa aku cukup kuat, aku membaca halaman pertama undangan yang tertuliskan dua nama dengan ukuran font yang cukup besar diatasnya.

Rendy Altezza & Nayla Adrianti

Seutas senyuman mengembang dari wajahku, namun diikuti oleh luruhnya sebulir air yang jatuh dari pelupuk mataku. Ah, aku gagal. Aku gagal untuk mengikuti dua kata yang sedari tadi kurapalkan itu. Aku gagal untuk “jangan nangis”.

Tidak ingin berlama-lama membiarkan hujan itu turun, aku segera membaca tempat dilaksanakannya pesta tersebut.

Tempat resepsi : Gedung pernikahan Dahlia Lt.5

🎗️🎗️🎗️

Aku dan Fino sekarang sudah berada di lantai 5 gedung Dahlia. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki hingga di lantai 5 gedung ini. Biasanya, saat aku menemani papa menghadiri pesta pernikahan dari anak rekan kerjanya, acara tersebut hanya dilangsungkan di lantai 1 atau 2. Yang membedakan lantai 5 dengan lantai-lantai sebelumnya adalah tidak ada dinding yang membentengi lantai ini, alias outdoor.

Setelah mengambil makanan, Fino mengajakku duduk di salah satu meja di pojokan. Sungguh, rasanya aku ingin pindah meja, karena posisiku sangat strategis melihat ke atas pelaminan sana. Sudah kucoba mengalihkan pandanganku, tapi tetap saja ia tak mau pergi, menatap ke arah Rendy yang tersenyum bahagia.

“Jangan dilihat  trus, ntar makin kebawa suasana galaunya.” Fino mengarahkan tangannya untuk menutupi pandanganku yang masih berfokus pada Rendy.

“Iya, Fin.” Aku melanjutkan fokusku untuk menghabiskan makanan yang ada di depanku.

“Udah selesai?” tanya Fino.

“Udah.”

“Pulang, yuk.”

Aku mengangguk sebagai jawaban.

Sebelum pulang, kami naik ke atas pelaminan untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.

“Selamat ya untuk pernikahan kalian,” ucap Fino yang berada di depanku. Rendy membalas uluran tangan Fino dengan tatapan bingung. Wajar saja, jika Rendy tampak kebingungan, karena ini pertama kalinya mereka bertemu. Setelah Fino mengucapkan selamat, kini giliranku.

Aku melangkah maju, menggantikan posisi Fino tadi, dan berdiri tepat di depan Rendy. Aku menguatkan hatiku, sebelum akhirnya sebuah senyuman tulus berusaha aku berikan. 

“Selamat, Ren, atas pernikahan kamu dengan Nayla. Harapanku gak banyak, semoga pernikahan kalian langgeng, dan selalu dilingkupi oleh rasa bahagia. Sekali lagi, selamat, ya.”

“Makasih banyak, ya, Key. Makasih sudah mau datang ke pesta pernikahanku, dan makasih untuk harapannya. Semoga, kamu juga selalu bahagia, ya. Jangan suka sedih-sedih, apalagi pas nonton drakor.” Rendy terkekeh kecil, kemudian mengelus puncak kepalaku lembut. “Semoga juga, kamu cepat sembuh, ya. Tetaplah jadi Keyra yang ceria.”

Aku hanya tersenyum, untuk menjawab semua perkataan Rendy. Aku beralih kepada Nayla, kemudian memeluk perempuan itu. Nayla benar-benar terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih yang membalut tubuhnya yang sedikit lebih tinggi daripadaku.

“Selamat, ya, Nay. Ciee, yang sebentar lagi akan menjadi seorang istri. Aku turut bahagia, Nay. Jangan lupain aku, ya. Nanti, kalau aku udah sembuh, aku bakalan sering-sering ngunjungin kamu.”

“Terima kasih banyak, Key. Iya, aku tunggu, ya. Pokoknya, kamu harus cepat sembuh. Aku tunggu loh undangan kamu nyusul, hehe.”

“Masih lama, deh kalau soal itu. Yang terpenting sekarang, aku ingin fokus sama kesembuhanku. Hanya itu, dan gak ada yang lain.”

🎗️🎗️🎗️

“Key, tunggu!” teriak seseorang memanggil namaku. Aku dan Fino yang sedang berada di parkiran gedung Dahlia, menoleh serentak.

Rendy? Untuk apa, dia berlari ke arahku?

Tanpa basa-basi Rendy langsung memelukku, aku berusaha melepas pelukan itu. Bukannya aku tidak senang mendapat pelukan itu, bahkan jika boleh jujur, aku benar-benar merindukan pelukan hangat itu. Aku hanya sadar, bahwa kini Rendy sudah resmi beristri, dan apakah Nayla akan terima jika suaminya kini memelukku?

Semakin aku mencoba melepas pelukan itu, Rendy malah semakin menguatkan pelukannya.

“Biarin kayak gini dulu Key, anggap aja pelukan terakhir dari aku,” ucap Rendy. Dapat kurasakan, bahwa kini cairan bening mulai menggenangi pelupuk mataku.

“Key, makasih udah mau datang ke acara pernikahan aku. Dan sekali lagi, aku minta maaf, a-aku udah ninggalin kamu. Aku udah melanggar janji kita untuk terus bersama hingga tua nanti. Maafin aku, Key.” Suara Rendy kedengaran seperti bergetar, apakah lelaki itu sedang menangis?

Aku mencoba melepas pelukan Rendy yang sudah tidak terlalu kuat.

“Ren, kamu gak perlu minta maaf. Semua udah terjadi. Mau bagaimanapun, ini takdir kita. Mau bagaimanapun, inilah yang harus kita, atau terutama aku terima. Aku cuma mau ngucapin makasih. Makasih banyak untuk 3 tahun yang udah kita jalani. Makasih untuk cinta yang selalu kamu berikan sama aku. Makasih untuk semua perhatian kamu, untuk semua kepedulian kamu. Intinya, terima kasih banyak. Maaf, kalau selama ini aku banyak merepotkan kamu, dan juga maaf, bila selama ini aku masih cukup kekanakan. Aku minta maaf, Ren.”

Selesai aku berucap, Rendy langsung memelukku lagi yang sekarang sudah terisak tangis.

“Semoga kamu selalu bahagia, Key. Maaf, bila kini aku gak lagi bisa menjadi alasan kebahagiaan kamu. Aku percaya, kamu akan segera menemukan seseorang yang baik, yang dapat menggantikan kebahagiaan kamu yang sudah aku hancurkan. Karena, kamu pantas bahagia, Key.”

Rendy melepas pelukannya, kemudian kedua ibu jarinya ia arahkan ke mataku, untuk menghapus jejak air yang membasahi pipiku. Beralih daripadaku, Rendy berjalan mendekati Fino. Rendy menepuk bahu Fino pelan, khas tepukan pertemanan.

“Gue gak tau lo siapa, tapi sepertinya lo sama Key cukup dekat. Gue titip Key, jaga Key baik-baik. Key itu gadis paling berharga buat gue, jangan pernah lukai dia sedikitpun. Cukup gue yang gagal buat jagain Key selalu, tapi lo jangan. Sekali lagi, gue titip Key.”


»»----------------¤----------------««

Jangan menangis, air matamu terlalu berarti untuk dibiarkan mengalir begitu saja.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro