Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7






= Selamat membaca =

_________________________








Shania Gracia bangun lebih awal pagi ini, bukan karena ia rajin. Hanya saja perasaan nya tidak enak. Semalaman ia tidak bisa tidur, ia hanya berguling-guling di kasur, sesekali duduk namun kembali merebahkan tubuh nya.

Semalam juga ia berusaha menghubungi Shani, namun tidak ada jawaban. Karena hp gadis itu tidak aktif.

Gracia merasa ada sesuatu yang terjadi pada Shani, hanya saja Gracia tidak tau itu apa. Semoga saja bukan hal yang buruk.

Bodoh nya lagi Gracia tidak menelpon Bobby untuk menanyakan keberadaan Shani, padahal mereka satu rumah. Gracia baru sadar saat sudah tengah malam.

Gracia meraih tas selempang nya, lalu segera turun. Ia ingin cepat-cepat bertemu Shani, Karena pasti Shani sudah ada di bawah bersama mama nya.

Selalu seperti itu biasa nya.

"Maa mama" teriak Gracia

"Iyaa Gre kenapa?" Tanya Sang mama

"Cici belom dateng?" Tanya nya lalu mendaratkan ciuman di pipi sang mama yang sedang menyiapkan sarapan.

"Belum sayang, bentar lagi paling"

Gracia mengangguk, ia duduk di meja makan lalu kembali mencoba menghubungi Shani. Namun jawaban nya tetap sama, Hp Shani tidak aktif.

"Maa.. cici kemana ya. Kok gak ngabarin aku dari malem?" Tanya Gracia.

"Cici ada urusan paling, kamu berangkat sama mamang ya. Udah siang nih"

Gracia hanya mengangguk lemah, ia sama sekali tak menyentuh sarapan nya.

Dengan langkah gontai Gracia berjalan menyusuri koridor kelas. Wajah nya lesu, fikiran nya berkelana entah kemana.

Otak nya sibuk memikirkan Shani yang sampai detik ini tidak ada kabar sama sekali. Gracia melangkah menuju kelas Shani, berharap Shani ada di sana.

Gracia berhenti di depan pintu, mengedarkan pandangan nya ke dalam kelas yang baru terdapat beberapa siswa saja. Gracia sedikit terlonjak saat ada yang menepuk bahu nya.

"Eh" kaget Gracia lalu menoleh

"Cari siapa dek Gracia?" Tanya seorang siswi yang barusan menepuk Gracia "Shani ya?" Lanjutnya membuat Gracia mengangguk.

"Mm iyaa kak" ucap Gracia canggung.

"Bentar ya" ucap seseorang yang bernama Tasya itu.

"Woy Mario, liat bidadari gak? Nyariin nih princes nya"

Gracia menaikkan sebelah alisnya saat mendengar kalimat kakak kelas nya barusan.

Seterkenal itu kah Shani dan Gracia hingga mereka mendapat panggilan semanis itu?

Kemana saja Gracia baru menyadari hal ini?

"Kabar terakhir yang hamba terima, sang Bidadari Sakit, jadi gak masuk sekolah" ucap Mario dengan nada yang sengaja di buat serius.

"Cici sakit?" Gumam Gracia

Tasya menoleh ke arah Gracia yang mematung di tempat nya "Princes dengar kan apa kata Mario? Tumben juga kamu gak tau. Biasa nya kan nempel mulu" ucap Tasya.

"Mm iya kak. makasih ya, saya duluan" pamit Gracia lalu segera pergi dari kelas Shani, berjalan dengan tergesa menuju gerbang sekolah. Ia tidak peduli jika harus bolos hari ini. Yang ia mau hanya kabar dari Shani. Itu saja.

Dengan cepat Gracia memesan taksi online untuk pergi ke rumah Shani.

Sepanjang perjalanan Gracia berdoa supaya Shani baik-baik saja, karena ia tau jika dirumah Shani jarang ada siapa-siapa. Kecuali Art yang kadang juga sibuk dengan kegiatan mereka.

Gracia gelisah di tempat nya, sesekali ia menghentakkan kaki guna meluapkan rasa kesal karena kemacetan yang melanda.

Setelah perjalanan cukup lama akhirnya Gracia tiba di depan gerbang rumah Shani, setelah bertemu pejaga rumah, Gracia segera berjalan ke pintu utama.

"Pagi non Gracia" sapa salah satu Art dirumah Shani.

"Pagi bi, Shani ada?" Tanya Gracia penuh harap. Senyum nya luntur saat melihat gelengan kepala dari lawan bicara nya.

"Gak ada Non, semalam Non Shani pingsan. Langsung di bawa sama Tuan dan Nyonya. Sampai sekarang belum pulang"

Tubuh Gracia lemas, sekuat tenaga ia menguatkan kaki nya untuk tetap berpijak.

Apa yang terjadi dengan Shani?

"Mm bang Bobby kemana?" Tanya Gracia lagi.

"Den Bobby katanya ke luar kota Non"

Gracia mengangguk lemah, fokus nya pecah, ia bingung harus mencari Shani kemana lagi?.

"Yaudah aku pamit ya bi"

"Iya Non, oh iya Non sama siapa kesini?"

"Sendiri naik taksi"

"Yaudah di anter sama mamang ya, nanti kalo Non Shani tau Non Gre sendirian, Non Shani bisa marah "

Gracia mengangguk lagi, ia tak ingin membantah apapun karena yang di katakan nya benar.

Shani tidak akan membiarkan Gracia sendirian. Tapi saat ini, Shani yang meninggalkan nya sendirian.

Menyedihkan sekali.

__

Malam datang menyambut mimpi, gemuruh petir terdengar lagi.

Seorang gadis pecinta ungu sedang memeluk kedua lutut nya di atas kasur, mata nya sembab karena terlalu lama menangis.

Hati nya semakin tak tenang, fikiran nya semakin kalut karena sampai saat ini ia tidak mendapat kabar dari Shani.

"Sayang"

Gracia mendongak, menatap sang mama yang baru saja memanggilnya.

"Makan dulu yuk sayang, kata bibi kamu gak makan dari siang"

Sang mama mendekat lalu menatap Gracia lekat "kamu kok nangis, kenapa hmm?" Tanya nya membuat Gracia. menghambur ke pelukan sang mama.

"Hiksss mama.. cici katanya sakit, tapi gege gak tau cici dimana hikss, hp nya gak aktif dari kemarin"

Sang mama membalas peluk lalu mengusap pelan punggung Gracia.

"Jadi kamu bolos sekolah hari ini nyari cici?" Tanya sang mama, namun Gracia hanya mengangguk.

"Udah tanya Bobby?"

"Abang ke luar kota, gak angkat telpon gege"

"Terakhir mama ketemu, kemarin malam pas cici nyari kamu, mama bilang makan sama Bobby, mama kira cici nyusul kamu"

Deg

Hantaman di jantung Gracia sangat terasa, seketika ingatan nya melayang pada malam dimana ia pergi bersama Bobby.

Benarkah Shani tidak menyusul nya? Atau Shani menyusul nya dan melihat semua nya?

Ya Tuhan..

"Hiksss mamaaa... cariin cici hikss"

"Iyaa sayang, nanti mama telpon keluarga cici ya. Tapi sekarang Kamu makan dulu ya".

Gracia menggeleng. sungguh ia tidak ingin apapun selain bertemu Shani.

"Nanti kamu sakit sayang"

"Gapapa biar cici pulang" lirih nya "mau ketemu cici maaaa" lanjutnya membuat Sang mama mengangguk sambil berkata "iyaa sayang".

__

Semesta membisu, langitpun kelabu. Musim penghujan masih melanda, mengantar hawa dingin yang merasuk hingga ke jiwa.

Lima hari berlalu semenjak Shani tidak ada di sisi. Gracia tidak mau beranjak sama sekali dari tempat tidur nya.

Setiap hari ia hanya menatap layar Hp nya, menunggu Shani menghubungi nya. Beberapa kali ia menghubungi Bobby, namun ternyata Bobby juga tidak tau dimana Shani.

Bobby hanya berkata 'Shani dibawa mama sama papa, tapi abang gak di kasih tau pergi nya kemana'.

Pernah juga beberapa kali ia pergi ke rumah Shani, namun jawaban nya sama saja. Shani tidak ada.

Sang mama pun menyerah, ia tak bisa menghubungi keluarga Shani sama sekali. Akses nya seolah di tutup dengan sengaja. Bahkan Harlan sudah mencoba mencari dan bertanya tentang keberadaan keluarga Natio, hasil nya nihil.

Gracia semakin resah, mata nya semakin sembab karena setiap hari menangis tanpa lelah. Tubuh nya semakin lemah, karena tak mendapat asupan makanan yang cukup untuk tubuh nya.

"Indiraaaa....." lirih Gracia "kamu dimana hiksss"

Pandangan Gracia tak lepas dari foto Shani, mengusap perlahan layar hp nya seolah ia sedang mengelus pipi seorang Shani.

"Kenapa jauh dari kamu semenyakitkan ini hiksss?"

"Kamu dimana Shani hiksss"

__

Seminggu berlalu...

Gracia perlahan membuka kedua mata nya, matanya mengerjap beberapa kali menyesuaikan dengan cahaya kamar ini.

Kepala nya menoleh sekilas pada tangan nya yang terdapat selang infus yang menancap sejak 2 hari yang lalu.

Ia tersenyum nanar menertawakan diri sendiri karena masih tak berhasil menemukan Shani.

Gracia mencoba mengais ingatan saat dua hari lalu ia nekat menerjang hujan untuk pergi ke rumah Shani, tak peduli dengan tubuh nya yang basah kuyup, dihantam hujan deras tanpa pelindung sama sekali. Hingga akhir nya ia berakhir di kamar inap ini.

Berat badan nya berkurang cukup drastis, ditambah hati dan jiwa nya yang setiap hari menangis.

"Tuhan... jika memang aku akan mati detik ini, izinkan aku melihat Shani untuk yang terakhir kali"

Gracia menutup mata, meng-Aminkan segala doa yang ia ucap di bibir serta hati nya.

Gracia membuka mata, menyentuh dada sebelah kiri yang terasa sakit sekali. Seperti ini kah rasanya jadi Shani?

Sesakit ini kah rasa yang Shani tanggung setiap hari?

Hebat sekali Shani Indira masih bisa bertahan sejauh ini. Bertahan dengan goresan-goresan luka nyata, bertahan dengan hantaman-hantaman yang menyiksa, dan semua itu hanya karena Gracia?.

Ya Tuhan.

"Gre"

Renungan Gracia buyar, ia menoleh pada seseorang yang kini tersenyum sambil berjalan ke arah nya.

"Abang" Gracia memaksakan senyum nya, untuk pertama kali nya ia tidak bersemangat bertemu Bobby.

"Gimana keadaan kamu?" Tanya Bobby setelah menyimpan keranjang buah di atas meja, lalu duduk di samping ranjang Gracia.

"Sekarat" jawab nya dalam hati.

"Seperti yang abang lihat" jawab Gracia "abang belum bisa nemuin Shani?" Tanya Gracia membuat Bobby menggeleng.

"Maaf Gre, abang udah hubungin mama sama papa tapi gak bisa. Abang juga gak tau Shani di bawa ke negara mana sama mereka" Jawab Bobby membuat raut wajah Gracia semakin kecewa "abang pasti usaha terus cari Shani, kamu harus sehat ya"

"Semoga" lirih Gracia.





= Tbc =

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro