6
= Selamat membaca =
__________________________
Sabtu malam, atau malam minggu, biasa nya menjadi malam yang di tunggu kebanyakan pasangan kekasih untuk bertemu. Selain untuk pergi berkencan, sekedar keliling cari makan, atau bahkan hanya sekedar menghabiskan waktu berdua sambil maraton nonton drama.
Seorang gadis cantik bernama Shani Indra sedang menatap diri nya di pantulan kaca, tersenyum tipis saat melihat penampilan nya yang sempurna.
Tak ingin membuang waktu lebih lama, Shani segera meraih hp, dompet serta kunci mobil nya di atas meja. Berjalan menuruni tangga kamar nya, menuju ke parkiran tempat mobil nya berada.
Malam ini langit indah sekali, seindah imaji Shani saat membayangkan bagaimana reaksi gadis kesayangan nya saat tau Shani akan mengajak nya jalan-jalan.
Bintang bersinar terang, seterang lampu-lampu jalan raya yang menyambut mobil Shani saat melintasi nya.
Hembusan Angin menerpa dengan tenang nya, mengantarkan mobil Shani menuju Ke rumah Gracia.
Mobil Shani tiba di halaman rumah Gracia, dengan semangat empat lapan ia turun lalu berjalan ke arah pintu utama, dan bersiap memberi kejutan kepada Shania Gracia.
"Malam ma" sapa Shani riang.
"Eh cici, sini sayang"
"Iyaa ma, gege mana?" Tanya Shani dengan senyum yang masih tercipta.
"Loh kan jalan sama Bobby tadi, gak ngabarin kamu kah?"
Bulan bersembunyi di balik gelap nya malam, tak sanggup menatap wajah Kecewa seorang Shani indira.
Senyum yang tadi tercipta, kini luntur seketika. Imaji indah yang tersusun rapi, kini lenyap di hantam oleh kenyataan. Kepalanya menggeleng lemah sambil berkata "enggak mah, mama tau mereka kemana?"
"Mama Enggak nanya sayang, mereka cuma bilang mau makan malam"
Shani memaksakan senyum nya "yaudah ma, Shani pamit ya. Daah mama"
Shani memutar tubuh nya sekali gerakan, tanpa mendengar kalimat terakhir sang mama yang menyuruh nya makan.
Shani segera masuk ke mobil nya.
Sejenak ia memejamkan mata sambil menekan dada sebelah kiri cukup kuat. Sesekali kepalanya ia benturkan ke atas stir mobil sambil bergumam lirih...
"Ya Tuhann.. sakiit"
Puas menikmati rasa sakit nya,
Tangan Shani memutar kunci, menyalakan mesin mobil lalu mengemudi. Membawa mobil nya ke arah tak tentu, guna menghilangkan rasa sakit yang menghantam pilu.
Diraih nya Hp di jok samping tubuhnya, mencari letak di mana gadis bergigi gingsul itu berada. Mata nya menatap ke arah Maps yang di tampilkan, sambil menginjak pedal gas, guna menambah kecepatan.
Sekali injak rem, mobil nya berhenti, di sebuah restoran mewah yang sangat ia kenali. Sering nya Shani yang mengajak Gracia kesini, memesan makanan favorit Gracia, contoh nya Sushi.
Namun kali ini tidak bersama Shani, Gracia bersama sang kakak kandungnya yaitu Bobby.
Entah apa tujuan Shani menyusul Gracia kesini, untuk memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja, atau hanya untuk memperparah goresan luka nya?.
Bodoh kamu Shani !
Shani Menghela nafas dalam lalu menghembuskan nya, menepuk kedua pipi beberapa kali, lalu mengumpulkan energi untu masuk dan mencari keberadaan Gracia sang pujaan hati.
Langkah nya pasti menuju ke arah pintu, menatap sekeliling mencari keberadaan Sahabat nya itu.
Mata nya memicing saat melihat seorang gadis yang memakai gaun berwarna Ungu muda, sontak membuat senyum nya terbit seketika.
"Cantik" gumam Shani.
Seolah ditampar kenyataan Shani mengerjap, menyadari bahwa cantik nya Gracia malam ini bukan untuk Shani, melainkan untuk Bobby.
Shani Melangkah duduk di tempat yang cukup tertutup, menghindari keberadaan nya terlihat oleh Gracia.
Tangan nya terangkat memesan sebuah minuman hangat. Seolah Secangkir Caffe latte menjadi pilihan yang tepat.
Beberapa kali mata nya tak lepas menatap, pada gadis cantik yang senyum nya memikat. Senyum tanpa beban yang selalu sukses membuat hati Shani tak karuan.
Beberapa kali juga Shani memperhatikan saat Gracia memasukkan sendok berisi makanan ke mulut nya, mengunyah nya dengan cukup cepat, membuat Shani menahan diri untuk tidak mendekat. Gemas dengan kelakuan gadis pecinta warna ungu tersebut.
Ekspresi Shani cepat sekali berganti, sebentar tersenyum sebentar datar kembali, seolah ia memiliki seribu wajah yang tak orang lain ketahui.
Tangan Shani terkepal erat saat melihat tangan Bobby menyentuh ujung bibir Gracia. Membersihkan sisa noda yang menempel di sana.
Oh tidak, Gadis nya di sentuh oleh seseorang selain Shani.
Ya Tuhan.. kenapa membunuh orang itu dosa?
Jika saja tidak, mungkin Bobby bisa menjadi orang pertama yang lenyap dari muka bumi ini.
Shani hendak meraih cangkir kopi yang sudah tersaji, ia harus menenangkan diri sejenak namun tiba-tiba saja sekitar nya gelap.
Mata nya di tutup oleh seseorang dari belakang, yang hampir saja Shani beri pelajaran jika ia tidak langsung berkata "Sakit kok di cari sendiri Shan"
Shani tau siapa pelaku yang menutup mata nya ini, Shani kenal suara yang berasal dari teman sekelas nya, Anindita Cahyadi.
Matanya kembali bebas melihat cahaya lalu menatap pada seseorang yang duduk di hadapan nya.
"Ngapain loe disini?" Tanya Shani heran. Kenapa dunia sempit sekali.
"Nonton orang yang lagi nyari penyakit" jawab nya singkat membuat Shani menatap lekat.
"Maksud loe?" Tanya Shani lalu meraih cangkir kopi, menyesap nya dua kali.
"Yaa lagian orang lagi malam mingguan loe liatin, bikin sakit hati aja. Kalo gak nyari penyakit apa dong namanya?"
Dengan santai nya Anin mengangkat tangan, lalu memesan beberapa makanan.
"Ngapain loe makan disini? Ini meja gue" ucap Shani acuh.
"Biar loe ada temen, sekalian loe makan. Gue tau Shan, nahan sakit itu butuh energi" ucap Anin santai
"Kaya gue sekarang" lanjunya dalam hati.
Shani hanya mendengus sambil membiarkan Anin melakukan apapun yang ia suka, Shani lebih tertarik kembali menatap Gracia dari kejauhan.
Goresan-goresan luka perlahan menganga, hantaman-hantaman nyata terasa cukup menyakitkan dada. Air mata seolah melesak minta di keluarkan, namun masih bisa Shani tahan.
Mata nya memanas melihat adegan meja sana, adegan dimana saat Bobby menggenggam tangan Gracia diatas meja, tanpa perlawanan sama sekali dari pemilik nya.
Senyum Gracia mengembang, sebelah tangan nya ikut menggenggam tangan Bobby, sambil sesekali tersipu entah apa yang Bobby katakan pada gadis itu.
"Gak usah di liat mulu napa Shan" ucap Anin yang fokus pada semangkok ramen pesanan nya "mending makan tuh sushi, kesian loe anggurin"
Shani tak menggubris ucapan Anin, seolah semua fokus, perhatian bahkan hidupnya ditarik oleh Gracia, hanya untuk menatap nya.
Anin menatap heran ke arah Shani, tiba-tiba saja ia mengeluarkan beberapa lembar uang warna merah lalu menyimpan nya di atas meja.
"Gue duluan" ucap Shani lalu segera melangkah keluar, saat ia menyadari bahwa Gracia dan Bobby akan keluar dari restoran ini.
Anin hanya menunduk pasrah, nafsu makan nya hilang begitu saja. Sesulit itu kah membuat Shani menoleh? Hanya menoleh saja ke arah Anin, itu sudah cukup. Tidak harus selalu menatap Gracia disana.
Anin mengerjap menatap seseorang yang kini berdiri di samping nya.
"Udah puas caper sama Shani nya? Sakit kan?" Ucap nya sambil tersenyum mengejek ke arah Anin "gue bilang kan gak usah so so an caper, ngeyel sih"
"Diem loe puc!"
__
Tetesan air hujan menghujam tubuh ringkih si gadis patah hati.
Tubuh nya basah kuyup di sisi kolam renang, sambil duduk memeluk erat kedua lutut nya.
2 jam lamanya ia bertahan di bawah guyuran air hujan, sejak ia pulang dari rumah Gracia. Memastikan bahwa Gracia pulang dengan selamat, sekalipun ia harus melihat adegan yang membuat hati nya tak kuat.
Isakan samar terdengar saat air mata nya jatuh di pipi, tak terlihat bercampur dengan air hujan yang lebat.
Tubuh nya bergetar hebat, kala tangis nya mulai pecah. Sekuat tenaga menutup mata, mencoba menahan sakit yang luar biasa.
Bayangan saat Gracia tertawa bersama orang lain, bersemayam dalam fikiran nya.
Bayangan saat tangan Gracia di genggam erat, bukan oleh Shani. Kini Menghantui sanubari.
Bayangan kening Gracia yang tadi di kecup orang lain, kini merasuk ke setiap sendi, melemahkan fungsi semua indra di tubuh nya. Hingga yang terasa hanya rasa nyeri yang luar biasa.
"Hiksss Paah mah" lirih Shani "Shani cuma butuh pelukan, kali ini saja hiksss" lanjutnya sambil mengeratkan pelukan pada kedua lutut nya.
Shani menyeka kasar air mata nya, ia enggan beranjak seinci pun dari tempat nya sekarang. Ia berharap bayangan Gracia bersama Bobby, hilang terbawa angin malam ini. Ia berharap rasa sakit yang ia rasakan, musnah terbawa tetesan hujan yang semakin deras.
Namun rasanya sia-sia saja.
Tubuh Shani mulai gemetar, tubuh nya tak lagi sanggup menahan dingin yang menjalar. Wajah nya pucat pasi, namun tersamarkan oleh cahaya temaram tempat ini.
Kedua tangan nya terlepas, energi nya habis karena terlalu lama menangis, satu kalimat terucap dari mulutnya seiring luruh nya tubuh Shani ke dalam kolam renang.
"Graciaaaa......"
Lalu semuanya gelap.
= Tbc =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro