Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5




= Selamat membaca =

_________________________







-Tak perlu kamu menjauh, karena aku yang akan mundur perlahan, walau harus jatuh-





"Dek !" Panggil Bobby saat melihat Shani keluar dari kamar nya.

"Ya?" Jawab Shani singkat

"Mau jemput Gracia?" Tanya Bobby membuat Shani mengangguk.

"Gak perlu jemput, kakak aja yang anter ke sekolah ya"

Shani menaikkan sebelah alisnya "tumben"

"Gak papa pengen aja anter Gracia ke sekolah"

"Yaudah, Shani duluan" jawab Shani

Bobby mengangguk lalu menyusul Shani yang sudah lebih dulu keluar dari rumah nya.

Shani mengendarai mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata. Emosi nya kembali menguasai diri dan Shani harus hati-hati.

Shani tidak masalah jika Bobby memutuskan untuk tinggal di rumah lagi, dan berjanji akan memperbaiki hubungan nya dengan Shani yang sudah lama berjarak, jauh sekali. Yang Shani tak terima yaitu jika Bobby mulai melancarkan aksi nya mendekati Gracia.

Tapi Shani bisa apa?

Dengan tetap mempertahankan fokus nya, Shani mengambil hp lalu menelpon seseorang.

"Hallo Nin, Gue jemput loe sekarang"

Tutt....

"Ha-...

Belum sempat Anin menjawab, Shani sudah mematikan sambungan telp nya. Anin di sebrang sana hanya bisa diam sambil menatap layar hp nya.

"Gak waras ni orang" gumam Anin lalu mengunyah roti yang baru saja masuk mulut nya.

Beberapa menit berlalu, Shani tiba di depan rumah Anin. Sengaja ia tidak mematikan mesin mobil, karena ia tahu jika Anin sebentar lagi akan masuk ke mobil nya.

"Tumben loe jemput gue?" tanya Anin lalu memakai sabuk pengaman nya.

"Antisipasi bunuh diri" jawab Shani santai lalu melajukan mobil nya.

Anin terkekeh "Loe kenapa Shan? Gracia gak mau berangkat sama loe?"

Shani menggeleng "bukan"

"Terus kenapa?"

"Kakak gue katanya mau jemput dia"

Anin diam sejenak, menerka apa yang terjadi dengan Shani dan sang kaka. Anin menaikkan sebelah alis nya setelah ia menyimpulkan sesuatu lalu bertanya "Kakak loe suka sama Gracia?"

"Dan Gracia juga suka sama kakak gue"

"Perang dunia ke tiga dimulai" batin Anin.

____

"Loh abang!" Seru Gracia saat melihat Bobby sudah berada di depan rumah nya "ngapain pagi-pagi?" Tanya nya heran.

"Mau jemput kamu" jawab Bobby diakhiri dengan senyuman yang tak kalah mempesona dari senyuman Shani.

"Cici kemana?" Tanya Gracia heran "dia gak ngabarin aku"

"Tadi abang udah bilang sama cici kalo abang mau jemput kamu, jadi cici berangkat duluan"

Gracia mengangguk, di satu sisi ia senang bisa diantar oleh Bobby, tapi di sisi lain ia merasa ada yang kurang jika tak ada Shani, apalagi sejak tadi pagi Shani tidak menelpon nya sama sekali.

"Tunggu sebentar"

Gracia berlari ke dalam rumah, lalu kembali setelah beberapa menit.

"Maaf nunggu lama" ucap Gracia

"Ga papa, yaudah ayo berangkat, nanti kamu telat" ucap Bobby lalu berjalan menuju kursi pengemudi.

Gracia menaikkan sebelah alisnya, selama ia diantar jemput Shani, atau pergi kemana pun bersama Shani, ia tidak pernah membuka pintu mobil sendiri, pasti Shani yang melakukan nya untuk Gracia. Hal kecil yang selalu bisa membuat Gracia bahagia.

Namun tanpa mau memikirkan hal yang menurut Gracia kecil, ia segera masuk ke mobil Bobby.

"Abang, sepi banget mobil nya" ucap Gracia merasa tidak nyaman.

"Abang gak terlalu suka musik, kenapa emang?" Tanya Bobby sambil menatap sekilas, lalu kembali fokus ke jalan raya.

"Kalo sama cici, suka muter lagu-lagu kesukaan aku" ucap Gracia.

"Yaudah nanti abang minta ke cici, lagu kesukaan kamu ya"

Gracia mengangguk, beberapa kali ia mencuri pandang ke arah Bobby.

Bobby itu termasuk laki-laki idaman para wanita, selain pintar, mapan, tampan, dia juga memiliki pesona yang luar biasa.

Namun jika di bandingkan dengan Shani, Bobby masih kalah jauh. Karena Shani itu sempurna dengan segala kesempurnaan nya, sikap dan perhatian Bobby masih kalah jauh jika di banding kan dengan Shani.

Tapi kan Gracia belum mengenal Bobby lebih jauh lagi, mungkin saja ia lebih segalanya dibanding Shani.

Kenapa Gracia jadi membandingkan Bobby dan Shani ?

Shani, Shani, Shani.

Hey kemana mahluk itu, tidak satupun pesan yang Gracia terima sampai saat ini.

Awas saja yaa!!

_

"Loe pelan-pelan bisa kagak Shan, gue belom mau mati" protes Anin "tau gini gue minta maaf dulu sama orang tua gue sekalian nulis wasiat"

Shani terkekeh, segera ia menurunkan sedikit kecepatan mobil nya "Sorry, Gue takut Gracia dateng duluan soalnya, ntar dia marah kalo gue gak nganter dia ke kelas".

"Dia bukan bocah, Shani"

"Tapi keselamatan dia penting.

"Terus loe fikir keselamatan gue gak penting gitu?" Sindir Anin

"Hehe sorry Nin, Gak gitu"

"Hilih" ucap Anin "Gracia terooosss" lanjutnya dalam hati.

"Pelan-pelan pengawalnya Gracia" sindir Anin lagi.

"Berisik nin!"

"Tau gitu kenapa gak loe ikutin aja mobil kakak loe ? Ngapain jemput gue segala" Ucap Anin kesal.

Shani menaikkan kedua bahu nya "Iseng aja sih, dari pada gue mati sendiri"

"Makasih loh Shan" kesal Anin sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Mikir-mikir lagi deh gue naksir sama loe" ucap nya dalam hati.

"Sama-sama"

Tanpa bicara lagi Anin lebih memilih membuang pandangan nya ke arah jendela, ia fikir Shani memang ingin menjemputnya, bukan karena embel-embel apapun. Tapi itu tidak mungkin juga.

Setidak nya Anin menyadari, bahwa ia memiliki peluang cukup besar untuk dekat dengan Shani. Bisa saja kedepan nya Gracia terus di antar jemput oleh kakak nya Shani, dan sudah pasti Shani tidak selalu di bayangi oleh Gracia.

Kesempatan yang bagus bukan.

Mobil Shani tiba di parkiran sekolah.

Shani yakin jika mobil Bobby belum sampai di sekolah. Karena Shani hafal kebiasaan ngaret Gracia, pasti Bobby menunggu cukup lama.

"Loe duluan gih" titah Shani.

Tanpa ada bantahan apapun Anin segera melepas sabuk pengaman nya

"Sopan banget" cibir Anin "tapi, Thanks ya Shan"

Shani hanya mengangguk.

Shani keluar dari mobil nya, berjalan ke arah gerbang sekolah. Shani tau jika Bobby hanya akan mengantar Gracia sampai depan sekolah.

Dan benar saja, mobil Bobby berhenti beberapa meter dari tempat Shani berdiri saat ini.

"Hati-hati ya, semangat belajarnya" ucap Bobby

"Iyaa bang, makasih udah anterin aku"

"Iya, tapi nanti pulang nya mungkin abang gak bisa jemput, maaf ya"

"Gak apa bang, ada cici kok" jawab Gracia "yaudah aku turun ya" pamit Gracia sambil melepas sabuk pengaman nya.

"Iyaa hati-hati"

Gracia diam sejenak, kembali ia membandingkan sikap Shani dan Bobby, namun ia menggeleng pelan "masalah buka pintu doang, bukan hal penting" batin nya.

Baru saja Gracia berniat membuka pintu, pintu mobil sudah terbuka di susul uluran tangan seseorang yang membuat Gracia langsung mendongak "cici" gumam Gracia di susul senyum yang mengembang sempurna.

"Ayo" ajak Shani membuat Gracia mengangguk sambil meraih tangan Shani.

Tanpa ingin pamit atau basa-basi pada sang kakak, Shani segera menutup pintu mobil Bobby cukup kencang membuat Bobby sedikit terlonjak.

"Cici nunggu nya lama?" Tanya Gracia sambil mendongak sedikit, menatap Shani dari samping.

"Enggak gee" jawab Shani lalu mengusap sekilas rambut Gracia .

Kedua nya berjalan bergandengan tangan menuju kelas Gracia, seperti biasa Shani akan memastikan Gracia tiba di kelas nya dengan selamat.

"Gih masuk" titah Shani

"Cici tunggu" ucap Gracia sambil membuka tas nya lalu mengeluarkan sesuatu.

"Tadi aku minta mama buatin bekal buat cici, karena aku tau kalo cici gak akan mau sarapan kalo sendirian, aku gak mau cici sakit"

Manis !!!.

Hati Shani bersorak gembira, sekuat tenaga ia menahan senyum nya. Gadis di hadapan nya ini memang pandai sekali membuat hati Shani kembali baik seperti biasa.

"Makasih" ucap Shani lalu mengambil kotak bekal nya "pulang sama aku ya" lanjutnya sambil merapikan poni Gracia.

"Iyaaa dadah cici"

Shani menatap sekilas kotak bekal nya, tersenyum tipis lalu berbalik, meninggalkan kelas Gracia dengan hati bahagia.

__

Pulang sekolah tiba, Shani segera berjalan dengan tergesa menuju ke kelas Gracia, ia tak mau Gracia menunggu lama.

"Ciciiii" teriak Gracia yang sudah menunggu Shani di depan kelas nya.

"Nunggu lama?" Tanya Shani sambil merapikan poni gadis itu "lepek banget rambut" lanjut Shani lalu mengeluarkan sapu tangan milik nya, mengusap keringat di kening Gracia.

"Tadi kan pelajaran olahraga, disuruh lari keliling lapangan" adu nya membuat Shani terkekeh "capeeee" rengek nya.

"Bagus lah, sehat"

"Capeee ciciii" rengek nya lagi.

"Yaudah yuk pulang"

"Gendong" manjanya membuat Shani menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum tengil.

"Yakin?" Tanya Shani "mau heboh satu sekolah?" Lanjutnya membuat Gracia menggeleng.

"Enggak, hehe"

"Yaudah yuk"

Seperti biasa Shani menggenggam tangan Gracia sepanjang perjalanan menuju parkiran, pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat oleh warga sekolah. Karena mereka tau, dimana ada Gracia di situ ada Shani.

Gandengan terus. Kaya truk gandeng.

Shani membuka pintu mobil untuk Gracia, mempersilahkan Gracia masuk lalu menutup nya dari luar. Shani memutar dan masuk ke kursi pengemudi.

"Loh kok ada dia?" Tanya Gracia dengan tatapan tidak suka saat melihat ada seseorang yang sedang duduk di kursi belakang.

"Tadi pagi berangkat bareng, makanya aku harus anter dia pulang"

Gracia segera memalingkan wajahnya ke arah samping, kedua tangan nya ia lipat di depan dada.

Shani tau jika Gracia akan marah, tapi bagaimana lagi, ia harus bertanggung jawab mengantar Anin pulang dengan selamat.

"Gue naik taksi aja deh Shan" ucap Anin merasa tak enak.

"Gak usah Nin"

Shani bergeser mendekat ke arah Gracia "Sabuk pengaman nya di pake sayang" ucap Shani lembut lalu memasangkan sabuk nya dengan benar.

Hal tersebut tak luput dari pengawasan Anin yang kini merasa kesal setengah mati "Manja banget" batin nya.

Tak ingin membahas apapun, Shani segera melajukan mobil nya ke rumah Anin. Percuma saja jika ia berbicara sekarang, karena gadis ngambekan di samping nya ini tak akan mau mendengarkan.

Tak lupa juga Shani memutar lagu-lagu kesukaan Gracia. Gadis itu sangat suka sekali lagu-lagu salah satu idol grup ternama di negri ini. Bahkan saking suka nya, Shani rela membeli seluruh album nya hanya untuk Gracia.

"Thanks ya Shan" ucap Anin

"Ya Nin" jawab Shani

"Gue turun ya, duluan gre"

Gracia hanya diam, tanpa berniat menanggapi Anin. sejak tadi ia sibuk dengan fikiran nya sendiri.

"Tumben cici mau repot-repot jemput dia?" Tanya Gracia tanpa menoleh sedikit pun ke arah Shani.

"Iseng aja, biar ada temen di jalan"

"Sejak kapan cici jadi iseng?"

"Lagi pengen aja jemput dia"

"Sejak kapan cici punya keinginan kaya gitu?"

"Aku cemburu karena kamu di antar sama orang lain, jadi aku jemput Anin biar gak terjadi apa-apa dijalan "Jawab Shani dalam hati.

Pengecut!.

"Cici gak jawab pertanyaan aku?" Tanya Gracia dengan nada datar.

Shani hanya fokus mengemudi, tak satupun kalimat keluar dari mulutnya hingga mobil nya tiba di depan rumah Gracia.

Gracia menoleh ke arah Shani sambil melepas sabuk pengaman nya

"Aku gak suka kamu deket-deket sama dia"

Shani menghela nafas, menutup mata sejenak lalu menatap Gracia lembut

"Dia cuma temen aku Gee" jawab Shani

"Tapi dia suka sama kamu indira, dan aku yakin kalo dia pengen lebih dari sekedar temen. gak usah bukain pintu. Hati-hati dijalan"

Brugg!!

Shani menutup mata nya saat Gracia menutup pintu dengan kencang. Bukan suara bantingan pintu yang membuat hati Shani terguncang, tapi sikap Gracia yang selalu membuat Hati Shani bimbang.

"Kamu egois Gracia" lirih Shani.

__

Shani berbaring dengan gelisah di tempat tidur nya, sudah jam 12 malam tapi mata nya enggan terpejam.

Fikiran Shani fokus pada Gracia, ia tidak bisa tidur jika Gracia belum memaafkan nya, puluhan pesan Shani tak kunjung di respon, bahkan telp Shani puluhan kali di reject oleh Gracia. Terakhir nomor nya malah tidak aktif.

Harus nya, jika Gracia bisa marah dan melarang Shani, Shani juga bisa marah pada Gracia, dan bisa melarang Gracia pergi bersama Bobby. Tapi nyatanya Shani tidak bisa, ia tidak mau melukai hati Gracia. Shani tau jika Gracia pasti bahagia jika Bobby yang mengantar nya ke sekolah setiap hari.

"Arrggghhhhh"

Shani beranjak dari tidur nya, mengambil jaket serta kunci mobil nya.

Ia tak peduli jam berapa sekarang, yang ia pedulikan hanya maaf dari gadis ngambekan kesayangan nya itu.

"Adek!" Panggil Bobby saat ia melihat Shani hendak keluar dari rumah "mau kemana?" Tanya nya.

"Rumah Gracia" jawab Shani sambil melanjutkan langkah nya tanpa menunggu respon Bobby lagi.

Bobby hanya menggeleng pelan, dia tahu jika adiknya itu bisa menjaga diri nya sendiri. Namun yang jadi pertanyaan, ada apa dengan dirinya dan Gracia hingga ia rela malam-malam begini ke rumah Gracia.

Apa yang terjadi antara Shani dan Gracia ?

-

"Kamu kok belum tidur ?" Tanya Mama Gracia saat melihat Gracia masih terjaga.

"Gak ngantuk ma, mama tumben ke kamar jam segini? Biasa nya udah tidur" Tanya Gracia.

"Abis telpon cici Shanju, terus gak sengaja liat mobil cici Shani di depan. Kirain anak nya ada disini"

Gracia langsung beranjak dari tidur nya, ia segera melihat ke arah luar lewat jendela. Benar saja mobil Shani ada di luar.

Satu pertanyaan muncul di benak Gracia, Untuk apa Shani malam-malam begini di luar rumah Gracia?.

Dan kenapa tidak langsung masuk seperti biasa?

"Sejak kapan ma mobil cici disana?"

"Mana mama tau, emang gak telpon kamu?"

"Hp Gege dimatiin ma"

"Pantes aja, turun sana" titah sang mama "Liat Cici nya ada gak"

Gracia segera keluar dari kamar nya, berjalan tergesa menuju tempat di mana mobil Shani berada.

Gracia yakin kalo Shani tidak bisa tidur jika mereka belum baikan, karena Gracia juga seperti itu. Tapi gak harus datang tengah malam seperti ini juga.

Keras kepala!!

Gracia segera membuka pintu mobil lalu duduk dan menutup pintu.

"Ngap-

"Aku gak kuat di diemin kamu lama-lama, aku gak bisa kalo gak denger suara kamu, aku gak sanggup kalo gak tau kabar kamu. Aku akui aku marah karena Bobby antar kamu tadi ke sekolah, makanya aku jemput Anin biar aku gak ngelakuin hal yang aneh-aneh.

Gracia diam melihat Shani yang kini menunduk dihadapan nya. Hantaman kecil Gracia rasakan di hati nya.

"Aku cemburu Gee" lirih Shani

Gracia menarik Shani ke dalam pelukan nya, beberapa kali menggumamkan kata maaf di telinga Shani. Sungguh ia tidak menyangka bahwa ia akan menyakiti Shani lagi.

Sakit rasanya melihat Shani seperti ini. Namun Gracia bingung harus berbuat apa, Gracia bingung dengan apa yang dia rasakan. Ia sendiri tak suka Shani dekat dengan yang lain, tapi ia juga tidak bisa menolak ketika Bobby mendekati nya.

Ya Tuhan..

Lama Gracia mendekap erat Shani, menyalurkan kehangatan pada hati ke dua nya. Demi Tuhan Gracia rela melakukan apapun asal Shani bahagia.

Apapun itu.

"Apa aku harus pergi dari hidup cici biar cici gak selalu tersakiti?"

Shani menggeleng pelan.

"Itu sama saja bunuh diri, Gracia"



= Tbc =

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro