4
= Selamat membaca =
_________________________
|
-Matamu tidak bisa menyembunyikan Cinta,
Sekuat apapun Lisan menyangkalnya-
waktu tiba-tiba saja terasa berhenti, jantung berpacu lebih kuat dari yang semestinya, nafas tercekat sesaat, lisan membisu untuk beberapa waktu.
Dari sekian miliar pertanyaan kenapa harus pertanyaan ini yang Anin tanyakan? seceroboh itu kah Shani menyembunyikan perasaan nya selama ini?.
"Gak usah kaget gitu Shan, santai aja kenapa" ledek Anin membuat Shani mengerjap.
"Suka yang gimana maksud loe?" tanya Shani setelah kesadaran nya kembali menguasai diri.
Anin terkekeh pelan "muka nya gak usah pucet gitu kali shan, kulit loe udah putih. makin kaya mayat ntar" lagi Anin terkekeh.
"biasa saja" ucap Shani sambil berusaha untuk biasa saja.
"gue yakin loe paham sama apa yang gue tanyakan Shan, dari tatapan loe aja udah keliatan kalo loe suka sama dia lebih dari sahabat"
Shani diam mencerna, kalimat Anin mungkin ada benarnya. Tapi sejak kapan Anin suka memperhatikan tatapan Shani pada Gracia.
"Kalo iya kenapa? loe bakal jauhin gue?" tanya Shani membuat Anin memukul pelan bahu Shani sambil berkata "ngawur".
"kenapa?" tanya Shani heran
"Tanpa gue jauhin loe, loe itu udah punya batas sendiri Shan. dinding loe sudah tinggi, belom lagi pagar nya tuh si Gracia. itu sudah cukup bikin gue harus jaga jarak sama loe Shan" Ucap Anin sambil menatap dalam mata Shani "Loe gak izinin siapapun buat masuk ke kehidupan loe kecuali Gracia, loe gak ngasih siapapun kesempatan buat kenal loe lebih jauh Shan, bahkan gue jamin kalo bukan karena loe kenal gue dari SD, loe gak bakal mau duduk satu meja sama gue kaya gini. Loe terlalu menutup diri loe Shan, loe sulit buat di raih. dan gue yakin itu cuma karena satu orang. Gracia !"
-Satu nama pemilik hati, penguat jiwa, penumbuh rasa, sumber dari segala bahagia sekaligus luka, bernama Shania Gracia-
__
Jika kelas merupakan tempat dimana Anin bisa dengan bebas memperhatikan dan mencoba berinteraksi dengan Shani, maka kantin adalah tempat dimana Anin harus kembali melihat kedekatan Shani dengan Gracia.
Menyebalkan.
"Cici... nginep di rumah aku ya malam ini" pinta Gracia membuat Shani menoleh sekilas.
"baru kemarin Gee aku pulang, masa udah nginep lagi" ucap nya lalu kembali fokus pada makanan nya.
"ya ga papa ci.. temenin aku nonton ya ya ya" rengek Gracia sambil merangkul sebelah tangan Shani lalu menatap nya dengan tatapan memohon.
Jika sudah seperti ini, tak ada lagi yang bisa Shani katakan selain "iyaa gee iyaa" jawab Shani sambil mengacak sekilas poni Gracia "lama-lama aku ngontrak juga di samping rumah kamu" lanjutnya membuat Gracia tertawa.
"ngapain coba, udah sih tinggal di rumah aku saja. cici kan sendiri dirumah. ntar malah di temenin setan loh ci"
"Aku takut makin jatuh sama kamu Gracia" ucap Shani dalam hati
"Malah bengong" ledek Gracia
"Mm.. Gak ya ! setan sama kamu sereman kamu Gee haha" ledek Shani membuat Gracia mendengus.
"ish cici lisan nya lempeng banget kaya jalan tol ya"
"Biarin" jawab Shani singkat.
"Mm cici.." panggil Gracia dengan suara pelan membuat Shani langsung menoleh dengan raut heran.
"Kenapa mm?" Tanya Shani lembut
Gracia menarik dan menghembuskan nafas beberapa kali, entah kenapa tiba-tiba saja ia merasa bahwa ia merasa di awasi, apalagi saat ia tak sengaja melihat Anin beberapa kali memperhatikan gerak gerik Shani dan Gracia.
"Cici sama Anin sedekat apa?" Tanya nya membuat Shani menaikkan sebelah Alis nya.
"Tumben nanyain dia?" Jawab Shani heran.
"Ish ciciii, jawab ajaa"
Shani terkekeh pelan melihat Gracia yang kini cemberut manja di hadapan nya, sekilas ia melihat Anin yang sedang duduk tak jauh dari tempat nya, lalu kembali menatap Gracia.
"Dia itu temen aku dari SD, interaksi sama dia ya paling sebatas tugas aja sama nganterin pulang kapan hari"
Gracia menatap tak suka saat Shani mengatakan kalimat terakhir nya "ish!!"
Shani tersenyum tipis sambil menatap mata Gracia "kenapa mm?"
"Aku gasuka aja kalo dia suka liatin cici"
Shani mengerutkan kening nya "kan dia punya mata"
"Ish gak gituu" rengek nya.
Shani menggeleng pelan, lalu mengambil sebelah tangan Gracia, menggenggam nya di atas paha di bawah meja "Dia cuma temen aku, aku deket sama dia karena tugas-tugas aja. Terus kalo dia mau lihatin aku sampai mata nya copot pun, itu hak dia"
"Tapi aku ga suka siapapun deket-deket cici" Gracia menarik tangan yang di genggam Shani, menggeser tubuh nya lalu memeluk erat lengan Shani "aku ga mau perhatian cici di bagi-bagi".
Posesif !!.
"Gak ada yang bisa ngambil perhatian aku selain kamu gee" ucap Shani membuat Gracia mendongak sambil berkata "beneran?"
Shani mengangguk, membuat Gracia tersenyum senang.
"Sayang ciciii"
"Love you too Gracia" jawab Shani dalam hati.
__
Shani melipat kedua tangan nya di depan dada, kepala nya mendongak menatap langit diatas sana. Angin malam berhembus menerpa tubuh nya, menerbangkan beberapa helai rambut indah yang sengaja di urai nya.
Balkon kamar Gracia menjadi satu-satu nya tempat paling tepat, untuk Shani meluapkan semua hal yang ia rasakan.
Langit malam yang indah tak sama dengan hati Shani yang saat ini gundah, dada nya sesak, emosi nya memuncak, untuk kesekian kali ia harus menekan ego nya, membiarkan gadis kesayangan nya berbincang bersama seseorang disana.
Malam ini harus nya Shani menemani Gracia menonton drama kesukaan nya, di temani beberapa cemilan serta minuman kesukaan Gracia. Semua nya sudah Shani persiapkan, bahkan ia rela mengantri 1 jam lamanya untuk membeli minuman kesukaan gadis manja nya itu.
Namun tiba-tiba saja sosok yang tak ia harapkan kehadiran nya, datang ke rumah Gracia. Menghancurkan semua rencana Shani dan Gracia, sekaligus menghancurkan mood serta perasaan Shani.
Shani sangat tau alasan Bobby datang menemui Gracia, karena dibalik kalimat 'abang kesini mau anterin oleh-oleh yang kamu minta kapan hari'.
Tersembunyi makna lain. apalagi jika bukan untuk pdkt dengan Gracia. Dan sebagai tuan rumah yang baik, tentu saja Gracia menyambut nya dengan baik.
Shani tidak tau apa saja yang mereka bicarakan di ruang tamu, karena semenjak Bobby datang, Shani memilih menghabiskan waktu disini. Untung saja ada papa dan mama Gracia yang ikut berbincang, jika tidak, mungkin Shani harus menemani Gracia, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di duga.
Satu jam lamanya Shani duduk disini, mencerna semua hal yang terjadi.
Lagi Shani menyalahkan diri nya atas perasaan ini, kenapa harus pada Gracia? Kenapa tidak pada orang lain saja?.
Harus sampai kapan Shani menahan semua ini?
Namun Lagi-lagi Shani tidak menemukan jawaban apapun.
Getaran di hp Shani, membuyarkan lamunan nya, segera ia melihat siapa yang mengirim pesan padanya.
Anin
=> Langit nya indah, liat sana!!
Shani menaikkan sebelah alis nya, tumben sekali Anin mengirim pesan random selain tentang pelajaran.
Shani
=> Y
Shani menyimpan hp nya di samping, namun tak lama ia kembali mengambil nya, melihat balasan dari Anin.
Anin
=> semakin loe berusaha melupakan, maka loe akan semakin ingat.
Shani
=> Gajelas
Anin
=> Jangan diam di satu titik, coba keluar sebentar dari Zona nyaman loe. Dunia begitu luas dengan banyak cinta di setiap sudut nya. Bukan cuma dunia Gracia.
Shani diam tanpa berniat membalas pesan Anin.
Harus kah Shani mendengarkan saran Anin? Harus kah ia mencoba membuka hati untuk orang lain? Mencoba untuk tidak berpusat pada Gracia?
Tapi apakah Shani bisa?
Shani bangkit dari tempat duduk nya, berjalan ke arah pagar pembatas balkon, kedua tangan nya mencengkram erat besi pembatas sambil menatap langit luas.
Iyaa, mungkin Shani harus mencoba nya, Shani harus bisa melupakan perasaan nya. Anin benar, Shani harus lebih membuka diri, melihat luas nya dunia selain Gracia.
Shani akan mencoba nya, tapi bagaimana caranya??
"Cici kok disini?"
Tubuh Shani sejenak menegang, saat tiba-tiba saja Gracia memeluk nya dari belakang.
"ngagetin aja" ucap Shani
"Cici ngelamun yaa?" Tanya Gracia yang masih betah memeluk erat Shani.
"Enggak, cuma kaget kamu tiba-tiba dateng"
Gracia menggeser tubuh nya ke depan Shani, menatap Shani dengan lekat "cici mikirin apa?" Tanya nya sambil mengelus pipi Shani dengan ibu jari.
Shani memejamkan mata nya, merasakan hangatnya jemari Gracia yang mengelus pipi nya.
Ya Tuhan...Bagaimana ia bisa melupakan perasaan nya, jika hanya dengan satu sentuhan saja jantung nya langsung bergemuruh tak karuan.
"Gak mikirin apa-apa gee" jawab Shani singkat "Bobby udah balik?" Tanya Shani sambil mengambil tangan Gracia dari pipi nya.
Bukan nya menjawab, Gracia malah menubrukkan tubuh nya ke pelukan Shani, mendekap erat pinggang ramping Shani.
"Iyaa udah pulang, maafin aku ya cici"
Shani memejamkan mata nya, ia paham arti kata maaf dari Gracia barusan, karena bagaimana pun Gracia tau bahwa hati Shani tidak baik-baik saja saat ini.
Shani membalas pelukan Gracia tak kalah erat "Kamu gak harus minta maaf untuk apapun gee".
Gracia menggeleng "tapi aku udah nyakitin cici"
Shani mengelus kepala Gracia dengan lembut, penuh rasa sayang "rasa sakit itu aku yang ciptain sendiri, bukan salah kamu"
"Tapi ci-....
"Sssttttt... udah diem" ucap Shani lalu mengecup puncak kepala Gracia beberapa kali, membuat Gracia memejamkan matanya, merasakan kehangatan yang menjalar di tubuh nya.
Satu hal yang sekarang berputar di kepala Gracia...
Kenapa Jantung nya dan jantung Shani berdetak kencang, seolah saling bersautan??
= Tbc =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro