18
= Selamat Membaca =
_______________________
Setiap malam ku kosongkan hatiku,
Tapi saat pagi kembali penuh.
Tetesan pelan dirimu menyusup masuk sepanjang malam,
Membelai lembut saat fajar.
Aku dipenuhi luapan fikiran tentang kita dan kenikmatan menyakitkan,
Yang membuatku tak mampu menghela nafas.
Cinta yang ku punya tak berkurang kadar nya,
Bayangmu tak pernah berhenti menghantui di setiap harinya.
Deretan panjang hari tanpa dirimu,
Semakin hari semakin terbentur lembut oleh kerinduan yang menyiksaku.
Hingga Waktu yang tersisa kuhabiskan untuk mencari jejak dan nafas yang kau tinggalkan.
Beserta keheningan yang menyerap habis duniaku.
Pada semesta dan seluruh isinya, gadis ini meminta, matikan semua rasa yang ia punya, kecuali pada kekasih tercinta, yang kini tak bisa ia peluk raga nya, tak bisa ia sentuh wajahnya, tak bisa ia kecup kening nya, bahkan tak bisa ia nikmati senyum manis nya.
Pada semesta yang terbentang luas, gadis ini memelas, meminta sedikit belas kasih untuk kisah cinta nya.
Sedikit terang dalam gelap, sedikit manis dalam pahit, sedikit hangat dalam dingin, sedikit saja..
Tak apa.
__
Seorang gadis cantik tengah berdiri di balkon kamar nya, kedua tangan nya memegang erat besi pembatas yang terasa dingin, kepala nya mendongak menatap langit luas, angan nya berkelana tanpa batas.
Lama, hingga ia tersesat dalam lamunan, mengantarkannya pada saat terakhir, saat ia melepas genggaman kekasih tercintanya.
Masih segar di ingatan, tiga bulan yang terlewatkan.
Flashback On
Genggaman pada tangan Gracia, Shani eratkan. Berusaha menguatkan Namun seperti nya tak cukup membuat Hati Gracia kuat saat mendengar kalimat lanjutan yang Harlan lontarkan.
"Satu langkah lagi kamu maju, maka kamu bukan bagian dari keluarga Harlan lagi!"
Tangan lembut milik gadis bernama Shania Gracia itu, masih Shani genggam sangat kuat, hingga Shani yakin bahwa ia bisa menarik Gracia dalam dekap erat.
Nyata nya tidak.
Pilihan itu terlalu menyakitkan, pilihan itu membuat Shani dan Gracia bungkam tanpa perlawanan, pilihan itu hampir membunuh akal sehat Shani, yang ingin rasanya menarik Gracia secepatnya dalam pelukan.
Namun, Rasanya tak adil jika Shani yang memutuskan.
Pilihan ada di tangan kekasih nya yang sejak tadi diam tanpa kata.
Maju, memilih cinta nya pada Shani.
Atau mundur memilih keluarga nya sendiri.
Mereka berkata Shani egois, tak tau diri, atau bahkan kurang ajar karena berani menarik Gracia ke dalam kehidupan yang tak mungkin, membawa Gracia dalam masa depan yang di mustahilkan. Dan membuat Gracia terjerumus bersama kehidupan yang menyakitkan.
Mereka tidak mengerti, bagaimana Shani memprioritaskan kebahagiaan Gracia di atas segalanya.
Memperjuangkan cinta mereka dengan sekuat tenaga, walaupun keluarga bahkan semesta menentangnya.
Shani masih diam di sana, berdiri tegap menantang deras nya hujan saat semesta ikut andil dalam kisah mereka pagi ini. Bahu Shani masih kuat menjadi sandaran untuk Gracia, dekapan Shani masih sangat siap untuk memeluk Gracia. Bahkan tubuh Shani sudah sangat siaga menjaga Gracia, jika saja Gracia memilih melangkah maju, dan pergi bersama Shani, saat itu.
Shani menyerahkan semua pilihan itu hanya kepada Gracia. Shani siap, sangat siap jika Gracia bergerak satu langkah saja, maka Shani akan membawa Gracia bersama Shani.
Namun Gracia masih belum beranjak sama sekali dari tempat nya. Tak peduli dengan tubuh mereka yang basah kuyup, karena hujan yang melanda.
Menyedihkan sekali, ketika tak ada dari sekitarnya yang menyuruh Gracia dan Shani untuk berlindung, tak ada satupun dari mereka yang menyodorkan payung, atau setidak nya tak usah Shani, cukup Gracia yang mereka lindungi. Namun mereka hanya diam, seolah Gracia dan Shani hanya tontonan yang cukup menarik di mata mereka.
Bobby berlari menuju tempat berlindung, memilih melindungi diri nya sendiri tanpa peduli gadis yang ia cintai, bahkan adik kandung nya sendiri basah karena air hujan yang dingin nya menusuk hingga sendi.
Sang mama ikut membeku, setelah langkah nya untuk berlari melindungi Gracia, di tahan oleh Anak sulung nya. Ia kemudian diam seolah dingin nya hujan merasuk ke seluruh jiwa nya, membekukan tubuh dan juga fikiran nya. Hanya tatapan sedih, takut, dan bingung yang ia tunjukkan ketika menatap Gracia.
Shania Junianata, tak ada bedanya. Hanya berdiri menunggu jawaban, atas pilihan yang papa nya lontarkan. Tanpa peduli pada Gracia yang sedang bingung setengah mati.
Jangan tanyakan sikap Harlan bagaimana, Laki-laki paruh baya itu masih menatap dengan tajam, melipat kedua tangan nya di depan dada sambil menunggu dengan angkuh jawaban dari putri bungsu nya.
Shani tau Gracia tidak bisa memilih.
Shani tau bagaimana Gracia mencintai keluarga nya, dengan sangat. Shani tau bagaimana Gracia sangat mencintai sang mama, sangat menyayangi sang kakak, dan sangat menghormati sang papa.
Lalu apakah benar yang mereka katakan bahwa Shani hanyalah penghancur keluarga mereka?
Apakah Shani penyebab retak nya hubungan sang papa dan Gracia ?
Apakah Shani tega menghancurkan keluarga seseorang yang Shani sangat cintai dan sayangi dengan sepenuh hati?
Itu mustahil!
Shani akan melakukan apapun demi Gracia, demi kebahagiaan Gracia. Sekalipun Gracia meminta Shani pergi saat ini demi kebahagiaan nya, maka akan Shani lakukan.
Semua hanya tentang Shania Gracia.
Shani masih diam di tempat nya, belum sempat merubah posisi. Sejak tadi masih memunggungi tubuh Gracia dengan genggaman tangan yang masih Shani eratkan.
Indra pendengaran Shani mendadak sakit saat mendengar isak tangis Gracia. Yang semakin lama, semakin terdengar jelas. Hingga hati Shani ikut terluka saat mendengar tangis pilu kekasih nya itu.
Shani ingin segera menarik Gracia dalam dekap erat, dalam peluk hangat, menyambut Gracia dengan cinta yang amat sangat.
Namun lagi-lagi, pilihan ada di tangan Gracia.
Semesta yang indah di pandang mata tak lagi ada, hanya awan kelabu semakin hitam mengguyur cinta Shani dan Gracia. Entah untuk menyiram cinta mereka dan membuatnya tumbuh semakin subur Atau sebalik nya.. memadamkan api cinta mereka yang semakin menggelora, hingga padam tak tersisa.
Tangis Gracia semakin menjadi, semakin sesak dan sakit saat Gracia masih tidak punya keputusan yang akan ia ambil. Gracia masih diam membisu, menangis pilu, membuat Shani mulai meragu.
Kenyataan menampar keras, hingga akal sehat Shani mulai tak waras.
Apakah Shani yang harus nya sadar diri? Apakah Shani yang seharus nya pergi dari sini?
Ya Tuhan... Shani harus apa?
Shani mendongak menatap semesta, menantang hujan yang semakin deras mengguyur raga.
Kedua mata nya tertutup, seiring dilonggarkan nya genggaman tangan Shani pada tangan Gracia, agar Gracia tidak sesak dalam mengambil keputusan.
Kembali membuka mata, seraya meminta pada pemilik semesta, meng-Aminkan semua doa, yang Shani sebut setiap malam nya.
Katakanlah..
Atau
Bergeraklah..
Maju atau mundur?
Itu terserah.
Demi tuhan Shani mencintai Gracia dengan sangat, tapi Shani tidak akan tega dan tak akan membiarkan Gracia kehilangan keluarga nya.
Tidak, cinta Shani tidak seperti itu.
Shania Gracia.
Gadis cantik pemilik seluruh jiwa dan Raga, Shani mencintai Gracia, dan itu Benar, dengan sangat.
Shani tidak akan membiarkan Gracia menyesal seumur hidup nya, Shani tidak akan membiarkan Gracia menjadi pendosa, Shani tidak akan tega membuat Gracia menyandang gelar anak durhaka.
Biarlah Shani yang kalah, biarlah Shani yang mengalah. Biarkan semua seperti seharus nya, pada jalan nya.
Rasanya memang menyakitkan, sungguh. Rasanya tidak adil, memang. Tapi apa yang harus Shani lakukan lagi?
Ia tau jika Gracia sedang dilema setengah mati, dan Shani tidak akan memaksa Gracia untuk memilih Shani di saat kondisi Gracia yang dilema, di saat ia harus memilih dua hal yang amat sangat berharga dalam hidup nya.
Shani tau Gracia sangat mencintai Shani, tapi begitu juga keluarga nya.
Shani kembali menutup mata, Yakin dengan apa yang dipilih nya.
Biarlah kisah ini berakhir, namun tidak dengan cinta Shani pada Gracia.
Shani kembali membuka mata, menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya, dengan sekali gerakan ia melepas genggaman nya pada tangan Gracia.
Ia Biarkan tangan mungil itu terhempas jatuh, ia biarkan tangan itu kosong tanpa genggaman. Biarkan tangan itu dingin, tanpa kehangatan.
Air mata Gracia pecah seketika, tak menyangka jika Shani akan pergi meninggalkan nya, kepala nya menggeleng lemah saat kaki jenjang Shani mulai melangkah.
Gadis berpostur tinggi itu tak menoleh sama sekali, bibir nya tidak berucap sama sekali. Gadis itu tetap berjalan menerjang hujan, menjauh dari jangkauan Gracia yang kini sepi tanpa siapapun disisi.
Punggung kekasih nya itu semakin menjauh, meninggalkan Gracia yang kini semakin rapuh.
Shani Indira pemilik segenap jiwa, mulai hilang dari pandangan saat mobil yang di tumpangi nya perlahan keluar dari halaman, meninggalkan Gracia sendirian, membawa semua rasa yang Gracia punya, meninggalkan semua kenangan yang akan Gracia ingat seumur hidup nya.
Shani indira kini benar-benar hilang dari pandangan, seiring luruh nya tubuh Gracia ke atas tanah. Shani indira pergi meninggalkan Shania Gracia, bahkan tanpa ucapan Selamat Tinggal.
Flasback off
Kesadaran Shani kembali, tak sadar air mata nya sudah mengalir sejak tadi, semakin sering ia mengusap nya, semakin deras aliran nya.
Terkekeh pelan sambil mendongak menantang semesta, menertawakan kisah nya yang kandas tanpa perlawanan.
Tak apa, cinta Shani masih tetap sama, tidak berkurang kadar nya. Tidak berubah rasanya, tidak berpaling dari pemilik nya.
Entah sampai kapan Shani bisa melewati hari tanpa Gracia, karena baru beberapa bulan saja Shani sudah hampir mati menahan rindu yang semakin memeluk erat.
Entah sampai kapan Shani bisa menerima kenyataan, bahwa kisah cinta nya telah hancur karena pilihan yang hingga detik ini tak Shani ketahui jawaban nya.
"Geee..... Sakit sekali rasanya hidup tanpa mu"
= Pada semesta yang indah
Ku titipkan Cinta yang patah =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro