Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17


= Selamat Membaca =

_____________________________



Shanju mengedarkan pandangan nya, beberapa kali ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan sang mama.

"Maa..."

Sang mama yang sedang duduk, langsung menoleh "ya Ci, kenapa?" Tanya nya heran.

Shanju langsung mengambil tempat di samping sang mama "Kasih tau cici apa yang terjadi sama keluarga kita, terutama papa, Gracia dan Shani"

Sang mama diam sejenak, mencerna pertanyaan putri sulung nya ini. Cepat atau lambat anak nya ini pasti akan mengetahui apa yang terjadi dengan keluarga mereka.

"apa yang cici lihat?" Tanya sang mama.

"Aku lihat papa marah-marah sama Shani, bahkan ngebentak Gege. Dan Cici tau kalo papa gak pernah kaya gitu. Apa yang terjadi sebenarnya ma?" Tanya  Shanju sambil menatap penuh harap.

Sang mama menarik nafas sejenak lalu bercerita "Cici inget pas mama bilang Gege sempet sakit dan di rawat cukup lama"?

Shanju mengangguk, dengan seksama ia menyimak ucapan sang mama.

"Waktu itu.....

Sang mama menjelaskan semua yang terjadi tanpa ada yang di tutupi. Sesekali sang mama melihat Ekspresi Shanju yang berubah-ubah saat mendengar cerita sang mama.

Shanju menghembuskan nafas kasar nya, sungguh ia bingung harus ada di pihak mana saat ini.

"Makasih ma udah ceritain semua sama cici, cici mau nemuin Gege dulu ya"

Sang mama hanya mengangguk.

__

Shanju berjalan tergesa menuju ke kamar Gracia, ia mengetuk pintu tiga kali sebelum membuka pintu kamar adik bungsu nya itu.

"Gege"  panggil Shanju membuat Gracia menoleh "cici masuk ya" izin nya.

Gracia mengangguk lalu merubah posisi menjadi duduk.

"Kenapa Ci?" Tanya Gracia.

Shanju tersenyum lalu duduk di hadapan Gracia "Cici abis ngobrol sama mama"

Gracia menegang sejenak, ia yakin Cici nya ini bertanya banyak hal pada mama nya. 

"Cici cuma mau nanya, Sejauh apa perasaan kamu sama Shani?"

Gracia menutup kedua mata nya saat merasakan ada nya rasa tidak suka di kalimat  yang kakak nya tanya kan barusan.

Namun apapun yang terjadi, dan kemana pun kakak nya berpihak, Gracia tidak akan mundur, ia akan memperjuangkan Shani karena Shani juga akan bersikap demikian.  Tak ada lagi yang perlu di sembunyikan, toh hubungan nya dengan sang papa juga sudah tidak baik-baik saja. Jika pun Shanju akan menentang, sekalian saja, fikirnya. 

Gracia Menarik nafas dalam, lalu membuka mata  "Aku mencintai Shani, dengan sangat Ci" jawab Gracia yakin.

Shanju sempat menegang sejenak, cukup kaget saat mendengar kalimat Gracia barusan. Kalimat penuh keyakinan yang cukup membuat Shanju harus memutar otak nya, berfikir apa yang harus ia lakukan kedepan nya.

"Sekalipun kamu harus melawan papa?" tanya Shanju penuh tuntutan.

Gracia mengangguk "Apa salah kalo aku memilih kebahagiaan aku sendiri ci?"

Shanju membuang pandangan nya ke arah lain sambil menggeleng pelan. Entahlah Shanju tidak mengerti dengan jalan fikiran adik nya ini.

"Kamu memilih mempertahan kan pilihan kamu dan melukai perasaan keluarga mu?"

Kalimat Shanju barusan cukup menghantam Gracia dengan kuat.

"Kalian gak ngerti" ucap Gracia frustasi "Aku bahagia dengan Shani, aku bahagia mencintai dan dicintai oleh Shani. Apa itu salah ci?" Lirih Gracia diakhir kalimat nya.

Shanju menghembuskan nafas kasar nya, adik nya ini memang keras kepala sama seperti papa nya.

"Gak ada yang salah dengan cinta kalian Gre. Yang salah itu ego kalian"

Shanju berdiri sekali gerakan, berjalan keluar dan meninggalkan Gracia yang kini menunduk menahan air mata nya.

__

Sarapan pagi di keluarga Harlan pagi ini terasa sangat tidak nyaman.

Tak ada satu pun yang berinteraksi, mengobrol atau bahkan mengucapkan selamat pagi. Hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring, menjadi satu-satu nya irama yang cukup nyaring.

Muak dengan situasi yang tidak menyenangkan ini, akhirnya Gracia menyimpan sendok dan garpu nya, menyudahi kegiatan sarapan nya.

"Gege kenyang, duluan semua" ucap Gracia memecah kesunyian. Dengan sekali gerakan ia berdiri, mengundang tatapan tidak suka dari Harlan.

"Kamu berangkat sama Boby, dia nunggu di depan" perintah Harlan dengan tegas, membuat Gracia menatap tak suka.

"Aku hanya akan pergi dan pulang dengan ci Shani"

Shanju dan sang mama kompak menghentikan sarapan mereka.

"Gege hati-hati berangkat nya ya" ucap Sang mama membuat Gracia mengangguk seraya berkata "makasih ma"

Gracia berjalan tergesa meninggalkan meja makan, disusul Harlan yang ikut meninggalkan, lalu menyusul Gracia.

Shanju dan sang mama saling pandang untuk beberapa saat, sebelum kedua nya juga beranjak menyusul Harlan dan Gracia.

"Cici !!" Teriak Gracia dengan senyum yang mengembang sempurna saat kedua mata indahnya melihat Shani sedang bersandar di depan mobil mewah milik nya. Sekilas mata nya menoleh ke arah kiri, dimana Bobby juga sedang bersandar di depan mobil yang tak kalah mewah dari milik Shani.

Entah sejak kapan kakak-beradik dari keluarga Natio itu ada di sana, dan entah apa yang terjadi dengan mereka sehingga tatapan kedua nya sangat sulit di artikan.

"Gre!" Panggil Bobby membuat langkah Gracia berhenti satu meter di hadapan Shani yang juga berhenti saat akan mendekat ke arah Gracia "abang dateng duluan loh, ayo abang antar ke sekolah. Kata papa kamu harus sama abang berangkat nya"

Senyuman khas Bobby Natio tercetak jelas di akhir kalimat, tak lupa sikap penuh percaya diri yang ia tampilkan membuat Gracia menaikkan sebelah alis nya.

"Gak bang makasih, aku sama cici aja"

Senyuman itu luntur, berganti dengan senyuman Shani Indira yang awalnya mengembang kini semakin sempurna. Dengan yakin, Shani melanjutkan langkah nya sambil mengulurkan sebelah tangan yang dengan senang hati di sambut oleh Gracia.

"Pagi sayang" Bisik Shani sambil menatap Gracia "udah sarapan?" Lanjut nya sambil mengusap lembut pipi Chubby kekasih nya itu.

Gracia mengangguk semangat "udah sayang" Balas nya berbisik.

Bobby mengepal tangan nya erat saat melihat adegan di hadapan nya, Rahang nya ikut mengeras saat kedua mata nya melihat Gracia mengecup sekilas pipi Shani, cukup membuat rasa cemburu nya semakin tak terkendali.

"Shania Gracia!!"

Kompak Shani, Gracia dan Bobby menoleh ke sumber suara.

Tak jauh dari tempat ketiga nya berpijak, Harlan sedang melipat kedua tangan nya di depan dada, sambil menatap penuh emosi.

"Papa bilang berangkat sama Bobby! Jangan membantah!!"

Kalimat perintah bernada bentakan kembali menerpa indra pendengaran Gracia sekaligus menghantam relung hati nya yang semakin hari semakin terluka.

Shani mengeratkan genggaman tangan nya pada tangan Gracia, berusaha menguatkan gadis kesayangan nya ini.

Shanju dan sang mama berdiri di samping Harlan, kompak menatap pada Bobby, Shani dan Gracia secara bergantian.

"Gege mau nya sama Ci Shani, kita ini satu sekolah. Apa salah nya sih pah?" 

Harlan mendengus "Kalo papa bilang sama Bobby, ya sama Bobby. keras kepala ya kamu!!"

Gracia terkekeh mendengar kalimat Papa nya barusan, kekehan yang sukses membuat Harlan semakin murka. Sekilas Gracia menatap pada mama dan kakak nya yang hanya diam menyaksikan papa nya membentak Gracia.

Hal itu semakin membuat Gracia yakin, bahwa Sang mama dan kakak kandung nya itu berada di pihak sang papa. Tapi tak apa, selama ada Shani di samping nya, Gracia akan baik-baik saja.

Gracia yakin itu.

"Papa tau kan kalo aku itu anak kandung papa?" Tanya Gracia membuat Harlan menatap dengan tatapan tanya "keras kepala aku, pasti sama dengan keras kepala papa, dan seperti nya hampir semua sikap dan sifat aku, aku dapat dari papa bukan?"

Gracia menarik nafas dalam, mencoba menahan rasa sesak sebelum kembali menghembuskan nya "Kenapa masalah berangkat sekolah saja harus serumit ini pah? Padahal dari dulu aku kemana-mana sama Ci Shani, papa gak ada masalah"

"ITU DULU GRACIA!!!"

Harlan sepertinya lupa bagaimana cara bicara dengan tenang pada putri bungsu nya, hingga lagi-lagi ia membentak Gracia.

"Pah! Jangan bentak-bentak-

"DIAM KAMU MAH!!"

Harlan kembali menatap tajam Gracia "masalah ini gak akan ada kalo gadis itu tidak meracuni fikiran kamu dan membuat kamu berani melawan papa Gracia!"

"Meracuni apa maksud papa?"

"Kamu tau maksud papa Gre!"

Shani menutup kedua mata nya sejenak, sebelum mengambil sikap.

"Kalo om mau menyalahkan saya, silahkan Om. Tapi tolong jangan salahkan Gracia"

"Masih berani kamu ngomong dengan saya hah?! Gara-gara kamu semua ini terjadi. Gara-gara kamu-

" PAPA STOP!!" teriak Gracia dengan nafas yang memburu "berhenti nyalahin Shani, karena Shani gak salah"

"Lalu siapa yang salah Hah?" Tanya Harlan penuh tuntutan "apa semua ini salah papa? Salah papa kalo papa ingin yang terbaik untuk putri nya? Salah papa kalo papa minta kamu jauhin Shani? Salah papa hah?!"

Bahu laki-laki paruh baya itu mulai naik turun, emosi nya semakin menjadi saat ini seolah yang dihadapan nya ini bukan lagi putri bungsu kesayangan nya.

"Om, sudah om. Biar Bobby yang bujuk Gre ya" Ucap Bobby berusaha setenang mungkin, mencoba mengambil alih keadaan yang mulai terasa mencekam "Biar Bobby nanti yang bilang sama Shani"

"Apa yang mau abang bicarakan?" Tanya Shani dengan tatapan tajam "silahkan bicarakan sekarang"

Bobby menarik nafas dalam sebelum berkata "baik, abang ngomong" Ucap Bobby "tolong biarin Gre berangkat sama abang  dan tolong kamu jaga jarak dulu sama Gracia ya"

"Aku gak mau bang!"

Gracia menyela tak terima, siapa Bobby berani mengatur Gracia dan Shani?

"Gre..." Bujuk Bobby

"Sekali enggak ya enggak bang!"

"Ini kenapa sih berangkat sekolah aja jadi masalah hah?" Sela Shanju yang sudah muak mendengar perdebatan di hadapan nya. "Apa susah nya sih kalian tinggal berangkat satu mobil bertiga aja"

"Loe gak ngerti Nju" Ucap Bobby membuat Shanju menatap sinis.

"Iyaa Bob, gue gak ngerti!" Ucap Shanju "gue gak ngerti kenapa kalian berdua ngancurin keluarga gue!!"  teriak Shanju Frustasi.

Shani, Bobby dan Gracia kompak terkejut dengan kalimat Shanju.

"Gue gak nyangka kalo loe bisa seegois ini Bob" Shanju menatap dalam mata Bobby lalu menggeleng pelan sebelum menatap Shani "Gue juga gak nyangka kalo loe yang gue percaya buat jagain adek gue, malah bikin hubungan adek gue sama papa seburuk ini Shan!"

Hantaman nyata terasa di hati Shani dan juga Bobby, kedua nya kompak diam mencerna kalimat Shanju.

"Kalian sama aja tau gak! Mau kalian apa hah? Ngancurin keluarga gue? Salah apa keluarga gue sama kalian?"

"Cici cukup!" Ucap Gracia "Cici jangan nyalahin Shani, karena dia gak salah. Kalian gak ngerti sama perasaan aku dan Shani, apa salah kalo kami memilih kebahagiaan kami sendiri ci?" Lirih Gracia di akhir kalimat.

"Jelas salah Shania Gracia" Sela Harlan "pilihan kamu itu salah, dan sampai kapanpun akan tetap salah jika kamu memilih gadis itu"

"Berhenti jelekin Shani pah!!"

"Geee...." Shani menatap dalam mata Gracia "jangan bentak papa, gimana pun dia papa kamu"

"Tapi Shan..

"Biar aku yang ngomong sama papa" ucap Shani lalu menatap Harlan.

"Om, Shani minta maaf karena telah menyebabkan kekacauan ini. Tapi jujur Shani gak pernah berniat membuat masalah seperti ini"

Tatapan penuh keyakinan kini Shani layangkan, walaupun di balas tatapan tajam oleh Harlan.

"Sekali lagi tolong jangan jauhin Shani sama Gracia, Shani juga minta izin untuk menjaga Gracia dengan segenap jiwa dan raga Shani, Shani janji akan membahagiakan Gracia. Shani juga janji kalo Shani gak kan menyakiti Gracia"

"Saya tidak butuh janji kamu!" Bentak Harlan "Saya hanya mau kamu jauhi anak saya, dan jangan pernah muncul lagi di hadapan saya. Saya tidak mau anak saya seperti kamu!!"

Gracia menggeleng, tak menyangka bahwa sang papa akan berkata demikian.

Setetes air mata jatuh di pipi Gracia, disusul tetesan lain yang kini semakin deras membasahi pipi Gracia.

"Gre capee pah, papa nyata nya gak pernah ngerti hikss" Ucap Gracia lalu menunduk, mengusap kasar air mata nya lalu kembali berkata "Gege mending pamit aja pah"

Gracia berbalik, di susul Shani yang ikut berbalik dengan tangan yang masih bergandengan dengan Gracia.

Tangis Gracia tak lagi Harlan hiraukan, sebanyak apapun tangisan putri nya itu silahkan saja. Harlan hanya ingin yang terbaik untuk putri nya, untuk masa depan nya. Dan apapun resiko nya, akan Harlan tanggung nanti  nya..

"SHANIA GRACIA HARLAN!!"

Shani dan Gracia kompak mengurungkan niat mereka untuk melangkah saat mendengar kalimat keras dan penuh ketegasan dari mulut Harlan barusan.

Hati kedua nya tersentak, seluruh tubuh mereka lemas hingga rasa nya kedua kaki mereka tak mampu lagi berpijak.

Genggaman pada tangan Gracia, Shani eratkan. Berusaha menguatkan Namun seperti nya tak cukup membuat Hati Gracia kuat saat mendengar kalimat lanjutan yang Harlan lontarkan.

"Satu langkah lagi kamu maju, maka kamu bukan bagian dari keluarga Harlan lagi!"

= Tbc =

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro