Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16



= Selamat membaca =

_________________________








"Lepasin Nin" Ucap Shani dengan nada datar membuat Anin langsung melepas pelukan nya.

"Loe baik-baik aja kan Shan? Lama banget kita gak ketemu. Gue kawatir banget sama loe" ucap Anin sambil meneliti, memastikan bahwa Shani baik-baik saja.

"Gue baik, tapi pacar gue marah" ucap Shani singkat, namun sukses membuat nafas Anin tercekat.

"Thanks udah kawatirin gue" ucap Shani di akhiri dengan senyum tipis, sekilas ia mengusap kepala Anin lalu berbalik, berjalan meninggalkan Anin yang kini berusaha menahan sesak yang luar biasa.

Anin tidak salah dengar kan? Pacar kata nya? Apa Anin sudah terlambat untuk memperjuangkan Shani? Apa tidak ada kesempatan untuk Anin, bahkan sedikit saja?

Sementara itu, Shani mempercepat langkah nya menuju kelas Gracia, mata nya mengedar ke segala penjuru kelas, berusaha mencari keberadaan kekasih nya itu.

"Kak Shani nyari Gracia?" Ucap salah satu siswi yang sudah hafal sekali, bahwa di mana ada Gracia disitu pasti ada Shani "barusan ke kamar mandi" lanjutnya membuat Shani mengangguk sambil berkata "makasih".

Dengan tergesa Shani menuju kamar mandi, menarik nafas lega saat melihat Gracia sedang menatap pantulan diri nya sendiri di cermin.

"Udah peluk-peluk nya?" Sindir Gracia saat ekor mata nya melirik pada Shani yang kini berdiri tak jauh dari tempat ia berpijak "seneng??" Lanjutnya membuat Shani mengulum senyum nya.

Dasar Cemburu tapi gengsi.

Shani mendekat, lalu menarik tangan Gracia untuk masuk ke salah satu bilik kamar mandi. Tak lupa mengunci nya agar Gracia tidak kabur.

"Mau apa sih?" Kesal Gracia

Shani tak menjawab apapun, ia hanya menarik Gracia ke dalam pelukan nya, lalu berkata..

"Tak ada pelukan yang paling menghangatkan, kecuali peluk mu. Tak ada pelukan yang paling menyenangkan, selain pelukan mu. Dan tak ada pelukan yang aku inginkan, selain pelukmu. Cuma kamu"

Hening sesaat, sebelum suara ringisan Shani memecah suasana.

"Awshhh sayang sakiit" ringis nya semakin menjadi saat Gracia mencubit pinggang Shani, sekuat tenaga Shani menahan teriakan nya agar tidak terdengar keras sampai keluar.

"Siapa suruh di peluk diem aja hah!" Omel Gracia "malah keenakan kamu tuh yaa" lanjutnya sambil kembali mencubit pinggang Shani bertubi-tubi.

"Aduh yank, sakiit. Iyaa lain kali gak diem" ucap Shani sambil menahan kedua tangan Gracia "yang aduh, awsshh sakiit" Lanjutnya membuat gerakan tangan Gracia berhenti.

"Maaf" ucap Shani sambil menatap dalam mata Gracia "aku gak maksud diem aja, cuma mau liat reaksi kamu. Bakal langsung marah atau kabur, ternyata kabur" Ucap Shani membuat Gracia mendengus.

"Kamu berharap aku marah-marah di sekolah, jambak-jambak sama cakar-cakar dia terus aku masuk ruang BK gitu?" Ucap Gracia membuat Shani berkata..

"Ya gak gitu juga sayang" lalu menunduk membuat Gracia menghembuskan nafas kasar nya, lalu melepas kan genggaman tangan Shani.

"Sakiit banget ya?" Tanya Gracia sambil mengusap pipi Shani membuat Shani mengangguk.

"Tapi yang sakit pinggang, kok yang di elus pipi?" Tanya Shani membuat Gracia melotot.

"Protes aja kamu tuh" Ucap Gracia, namun sedetik kemudian ia menyesali perbuatan nya tadi "Maaf ya.. abis kamu ngeselin banget" ucap Gracia "sini aku lihat pinggang nya" ucap Gracia membuat Shani menggeleng.

"Gak usah gapapa, yang penting aku nya di maafin dulu" ucap Shani membuat Gracia mengangguk. Lalu mengecup pipi kiri Shani.

"Iyaa sayang aku maafin" ucap Gracia membuat Shani tersenyum seraya berkata "makasih sayang"

"Yaudah ayo ke kelas, udah telat kita" ajak Gracia membuat Shani tersenyum tengil.

"Gak mau ngapain dulu gitu yank?" Goda Shani membuat Gracia menatap nya tajam.

"Mau mu!"

___

Senja indah di pandang mata, mengukir senyum tipis di wajah gadis yang sedang mendongak menatap angkasa.

Hembusan angin lembut menerpa tubuh nya, yang masih di balut seragam SMA.

Shania Gracia tersenyum sambil memperhatikan Shani yang sedang membeli jajanan, tak jauh dari tempat nya duduk sekarang.

Pulang sekolah, kekasih nya itu mengajak Gracia ke taman untuk jalan-jalan. Sebagai permintaan maaf atas kejadian tadi pagi. Gracia tentu meng-iyakan ajakan tersebut dengan semangat.

"Nih sayang" ucap Shani sambil menyodorkan sebuah jajanan yang di bungkus plastik bening.

"Kamu jajan apa ci?" Tanya Gracia sambil meraih jajanan yang di sodorkan oleh Shani.

"Kue putu" jawab Shani singkat lalu menyimpan sebotol air mineral di antara dirinya dan Gracia.

"Kirain mau sempol juga"

Shani menggeleng, lalu membuka bungkusan jajanan nya "kue putu lebih menggoda, dibanding apapun yang ada disana" jawab nya membuat Gracia terkekeh.

"Lebay banget sih ci"

"Beneran Gee.." ucap Shani "enak banget ini" Lanjutnya membuat Gracia terkekeh.

"Aku pengen deh makan sate Taichan ci" ucap Gracia lalu menggigit sempol dan mengunyah nya.

"Boleh, nanti kalo libur ya. Udah lama kan kita gak ke tempat sate Taichan"

Gracia mengangguk antusias "mau mau" jawab nya semangat.

Gracia kembali menikmati makanan nya, lalu menoleh kepada Shani saat sesuatu hal terlintas di fikiran nya.

"Eh cici nanti ketemu sama ci Shanju dulu kan?" Tanya Gracia "kayanya udah sampe deh ke rumah"

Shani membuka tutup botol nya, lalu menyodorkan nya pada Gracia "iya Gee, udah lama kan gak ketemu"

"Iyaa lah 4 tahun ada kayanya ya"

Shani meraih botol minum dari tangan Gracia, meneguk nya dua kali lalu kembali menyimpan nya. "Iyaa semenjak kuliah kan?"

"Iyaa" jawab Gracia, lalu menatap Shani dengan intens "cici nanti mau kuliah dimana?" Tanya Gracia membuat Shani berfikir sejenak.

"Deket-deket sini aja, biar bisa sering-sering ketemu kamu" jawab nya membuat Gracia mengulum senyum nya.

"Cieee... takut kangen yaa" goda Gracia "aku emang ngangenin sih" lanjutnya membuat Shani terkekeh.

"Iyaa dong, kamu juga belajar yang bener. Biar bisa satu kampus sama aku"

Gracia mengangguk antusias "siap bos"

Kedua nya terkekeh lalu melanjutkan percakapan ringan di selingi candaan yang membuat kedua nya tertawa, cukup lama hingga jajanan mereka habis tak tersisa.

__

Shani mematikan mesin mobil nya di pekarangan rumah Gracia. Melirik ke arah sang kekasih lalu tersenyum seraya bertanya "Besok mau nginep di rumah aku?"

Gracia yang baru saja melepas sabuk pengaman nya pun menoleh "Besok?" Tanya nya "oh iyaa Malam minggu, ayo ayo" ucap nya antusias. Namun tak lama raut wajah nya berubah sendu "tapi papa?" Lirih nya.

"Biar aku yang izin" ucap Shani tanpa ragu "kamu gak usah takut, ada aku" lanjut Shani membuat Gracia mengangguk.

"Iyaa ci" jawab nya.

"Yaudah ayo turun"

Shani keluar terlebih dahulu, lalu membuka pintu penumpang seperti biasa. Mempersilahkan Gracia turun.

Kedua nya berjalan bergandengan tangan.

"CICI !!!" teriak Gracia lalu berlari dan menghambur ke pelukan sang kakak "aahhh Gege kangeeeeen" lanjutnya sambil mengeratkan pelukan nya.

"Duh aduh, udah gede aja kamu" ucap Shanju lalu terkekeh "cici juga kangeeen" lanjutnya lalu melonggarkan pelukan nya, menatap wajah Gracia.

Meneliti setiap pahatan Tuhan di wajah adik kandung nya ini "Makin cantik aja nih, cepet banget glowing nya" ucap nya di akhiri dengan kekehan.

"Iyaa lah biar cantik nya bisa nyaingin cici" ucap Gracia "cici nyampe jam berapa ?" Tanya nya.

"Baru satu jam yang lalu" ucap Shanju lalu melirik sekilas ke arah Shani.

"Haii Shan, gimana kabar nya?" Ucap Shanju lalu mendekat ke arah Shani.

"Baik kak, kakak gimana?" Tanya Shani yang kini ikut mengikis jarak.

Shanju menarik Shani dalam pelukan nya, tak lama. Karena Shani segera melepas pelukan nya ketika mata Gracia melotot ke arah nya, sontak membuat Shani menahan tawa setengah mati.

"Tinggi banget sekarang Shan" ucap Shanju "kakak aja kalah yaa tinggi nya"

"Iya lah Ci, dia kan makan bambu tiap hari" timpal Gracia di akhiri dengan tawa.

"Sembarangan" ucap Shani.

"dari mana kalian, sore gini baru balik?" tanya Shanju

"ke taman kak, itu anak kecil minta jajan" jawab Shani membuat Gracia mendengus

"cici kok-

"DARI MANA KAMU GRACIA?"

sontak Gracia memejamkan kedua mata nya dengan erat, sementara Shani langsung mendekat merangkul pinggang Gracia.

"Sore gini baru pulang, keluyuran terus kerjaan nya!"

Harlan mendekat, sementara Shanju masih mencerna apa yang terjadi, hingga membuat sang papa berteriak sangat keras. Baru kali ini Shanju melihat sang papa seperti ini, apalagi pada adik bungsu nya.

"Papa apa-apaan sih, kenapa coba teriak-teriak?" tanya Shanju membuat sang papa menoleh sekilas "diam kamu!" Ucap nya pada Shanju.

Harlan berdiri tepat di hadapan Shani, dengan Shanju yang kini berada di sisi kanan nya, berhadapan dengan Gracia yang masih diam di tempat nya. merangkul erat lengan Shani.

"Sudah saya peringatkan kamu, jangan bawa Gracia kemana-mana!" bentak Harlan pada Shani, sambil menunjuk wajah Shani dengan jari telunjuk nya "Kamu mau anak saya sakit lagi hah?!"

"Bisa gak pah sekali saja gak teriak-teriak?" tanya Gracia pelan, namun tatapan nya menajam seolah menantang sang papa "Telinga Gege masih berfungsi dengan baik, tanpa papa harus teriak"

"berani kamu sama papa hah?!" Bentak Harlan dengan tatapan yang semakin tajam.

"Papa takut aku sakit gara-gara pergi sama Shani, tanpa sadar kalo sebenarnya papa yang nyakitin aku?" Lirih Gracia diakhir kalimat.

Tatapan Harlan tidak melunak sama sekali, kalimat Gracia barusan malah semakin membuat emosi nya menjadi.

Demi Tuhan Shani bisa melihat rahang laki-laki paruh baya itu mengeras, kedua tangan nya di kepal erat, seolah menahan emosi yang begitu tersirat.

"Saya minta maaf karena terlambat membawa pulang Gracia, Saya yang harus di salahkan bukan Gracia"

Shanju menatap heran pada ketiganya, apa yang ia lewatkan selama ini? apa yang terjadi antara sang papa, Gracia dan juga Shani?

"saya bosan mendengar kata maaf dari kamu" ucap Harlan "silahkan keluar sekarang juga!" usir nya membuat Gracia berteriak "PAPA!!"

"Gee..." ucap Shani lalu menoleh ke arah Gracia, menggeleng pelan mengisyaratkan kekasih nya itu untuk diam. "baik, saya pamit" ucap Shani membuat Gracia menatap tak terima.

"kamu apa-apaan sih ci?" protes Gracia.

Dengan lembut Shani mengelus punggung Gracia, tersenyum lembut lalu berkata "Masuk kamar gih" titah nya membuat Gracia mendengus.

"ish! gak mau"

"Gee.. nurut ya. masuk kamar sekarang" titah Shani untuk kedua kali, membuat Gracia langsung berlari menuju kamar nya.

Shani kembali memfokuskan diri pada Harlan "saya pamit, tapi saya pastikan saya akan kembali lagi" ucap Shani membuat Harlan membuang pandangan nya "Shani pamit kak" ucap Shani pada Shanju, berbalik lalu keluar dari rumah Gracia.

"Apa yang aku lewatkan pah?" tanya Shanju penuh tuntutan "apa yang terjadi sama keluarga kita selama aku gak ada?" lanjutnya namun Harlan hanya diam saja.

"Sikap papa barusan kaya bukan papa yang cici kenal, sejak kapan papa menjadi seemosional ini?" tanya Shanju lalu melanjutkan kalimatnya "sejak kapan papa jadi berani bentak Gracia? karena setau cici papa gak pernah membentak anak-anak nya"

"kamu gak usah ikut campur!" jawab Harlan "kamu gak tau apa-apa"

"Kasih tau cici pah! Se-mu-a nya" Ucap nya penuh penekanan "Gracia adik aku pah, gak mungkin aku diem aja saat keluarga aku gak baik-baik saja" Shanju mengikis jarak, berdiri tepat di hadapan Harlan, mendongak menatap dalam mata sang papa "Bilang sama cici apa yang terjadi sama papa, Shani dan Gracia"

"Gak ada!" ucap Harlan lalu pergi meninggalkan Shanju yang masih berdiri di tempat nya sambil berkata "jawab cici pah!" namun tak mendapat jawaban dari Harlan. Harlan terus menjauh, dan menghilang dari pandangan Shanju.

Shanju menekan pelipis nya cukup kuat, tiba-tiba saja kepalanya berdenyut hebat. lagi, pertanyaan di benak nya muncul, apa yang ia lewatkan selama ini?

Tak ingin mati karena penasaran, Shanju segera menuju ke taman belakang dimana sang mama berada, Shanju harus meminta penjelasan pada sang mama atas apa yang terjadi dengan keluarganya ini.

Sementara itu dikamar Gracia.

Gracia sedang duduk di pinggir kasur nya, belum sempat ia melamun, suara hp miliknya menarik perhatian nya. Sudut bibir nya terangkat saat ia melihat nama Shani terpampang di layar HP.

Gracia segera menggeser icon hijau lalu menempelkan nya di telinga.

"hallo ci" sapa Gracia

"Hallo Gee" jawab Shani "aku pulang dulu ya sayang" pamitnya membuat Gracia mengangguk, padahal Shani tidak melihat nya.

"kamu hati-hati, nanti kabarin aku" ucap Gracia

"pasti sayang" jawab Shani.

hening sejenak hingga akhirnya Shani kembali berkata "Jangan sedih, jangan takut, kita akan lewati semua sama-sama. Cukup yakinkan diri kamu, bahwa badai ini pasti akan berlalu, aku sayang kamu"

Lalu sambungan telpon di matikan oleh Shani.


= TBC =

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro