14
Terimakasih kepada secangkir kopi yang selalu setia menemani
dalam gelap, terang, sunyi, bahkan riuh nya dunia ini
kau ada selalu setia
tidak seperti janji-janji manis yang hanya indah di telinga
tapi tak seindah kenyataan nya.
= Selamat Membaca =
____________________________
~Seperti Syair indah
yang di tulis ibu peri
tentang kamu sang pemilik hati~
Shani mengemudikan mobil mewah nya dengan hati-hati, menerjang deras nya hujan yang melanda ibu kota sore ini. Membuat Senja tak nampak di pandang mata, membuat langit gelap tanpa cahaya.
Kedua mata menoleh sekilas, pada gadis cantik yang sedang sibuk menatap layar hp yang di genggam nya. Sesekali gadis itu terkekeh, kekehan yang terdengar begitu renyah di indra pendengaran Shani.
"Seru banget kayanya" Ucap Shani yang kini menatap kembali ke jalan raya, fokus pada kemudi yang di pegang nya.
"ini loh sayang" ucap Gracia membuat Sudut bibir Shani terangkat, di susul hati yang kini menghangat. Sebuah kata paling manis yang gadis nya ucapkan barusan, sukses membuat Jantung Shani berdetak tak karuan.
Manis sekali.
"aku lagi nonton tayangan ulang pas Oshi aku perform. kan aku gak bisa nonton dua minggu kemarin. MC nya kocag banget ini" Lanjut Gracia tanpa menoleh sama sekali ke arah Shani.
Shani hanya mengangguk pelan, membiarkan gadis itu dengan dunia nya. Tanpa ingin mengganggu sang kekasih, Shani lebih memilih memperhatikan hujan yang kini mulai sedikit reda.
"kita mau kemana Ci?" tanya Gracia saat menyadari bahwa Shani mengemudi ke arah jalan yang tidak terlalu Gracia ketahui.
"papa minta ketemu di kantor" jawab Shani membuat Gracia mematikan hp nya, menyimpan nya di dalam tas lalu menatap ke arah Shani.
"tumben, ada apa?" tanya nya membuat Shani gemas. Bagaimana tidak, tatapan gadis nya ini sungguh seperti anak kecil yang sedang penasaran terhadap sesuatu, membuat Shani tidak bisa menahan diri untuk tidak terkekeh dan mencubit pipi gadis yang kini mulai berisi lagi ini.
"gemes banget sih" ucap Shani "aku juga gak tau papa mau apa" lanjutnya membuat Gracia mengangguk.
Gracia diam sejenak, ia ingat bahwa hubungan antara Papa Shani dan Shani tidak begitu baik selama ini. Bahkan Shani sering bilang bahwa ia jarang sekali bertemu papa nya, bisa sampai berbulan-bulan lamanya.
Gracia juga ingat bahwa biasa nya Shani tidak akan mau membahas apapun mengenai keluarga nya, apalagi sang papa. Tapi melihat ekspresi Shani barusan seperti nya gadis ini baik-baik saja, dan tidak menunjukkan tanda-tanda tidak suka.
"mm... cici" panggil Gracia ragu
Shani menoleh lalu bertanya "Kenapa sayang?"
"mau tanya tapi cici jangan marah"
Shani tertawa pelan, tumben sekali gadis manja kesayangan nya berbicara seperti ini. Biasa nya ia akan membicarakan atau menanyakan apapun yang ingin ia tanya. Tanpa pernah bertanya seperti tadi.
"kapan sih aku marah sama kamu hmm?" tanya Shani membuat Gracia menggeleng "tanyakan apapun yang mau kamu tanya" lanjutnya membuat Gracia menarik nafas dalam sebelum berkata
"cici tumben mau ketemu papa Natio, biasanya denger namanya aja cici gak mau"
Shani tersenyum tipis, ia sudah menyangka jika kekasihnya sedang memikirkan hal tersebut.
"Papa sudah minta maaf sama aku, ia berjanji untuk memperbaiki semuanya. Tidak ada salah nya memberi kesempatan untuk seseorang yang bersungguh-sungguh ingin memperbaiki kan?" tanya Shani namun tak memberi kesempatan pada Gracia untuk menjawab
"jadi aku mau kasih papa kesempatan untuk memperbaiki semuanya, aku juga butuh papa untuk membantu aku menghadapi banyak hal, karena aku tidak tahu, hal besar apa yang akan terjadi di masa depan. Namun yang jelas aku harus siap dengan segala sesuatu nya".
"hal besar tentang kita?" lirih Gracia
Shani menoleh, mengusap kepala Gracia sekilas lalu tersenyum "apapun, khususnya tentang kita".
Hujan reda seolah memberi jeda. Shani mematikan mesin mobil di parkiran kantor sang papa.
Shani melepas sabuk pengaman nya lalu menangkup pipi Gracia "Gak perlu kawatir untuk hal-hal yang belum terjadi, cukup yakin dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluar nya. Tetap di samping aku apapun yang terjadi, saling menguatkan di setiap kondisi. aku sayang kamu"
Gracia menutup mata saat Shani menjatuhkan ciuman di kening nya cukup lama, merasakan kehangatan yang menjalar di tubuh nya, mengalahkan dingin nya udara selepas hujan, apalagi saat Shani menariknya dalam pelukan.
Hangat dan menenangkan.
Shani menggengam erat tangan Gracia sepanjang jalan menuju ruangan sang papa. Beberapa kali Shani mengangguk ketika ada pegawai sang papa yang menyapa. Shani cukup dikenal di kalangan pegawai sang papa, karena tak jarang ia berkunjung kesini untuk belajar banyak hal. Tentunya saat sang papa tidak ada di tempat.
Shani mengetuk pintu, tak lama pintu dibuka oleh sang papa. Senyuman hangat langsung menyambut Shani, membuat Shani tertular senyuman sang papa.
"masuk sayang" ucap Natio membuat Shani dan Gracia langsung masuk ke ruangan sang papa.
"abis dari mana ini gadis-gadis cantik papa" goda Natio setelah duduk di kursi kebesaran nya, sementara Shani dan Gracia duduk di hadapan nya.
"abis makan siang pa, tadi niatnya nunggu hujan reda, makanya baru kesini. Tapi ternyata hujan nya awet" jawab Shani sementara Gracia hanya menyimak "tumben papa nyuruh kesini?" tanya Shani membuat Natio terkekeh.
"ya gak kenapa-kenapa, papa cuma ingin ketemu kalian saja" ucap Natio " kamu bagaimana kabar nya Gre?" tanya natio pada Gracia.
"baik pa, liat aja aku udah cantik lagi kan sekarang. gak kaya zombie" ucap Gracia membuat Natio kembali terkekeh.
"iya cantik, abis ini kalian mau kemana?" tanya Natio
"mau anterin Gee pulang pa. nanti papa sama mama nya nyariin" jawab Shani membuat Natio mengangguk.
"kapan kalian masuk sekolah?"
"lusa pa"
Percakapan Natio, Shani dan Gracia mengalir begitu saja, beberapa kali terdengar kekehan Natio saat mendengar Gracia bercerita. Kadang Natio dan Shani juga menatap iba ketika Gracia menceritakan kondisi nya selama ditinggal Shani, membuat Shani merutuki kebodohan nya lagi, karena telah meninggalkan Gracia.
__
Shani mematikan mesin mobil nya di pekarangan rumah Gracia. Menoleh pada kekasih nya yang sejak tadi diam saja.
"Gee, turun yuk" ajak Shani namun Gracia malah membuang pandangan nya. Gadis ini merajuk sejak tadi, ketika mendengar bahwa Shani tidak menginap malam ini.
"Hey.. lihat aku" ucap Shani lembut sambil menarik dagu Gracia.
"Besok aku jemput pagi-pagi, kita jalan-jalan. Tapi kamu jangan marah ya"
Gracia hanya cemberut di tempat nya, tak peduli dengan bujukan Shani barusan.
"Sayang..." ucap Shani lagi, sambil mengelus kepala Gracia, membuat gadis itu menghambur ke pelukan Shani.
"Tapi mau nya bobo sama kamu" manja nya membuat Shani terkekeh.
Shani dengan sabar mengelus kepala Gracia, menjatuhkan ciuman-ciuman kecil di puncak kepala kekasih nya itu.
"Aku ada janji sama papa soal nya" ucap Shani menjelaskan "mau ngobrol banyak hal" lanjut nya.
"Yaudah deh, tapi kamu telpon aku pokok nya kalo udah sampe, terus kalo udah selesai ngobrol sama papa telpon aku lagi"
"Iyaa sayangku" ucap Shani "pasti aku telpon kamu, sekarang turun ya"
Gracia menggeleng, persis seperti anak kecil yang menolak sesuatu "masih kangeeeen" rengek nya membuat Shani terkekeh.
"Seharian ini sama aku kan?"
"Yaa mau nya terus sampe besok, besok nya lagi, besok besok besok pokok nya"
Kembali Shani terkekeh mendengar kalimat Gracia, ia mengecup pipi Gracia sekilas saja "Kita akan bareng-bareng terus, saat nanti waktu nya udah tiba. Sekarang kita turun, udah malem nih. Kamu mesti bobo"
Dengan berat hati Gracia mengangguk, lalu melepas sabuk pengaman nya. Seperti biasa Shani akan membuka kan pintu untuk kekasih nya ini.
Kedua nya berjalan bergandengan tangan masuk ke rumah Gracia.
"DARI MANA SAJA KAMU!?"
Gracia menutup mata saat suara bentakan sang papa menyakiti indra pendengaran nya, tak hanya telinga, hati nya juga ikut sakit, karena ini pertama kali sang papa membentak Gracia. Seumur hidup nya.
Genggaman pada tangan Shani ia eratkan, membuat Shani merangkul bahu Gracia. Menenangkan kekasih nya yang ketakutan.
"Selamat malam pah" sapa Shani "maaf kalo Shani bawa pulang Gracia larut malam" lanjutnya namun malah mengundang tatapan tak suka dari Harlan.
Laki-laki paruh baya itu melangkah mendekat, menatap tajam pada Shani yang masih menampilkan sikap tenang nya.
Harlan menaikkan sebelah alis nya, menatap penuh tanya pada gadis pemberani yang seolah tak gentar sedikit pun oleh sikap Harlan.
Selama mengenal Shani, Harlan memang merasa kagum pada sosok sahabat dari anak nya ini, ia selalu percaya bahwa Gracia akan baik-baik saja selama ada Shani.
Namun semenjak Harlan tau bahwa ada sesuatu yang berbeda dari mereka, Harlan malah murka. Ia merutuki kebodohan nya, mengapa membiarkan Gracia bergantung pada Shani.
Harlan berdiri satu meter di hadapan Gracia dan Shani. Menatap kedua nya secara bergantian lalu berkata...
"Kamu tau kalo Gracia masih butuh istirahat" ucap nya pada Shani "dan kamu malah seenak nya membawa dia pulang larut malam" lanjut nya membuat Gracia menatap tak terima.
Dirinya yang mau pergi dengan Shani, dan bukan Shani yang seharus nya di salah kan.
"Pah-..
"Diam kamu!!!" Bentak Harlan pada Gracia, membuat tubuh Gracia terlonjak.
Shani dengan sigap memperkuat rangkulan nya di bahu Gracia, lalu sekilas mengelus punggung kekasih nya itu. Shani tau jika gadis nya tidak terbiasa mendapat bentakan seperti barusan. Dan sudah Shani pastikan, jika orang lain yang membentak Gracia, akan Shani beri pelajaran.
"Shani minta maaf pah, Shani yang salah" ucap Shani membuat Harlan menggeram emosi "tadi kami nunggu hujan reda dulu, jika memaksakan pulang, kasian Gracia juga" lanjutnya membuat Harlan mendelik.
"Alasan saja kamu, kamu-
"Shani gak salah pah, Gege yang salah" bela Gracia membuat Harlan menatap Gracia tak kalah tajam. Berani nya ia membela Shani dan memotong kalimat Harlan barusan.
"Jangan melawan papa Gracia, Masuk kamar sekarang!" Titah Harlan membuat Gracia menggeleng
"Gak! Gege gak mau"
Rahang Harlan semakin mengeras, kepalan pada kedua tangan nya semakin kuat. Sejak kapan anak nya ini keras kepala dan menjadi pembangkang seperti ini?
Ini gara-gara Shani pasti, Fikir Harlan.
"Masuk Shania Gracia!!"
"Tap-
"Gee....." Shani menatap lembut Gracia, mengusap kepala Gracia beberapa kali, mencoba menenangkan gadis nya ini "masuk kamar terus tidur ya" ucap Shani dengan lembut.
"Tapi ci...
Shani menggeleng "gak ada tapi, nurut sama aku ya, masuk gih"
Dengan berat hati Gracia mengangguk patuh "kamu hati-hati pulang nya" ucap Gracia lalu mengecup pipi Shani sekilas saja.
Gracia menatap sekilas pada Harlan, sebelum berlari ke kamar nya. Meninggalkan Shani dan Harlan yang kini saling berhadapan.
"Saya mau kamu jauhin Gracia" ucap Harlan penuh intimidasi.
"Shani tidak akan menjauhi Gracia, kecuali Gracia sendiri yang minta" ucap Shani dengan penuh keyakinan.
"Kalo begitu, kamu tanggung sendiri akibat nya" ucap Harlan penuh ancaman namun tak sedikitpun membuat Shani gentar.
"Apapun resiko nya, Shani akan tetap memperjuangkan Gracia pah"
"Berhenti panggil saya dengan sebutan papa!"
Shani mengangguk "baik om, Saya paham" ucap Shani "sekali lagi, maaf karena membawa Gracia pulang selarut ini, saya pamit selamat malam"
Shani berbalik lalu menutup pintu dari luar, meninggalkan Harlan yang masih berdiri di tempat nya sambil menahan amarah nya.
"Keras kepala".
= Tbc =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro