13
= Selamat membaca =
_________________________
Kedua mata indah itu perlahan terbuka, mengerjap beberapa kali menyesuaikan dengan cahaya.
Senyuman hangat mengembang sempurna, saat kedua bola mata menatap dengan lekat ciptaan Tuhan yang masih terlelap dalam pelukan.
Jemari lentik Shani terangkat, menelusuri wajah Gracia, yang masih betah menutup mata. Dari mulai kening, pipi, hidung, lalu mengelus bibir mungil yang semalam di cumbu nya. Membangkitkan kembali hasrat ingin mengecap rasa.
Bibir mungil yang semalam mengucapkan kalimat paling indah yang pernah Shani dengar selama hidup nya.
Masih segar di ingatan ketika gadis bergigi gingsul ini mengatakan bahwa ia mencintai Shani, membuat hati Shani menghangat lagi.
Shani menangkup sebelah pipi Gracia, perlahan mengikis jarak lalu menjatuhkan ciuman di bibir Gracia cukup lama. Hanya menempel, setidak nya mampu membuat hasrat ingin mengecap lagi berkurang kadar nya.
Gracia menggeliat, membuat Shani menarik diri. Menatap dengan lekat bagaimana gadis itu perlahan membuka mata, lalu tersenyum manis saat tatapan mereka bertemu.
"Pagi indiraaa"
Suara serak Gracia menyapu indra pendengaran Shani, membuat reaksi aneh di tubuh nya. Padahal gadis itu hanya menyapa.
"Pagi Gee" jawab Shani
"Masih ngantuuukk" manjanya sambil menenggelam kan kembali wajah nya di leher Shani.
"Udah jam 9 sayang"
Gracia mengulum senyum nya, saat mendengar kata paling indah yang selalu membuat hati nya membuncah.
Seperti ini ternyata rasanya dicintai dan mencintai.
"Biar aja" ucap Gracia sambil mempererat pelukan nya pada Shani, yang kini mengusap kepala Gracia. Membuat mata Gracia kembali menutup, namun tak lama kembali mengerjap saat ia mengingat sesuatu.
Gracia menarik diri, lalu menatap Shani dengan lekat.
"Indiraa...." panggil Gracia pelan
"Kenapa hnm?" Tanya Shani yang kini menatap penuh tanya, pada gadis yang merubah posisi menjadi duduk.
Shani ikut merubah posisi, duduk berhadapan dengan Gracia, sambil merapikan rambut serta menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah cantik nya.
"Cantik" ucap Shani dalam hati "selalu cantik" lanjutnya.
Gracia menghentikan kegiatan Shani, membawa sebelah tangan nya dalam genggaman.
"Indiraaa..."
"Iyaa Gee..?"
Kedua mata indah itu saling menatap lekat, enggan sekali rasanya berkedip.
"Kita ini apa?" Tanya Gracia pelan membuat Shani menatap heran.
"Kita..?" Ulang Shani memastikan
Gracia mengangguk "iyaa Kita"
Shani berusaha mencerna kalimat Gracia, menerka arah pembicaraan Gracia hendak kemana.
"Kita..?" Ulang Shani sekali lagi, meyakinkan apa yang otak nya fikirkan tidak salah.
"Ck! Tau ah" Gracia berdecak kesal, lalu cemberut membuat Shani terkekeh pelan "rese kamu mah" lanjutnya membuat Shani melanjutkan kekehan nya
"Ngambekan" ledek Shani lalu menggenggam kedua tangan Gracia.
"Kamu mau nya kita ini apa hmm?" Tanya Shani, membuat Gracia semakin memajukan bibir nya. Kesal dengan pertanyaan nya yang malah di jawab pertanyaan lagi.
"Ish! Tau ah" Gracia membuang pandangan nya "nyebelin"
Shani menarik dagu Gracia agar menoleh ke arah nya "Gee.." ucap Shani sambil menatap Gracia penuh kesungguhan lalu berkata...
"Mencintai kamu adalah hal paling indah dalam hidup aku, dicintai oleh kamu, adalah anugerah terbesar untuk aku, dan memiliki kamu adalah impian terbesar aku" Shani menjeda kalimat nya, mengusap sebelah pipi Gracia yang kini bersemu merah.
"Bahagia kamu adalah prioritas aku, dan semua hal yang menyangkut kamu adalah kepentingan aku. Apapun yang kamu mau tentang kita, aku akan menerima nya. Jadi coba tanya hati kamu sekali lagi. Jika kamu yakin atas aku, atas apa yang kamu rasakan untuk aku, dan kamu yakin siap untuk selalu bergandengan tangan sama aku, menghadapi apapun tantangan ke depan nya. Maka aku akan meminta kamu untuk jadi milik aku seutuh nya"
Gracia tersenyum lembut, betapa hati nya membuncah luar biasa saat mendengar kalimat Shani barusan. Ia yakin dengan pilihan nya, yakin dengan apa yang di rasakan nya, dan yakin tentang langkah yang akan di ambil nya.
Selama bersama Shani, Gracia yakin akan baik-baik saja.
Gracia menarik nafas dalam lalu berkata "Aku yakin Shani, atas apa yang aku rasakan sama kamu, yakin tentang ucapan aku semalam, dan aku yakin selama sama kamu, semua nya akan baik-baik saja"
Shani tertular senyum Gracia, gadis cantik di hadapan nya ini pintar sekali membuat hati Shani berbunga.
"Jadi, Shania Gracia Harlan. Mau kah kamu menjadi kekasih ku?" Tanya Shani satu tarikan nafas.
Gracia mengangguk semangat "mauuuuu!!!" Teriak nya lalu menghambur kepelukan Shani.
Shani terkekeh melihat tingkah gadis di pelukan nya ini, sungguh rasanya masih seperti mimpi, memeluk Gracia bukan lagi sebagai sahabat, tetapi kekasih nya.
"Cieee anak kecil punya pacar" ledek Shani sambil mendekap erat Gracia membuat Gracia tertawa.
"Cieee macarin anak kecil" balas nya meledek Shani "Pj lah pj" lanjut Gracia membuat Shani melonggarkan pelukan nya.
"Mau PJ apa?" Tanya Shani sambil menaikturunkan kedua alis nya.
"Ajak aku jalan-jalan, rasanya udah 2 tahun gak ketemu mall" adunya membuat Shani menarik hidung mancung Gracia.
"Lebay, baru juga dua minggu" ucap Shani "tapi besok ya, kamu masih harus istirahat soal nya"
Gracia mengangguk patuh, lalu kembali memeluk Shani. Pelukan yang selalu ia butuhkan, selalu ia rindukan, dan selalu menjadi tempat ternyaman.
Hanya pelukan seorang Shani indira.
"Shani"
"Kenapa hmm?"
Gracia menarik diri, lalu menatap Shani "Mm.. papa gimana?" Tanya Gracia dengan tatapan resah.
"Papa kenapa hm?" Tanya Shani
Gracia mencoba mencari kalimat paling tepat untuk mewakili gundah nya "mm papa kan gak setuju kamu deket sama aku" ucap nya lalu menunduk "lebih maksudnya" lanjutnya lirih.
Shani menangkup kedua pipi Gracia lalu mengecup kening Gracia sekilas "baru aja tadi aku bilang kan?" Tanya Shani membuat Gracia bingung.
"Maksud nya?"
"Kalo kamu yakin sama aku, kamu gak perlu takut tentang papa atau apapun. Aku akan memperjuangkan kamu sekuat tenaga aku, memperjuangkan kita. Apapun resiko dan tantangan nya. Kamu cukup yakin sama aku, dan tetap berada di samping aku, aku yakin semua nya bisa kita hadapi"
Gracia mengangguk paham, betul apa yang Shani ucapkan.
Ketika mereka sudah memutuskan, maka tantangan apapun di depan harus mereka lewati bersama.
"Kamu jangan pernah ninggalin aku lagi pokok nya, sekuat apapun papa menyuruh kamu pergi" ucap Gracia "awas aja kalo berani, aku potong-potong kamu" ancam nya membuat Shani tertawa.
"Kamu tenang aja, aku hanya akan pergi jika kamu yang meminta nya sendiri"
Gracia menggeleng "Gak akan Shani, gak akan pernah" jawab Gracia yakin.
"Iya sayang" ucap Shani
"Sayang aja apa sayang banget?" Goda Gracia dengan senyum tengil nya.
"Sayang selalu"
__
Dua orang laki-laki paruh baya sedang duduk berhadapan. Natio menatap penuh tanya, tentang apa maksud kedatangan Harlan ke kantor nya hari ini.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Natio yang kini menampilkan senyum nya, pembawaan nya yang tenang menambah pesona laki-laki dua anak ini.
"Langsung saja" Ucap Harlan dengan tegas, tanpa ingin basa-basi ia langsung ke inti permasalahan "saya mau anda menjauhkan Shani dari Gracia"
Satu kalimat perintah yang di sambut kekehan kecil oleh Natio.
"Anda yakin Tuan Harlan?" Tanya Natio memastikan.
Harlan mengangguk "Saya rasa anda tau alasan nya, dan saya yakin kalo anda juga menginginkan masa depan yang baik untuk Shani" ucap Harlan "Jika saja Bobby yang memang Gracia pilih, dengan senang hati saya bersedia menjadi besan anda" lanjutnya.
Natio mengangguk, ia mengangkat sudut bibir nya "Saya fikir anda adalah manusia yang mau belajar dari pengalaman. Saya kira pengalaman kemarin harus nya sudah cukup untuk membuat anda sadar, bahwa menjauhkan Shani dari Gracia, adalah sebuah kesalahan"
Harlan mengeraskan rahang nya, kedua tangan nya terkepal erat menahan amarah.
"Itu karena Gracia belum terbiasa tanpa Shani, dan saya yakin lama kelamaan Gracia bisa tanpa Shani. Asal Shani tidak selalu ada di dekat Gracia"
Natio diam sejenak, menimbang apa yang akan ia katakan pada Harlan.
"Saya tidak akan melarang apapun jika menyangkut hal-hal yang membuat anak saya bahagia"
Harlan melayangkan tatapan tajam nya, percuma saja ternyata berbicara pada Natio. Ia kira Natio akan bisa di ajak kerjasama, tapi ternyata sia-sia saja.
"Baik. Kalo begitu, saya sendiri yang akan menjauhkan mereka" ancam Harlan lalu berdiri dari duduk nya.
"Selama tidak menyakiti Shani, lakukan saja. Tapi jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Shani, anda tau anda berhadapan dengan siapa" ucap Natio dengan penuh penekanan.
"Baik, selamat siang" pamit Harlan lalu berbalik meninggalkan Natio, menutup pintu dari luar lalu pergi meninggalkan kantor Natio.
Sementara Natio meraih hp nya di atas meja, lalu menelpon Shani.
"Hallo papa" sapa Shani di sebrang telpon
"Hallo sayang, kamu dimana?" Tanya Natio
"Mau makan siang sama Gee"
"Pulang nya mampir ke kantor papa bisa?" Tanya Natio "ajak Gracia gapapa" lanjutnya.
"Oke pah"
"Yaudah, dah sayang"
"Dah pa"
Sambungan telpon di putus oleh Natio, ia segera beranjak dari duduk nya. Lalu keluar dari ruangan nya hendak menemui seseorang.
= Tbc =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro