Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12






= Selamat membaca =

________________________







Shani dan Gracia sedang berada dalam perjalanan menuju rumah Gracia. Awal nya gadis itu menolak dan tidak mau pulang ke rumah nya. Namun Shani meyakinkan bahwa semua nya akan baik-baik saja.

Selain itu Shani juga masih mencari cara bagaimana bisa membawa Gracia tinggal bersama nya, Negoisasi dengan Harlan kapan hari, belum menghasilkan apapun.

Harlan tetap tidak mengizinkan Gracia tinggal bersama Shani.

Semesta memang punya banyak rahasia, dari berbagai macam masalah Cinta dan benci di seluruh dunia, salah satu nya terjadi pada Shani dan Gracia.

Rasanya semua nya makin rumit, karena saat ini yang Shani hadapi bukan lagi persoalan cinta nya, tapi ditambah oleh Harlan yang masih begitu keras ingin menjauhkan Shani dari Gracia.

Tapi Shani yakin usaha tidak akan menghianati, ia akan terus berjuang demi Gracia.

Perjalanan cukup memakan waktu, Gracia dan Shani baru sampai di halaman rumah Gracia jam 9 malam karena tadi ada beberapa hal yang harus mereka urus terlebih dahulu.

"Turun sekarang?" Tanya Shani membuat Gracia menggeleng.

"Gak mau ci" ucap Gracia.

Gadis itu melepas sabuk pengaman nya, lalu menghambur ke pelukan Shani, membuat Shani ikut melepas sabuk pengaman nya, dan memeluk erat Gracia.

"Kenapa hmm" tanya Shani sambil mengelus kepala belakang Gracia.

"Cici belum jawab pertanyaan aku, cici ngilang kemana?"

Shani mengecup puncak kepala Gracia cukup lama, sebelum berkata "Sama mama di Apartemen, cuma tempatnya emang gak ada yang tau selain mama, papa sama aku"

Gracia menggenggam sebelah tangan Shani, sambil merasakan usapan di kepala nya.

"Pas aku pergi sama abang, cici kemana?"

Shani diam sejenak, menghembuskan nafas kasar nya "Gak jauh dari meja kamu, cuma kehalang tembok" jawab Shani jujur.

Gracia terkekeh "Kalo sayang tuh samperin, bukan cuma mantau doang" ucap Gracia dengan nada meledek nya "berani gak?" Tantang nya membuat Shani menunduk, menatap Gracia yang sedang menatap nya juga.

"Kamu masih ngasih sekat Gee... membuat aku tidak seberani itu"

Gracia diam mencerna, setidak peka nya dirinya, ia masih faham apa yang di katakan Shani barusan.

Gracia tau sekat apa yang Shani maksudkan.

Semesta lagi-lagi ikut merasakan apa yang dua insan ini rasakan, tetesan lembut air hujan mulai turun. Di susul tetesan-tetesan lain nya yang semakin lama semakin lebat saja.

Sementara Shani kini semakin mendekap erat Gracia lalu meraih selimut di kursi belakang. Menutup tubuh mereka dengan selimut, sambil menikmati deras nya guyuran hujan yang semakin menjadi.

Entah apa alasan mereka bertahan di dalam mobil, namun yang pasti mereka berdua akan basah kuyup jika memilih berlari untuk masuk ke rumah.

Shani tak mau Gracia demam lagi nanti nya. Dia baru sembuh.

Deru nafas Gracia menerpa leher Shani, hangat hingga menjalar ke hati.

Dengan telaten Shani mengelus kepala Gracia, memberi kenyamanan pada Gadis yang kini mulai menipis kesadaran nya.

"Indira...

Shani menatap wajah Gracia yang baru saja mendongak sambil menyebut nama nya. Sepenggal nama yang hanya boleh di sebut oleh Gracia, cuma Gracia.

"Iyaa Gee.. ?" Jawab Shani dengan senyum tipis.

"Apakah ketika kita selalu merindukan seseorang, ingin selalu berada di sisi orang tersebut, marah ketika dia bersama orang lain, atau merasa cukup hanya dengan ada nya dia" Gracia menjeda kalimat nya sejenak, menatap dalam mata Shani yang kini ikut menyelami bola mata Gracia.

"Apakah itu bisa di sebut dengan cinta?" Tanya Gracia membuat Shani tersenyum sendu.

Ia menutup mata sejenak, mencerna kalimat Gracia yang ia terka untuk seseorang yang ia cinta.

Kenapa rasanya sakit sekali Tuhan?

Shani memaksa senyum nya, mengusap kepala Gracia sekilas saja lalu berkata

"Kurang lebih seperti itu Gee" lirih nya di akhir kalimat.

Semua yang Gracia sebutkan tadi, Sama seperti apa yang Shani rasakan pada Gracia, pada gadis dengan sejuta pesona di pelukan nya ini.

Perhatian nya hanya untuk Gracia, Rindu nya hanya milik Gracia, rasa sayang dan cinta nya semua untuk Gracia, bahkan bisa Shani pastikan bahwa dunia nya hanya berpusat pada Gracia.

Gracia tersenyum tipis, ia mengubah posisi menjadi duduk tegak menatap Shani. Tangan nya terulur mengelus pipi Shani lalu bertanya...

"Apakah itu berarti Aku mencintai mu Indira?"

Semua kata dikamus Shani berhamburan entah kemana, otak cerdas nya mendadak kosong. Jantung nya berdetak lebih cepat membuat Gracia mendekat lalu menempelkan telinga nya di dada Shani, mengulum senyum saat mendengar detakan jantung Shani. Gracia menyentuh dada sebelah kiri, merasakan bagaimana jantung nya ikut berdetak cepat, saling bersautan.

"Indiraa...

Shani mengerjap.

"I-iya gee kenapa?" Tanya Shani namun Gracia hanya menggeleng lalu berkata.

"Mau bobo" jawab nya lalu kembali memeluk Shani dan mencari posisi ternyaman untuk ia memejamkan mata.

Sementara Shani diam mencerna pertanyaan Gracia tadi, otak nya mencari jawaban atas tanya yang sungguh tidak pernah ia sangka akan keluar dari mulut Gracia.

__

Pukul satu pagi, hujan baru berhenti, memberi Shani dan Gracia kesempatan untuk keluar dari mobil.

Kedua nya kini berada di kamar Gracia, dan baru saja selesai mengganti baju mereka.

Shani menatap ke arah jam dinding, menaikkan sebelah alisnya saat melihat arah jarum jam yang sudah di angka 01.30.

"Gee tidur ya"

Shani berjalan menuju ke arah Gracia yang masih betah dengan posisi duduk nya.

"Aku udah bobo kan di mobil" jawab nya "bentar lagi aja. Lagian gak sekolah jadi bisa bangun siang"

Shani mengangguk meng-iyakan, karena memang Gracia masih harus istirahat untuk 3 hari kedepan. Shani lalu duduk di samping Gracia.

"Indiraa" panggil Gracia membuat Shani menoleh lalu menatap Gracia.

"Mm?" Gumam Shani

Gracia mengikis jarak, sambil merubah posisi duduk hingga berhadapan dengan Shani. Tangan Gracia terulur menyentuh pipi Shani.

"Kamu tau, apa yang paling aku syukuri dari hidup aku?" Tanya Gracia.

Shani memejamkan mata sejenak sambil menikmati usapan di pipi nya. Mata nya perlahan terbuka lalu bertanya "apa hmm?"

"Kamu" jawab Gracia cepat, membuat Jantung Shani menggedor hebat. "Kamu indira, aku beruntung bisa ketemu sama kamu"

Sudut bibir Shani terangkat, membentuk senyuman sempurna yang jarang ia tunjukkan pada orang lain selain Gracia. Shani meraih tangan Gracia dari pipi nya, lalu mendekap nya erat.

Kedua nya saling menatap, saling mengunci tatapan satu sama lain. Menyelami bola mata indah milik lawan tatap mereka.

Gracia tenggelam dalam mata indah Shani, perlahan tapi pasti wajah Gracia mendekat, hingga hembusan nafas nya menerpa wajah Shani, semakin dekat hingga hidung mancung nya bersentuhan dengan ujung hidung Shani.

Kedua nya kompak menahan nafas.

Tak ada yang berani mengikis atau membuat jarak, keduanya sama-sama diam dalam pemikiran masing-masing.

Degub jantung mereka saling bersautan seiring hembusan nafas keduanya yang menyatu, menimbulkan sensasi berbeda pada diri mereka berdua.

Shani dilema. Ia harus mengikis jarak dengan menjatuhkan ciuman di bibir Gracia, atau membuat jarak dan mundur sekarang juga.

Sejenak Shani menutup mata hingga akhirnya kembali terbuka sambil menjatuhkan ciuman di kening Gracia. Cukup lama.

Cukup membuat Shani dan Gracia sama-sama menutup mata, menikmati kehangatan yang menjalar di hati hingga tubuh mereka.

Ciuman paling lama yang pernah Shani jatuhkan di kening Gracia. Menyalurkan semua rasa yang Shani punya, hanya untuk Gracia.

Shani menarik diri, menatap wajah cantik Gracia yang saat ini sedang tersenyum ke arah nya.

Kepala Shani hendak mundur namun tangan Gracia menahan tengkuknya.

"Indiraa..." panggil Gracia pelan dengan nada yang lembut, seolah menjadi alunan merdu saat tiba di telinga Shani.

Indah sekali.

"Hmm" ucap Shani yang kini seolah terperangkap oleh tatapan Gracia.

Entah keberanian dari mana, Gracia menarik tengkuk Shani, menempelkan bibir nya di bibir Shani, membuat mata keduanya terpejam merasakan sensasi menyengat di tubuh mereka.

Shani dan Gracia tak bisa lagi berkata, tentang apa yang mereka rasakan, jantung kedua nya semakin bergemuruh, hati mereka membuncah, hingga perasaan bergejolak muncul dari tubuh mereka.

Sensasi apa ini?

Gracia masih diam, menikmati perasaan berbeda saat bibir nya masih menempel di bibir Shani, ditambah Sensasi aneh saat Shani memulai perlahan menggerakkan bibir nya di bibir manis dan lembut milik Gracia. Sensasi menggelitik perut nya, membuat Gracia bertanya, ini perasaan apa?

Demi Tuhan ini luar biasa.

Semakin bertambah sensasi nya saat Gracia ikut menggerakkan bibir nya, mengimbangi gerakan bibir Shani, yang perlahan namun pasti membuat seluruh tubuh nya bereaksi.

Gracia dan Shani sama-sama tersenyum dalam hati, saat menyadari bahwa ciuman pertama Shani adalah Gracia, begitu juga sebalik nya.

Dengan insting yang mereka punya, mereka semakin memagut mesra. Mengulum lembut, mengecap rasa.

Tangan Shani ikut menahan tengkuk Gracia, sementara tangan Gracia sudah berpindah memeluk erat leher Shani.

Rasanya semakin lama semakin gila, untuk pertama kalinya mereka merasa darah mereka berdesir hebat.

Demi Tuhan Gracia bisa merasakan kehangatan itu menjalar perlahan ditubuhnya, padahal seingat nya ia menyalakan Ac dengan suhu yang lumayan dingin.

Lama memagut mesra,

Shani menarik diri Saat oksigen di paru-paru nya harus diisi. Membuat mereka seakan kehilangan sensasi, berganti dengan rasa candu ingin mengecap lagi.

Satu hal yang Gracia yakini tentang perasaan nya selama ini, satu hal yang mulai ia gali, tentang rasa apa sebenarnya yang ia punya untuk Shani.

Melalui pergulatan hati yang hebat, Gracia yakin dengan apa yang ia rasakan selama ini. Apapun yang terjadi setelah ini, seberat dan sesulit apapun tantangan ke depan nya.

Gracia yakin dengan apa yang di pilih nya.

Dengan tekad yang sudah bulat, dan keyakinan yang juga sudah kuat. Akhirnya Gracia berani berkata..

"Aku mencintaimu... Indira".

Shani tak lagi bisa menyembunyikan senyum bahagia nya, air mata haru ikut menetes di pipi nya. Akhirnya setelah sekian lama, Shani bisa merasa lega karena cinta nya diterima.

Cinta nya terbalas nyata.

Oh lihat lah semesta, Gadis ini menerima cinta Shani, bahkan dengan lantang ia berkata bahwa ia mencintai Shani.

Shani menarik Gracia ke dalam pelukannya, mencium puncak kepala Gracia cukup lama.

"Makasih gee.. Aku juga cinta banget sama kamu, makasih"

Perasaan Gracia tak jauh berbeda, akhirnya ia bisa menemukan jawaban atas gundah nya, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang perasaan nya pada Shani selama ini.

Ia mencintai seorang Shani Indira, yang sudah lama memperjuangkan cinta, menyadarkan Gracia akan arti hadir nya, membuat Gracia mengerti apa itu cinta yang sebenarnya.

Gracia diam menikmati dekapan Shani, dekapan dari orang yang selalu sabar menanti, sabar mengerti, dan sabar menghadapi semua tingkah Gracia selama ini.

"Aku sayang kamu Shani Indira"

"Aku lebih sayang kamu Shania Gracia"

Keduanya masih saling mendekap erat, sama-sama menikmati perasaan bahagia dan lega yang bercampur menjadi satu kesatuan yang luar biasa.

Pada semesta yang baik hati

Tolong jaga dengan baik kisah ini

Semoga menjadi hubungan yang abadi

Tanpa ada pemisah atau pengganti.

Semoga..




= Tbc =

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro