11
= Selamat membaca =
________________________
Gadis dengan Tubuh ringkih itu berjalan tergesa, raut kawatir tercetak jelas di wajah nya. Sesekali ia menyeka keringat yang menetes di kening nya.
"Sayang pelan-pelan jalan nya" tegur Natio sambil terkekeh "gak sabar banget ketemu kesayangan nya" lanjutnya dengan nada mengandung ledekan.
Shani menoleh sekilas "perasaan Shani gak enak pah"
Shani mempercepat langkah nya, menyusuri koridor rumah Sakit yang cukup sepi.
Dari kejauhan Shani bisa melihat Harlan dan Vina berdiri di depan gadis yang duduk di kursi roda, dan Shani yakin gadis itu Gracia.
Dengan semangat Shani sedikit berlari menghampiri Gracia. Ia sudah sangat rindu ingin memeluk gadis kesayangan nya itu.
Gracia memutar kursi roda nya, berbalik dengan sekali gerakan. Bersiap pergi meninggalkan kedua orang tua nya. Namun gerakan nya terhenti ketika indra penglihatan nya menatap seseorang yang ia kenali....
"Indiraa....." Lirih Gracia
Tatapan mereka bertemu, rindu mereka akhirnya berujung temu.
Air mata Gracia mengalir deras, sambil tersenyum ke arah Shani yang kini sedikit berlari ke arah nya.
Shani segera berlutut di hadapan Gracia, menumpu kedua lutut nya di atas lantai, di susul Gracia yang kini menubrukkan tubuh nya pada Shani, membuat Shani harus menahan tubuh Gracia dengan tenaga ekstra.
Kedua nya saling mendekap, mengungkapkan rindu lewat degupan jantung yang saling bertalu. Hati kedua nya menghangat, sehangat sinar mentari yang menyengat.
Shani mengusap pelan kepala belakang Gracia, menjatuhkan beberapa ciuman di puncak kepala nya. Menumpahkan semua rindu yang sudah menumpuk, sekaligus menyalurkan semua rasa yang ia punya.
"Hikss Shani...." Isak tangis Gracia semakin terdengar, membuat Shani semakin mempererat dekapan.
Semua rasa berkumpul jadi satu, dalam dekap hangat gadis jangkung yang kini memejamkan mata, menahan air mata yang melesak minta keluar juga.
"Hiksss Shani"
Suara Gracia kembali menyapu indra pendengaran Shani, namun rasanya menyakitkan sekali.
Ada apa dengan gadis nya ini?
"Sayang.. maafin aku" ucap Shani Lalu mencium puncak kepala Gracia bertubi-tubi.
Shani berusaha melonggarkan pelukan nya, namun Gracia menahan nya dengan kuat.
"Peluk aja indira...." ucap nya lemah "dan jangan pernah tinggalin aku lagi" lanjutnya semakin lemah.
Shani memejam kan mata sejenak, saat rasa sesal kembali menyeruak. Sungguh ia tidak bermaksud meninggalakan Gracia sendiri, dan malah berakhir seperti ini.
"Aku janji gak akan pernah ninggalin kamu lagi"
Shani dengan sabar mengusap punggung Gracia, sesekali mengecup lembut puncak kepala Gracia. Menyalurkan semua rasa yang ia punya, hanya untuk gadis dalam dekapan nya.
Natio tersenyum hangat melihat putri nya yang kini seolah menemukan kembali hidup nya, ia berjanji pada dirinya sendiri, akan menjaga Shani sekuat yang ia bisa, walaupun tantangan yang ia hadapi ada di depan mata.
Harlan dan Vina membeku, menatap terpaku pada Shani dan Gracia. Rasanya Harlan ingin menarik putri bungsu nya itu ke pelukan nya, namun rasa nya mustahil untuk ia lakukan.
Vina pun begitu, ia ingin sekali memeluk Gracia, meminta maaf puluhan kali hingga Gracia mau memaafkan nya.
Shani masih setia memeluk Gracia, namun sedikit curiga ketika Gracia tak lagi bersuara, isakan nya tak lagi terdengar, membuat Shani semakin gusar.
Shani menoleh ke arah kiri, mata nya terbelalak ketika ia di kejutkan oleh tetesan darah yang tidak ia sadari.
Shani merutuki kebodohan nya, mengapa ia tidak menyadari jika selang infus di tangan Gracia terlepas paksa semenjak Gracia menghambur kepelukan nya tadi.
"Geee..." panggil Shani.
"Sayang...."
Shani semakin panik saat tak ada jawaban apapun dari Gracia.
"Papa Tolong Gege pingsan!!"
Semua kompak mengerjap, sama-sama terkejut dan langsung mendekat. Natio yang lebih dekat jarak nya, segera mengangkat tubuh Gracia dan membawa nya ke kamar inap, sementara Harlan segera berlari mencari Dokter untuk menolong Gracia.
__
Shani menatap pilu pada gadis yang terbaring lemah di hadapan nya. Sejak tadi gadis ini belum menunjukkan pergerakan apapun.
Shani berusaha mengontrol diri, berusaha untuk tetap fokus pada Gracia, sambil menghiraukan rasa takut yang mulai merayap di hati nya.
"Geee... bangun yaa" lirih Shani "Kita beli eskrim kesukaan kamu, sepabrik nya deh kalo kamu mau"
Shani berusaha mengalihkan perhatian nya dari rasa takut yang semakin nyata terasa, ia harus tetap yakin bahwa Gracia akan baik-baik saja.
"Aku janji sayang gak akan biarin kamu sendirian lagi, gak akan ninggalin kamu lagi"
Air mata mengalir di mata Shani, beberapa kali ia usap namun tetap tak berhenti.
"Kamu mau aku ajak kemana hmm? Aku pasti bawa kamu ke semua tempat yang kamu mau, asal kamu bangun yaa"
Shani menunduk, menahan sesak dan nyeri yang merasuk. Melemahkan fungsi indra di tubuh nya, namun ia harus tetap kuat demi Gracia.
Shani menjatuhkan kening nya diatas punggung tangan Gracia yang sejak tadi tak lepas di genggam nya. Menutup mata erat seraya berdoa dalam hati, meminta kekuatan dan kesembuhan untuk gadis yang di cintai nya ini.
Aamiin yang Shani ucap penuh keyakinan, seolah menjadi alarm yang membuat Gracia menunjukkan pergerakan.
Perlahan matanya terbuka, mengerjap beberapa kali, menyesuaikan dengan cahaya.
Gracia tersenyum hangat saat melihat Seseorang yang duduk disamping nya.
Seseorang yang ia rindukan setiap detikanya, kini dapat ia rasakan dekapan nya.
Ini yang Gracia inginkan, melihat Shani saat ia membuka mata pertama kali. Jika boleh dan di izinkan, maka setiap hari Gracia ingin melihat Shani, tanpa pernah bosan.
Sebelah tangan Gracia terulur mengelus kepala Shani, membuat Shani mendongak lalu menatap lekat.
"Sayang kamu bangun"
Air mata haru mengalir di pipi Shani, ia segera berdiri lalu memeluk Gracia membuat Gracia terekekeh.
"Kangen banget ya sama aku" ledek Gracia dengan suara lemah membuat Shani tersenyum senang.
Shani melepas pelukan nya, mengusap pipi Gracia sambil berkata "kangen pake banget" ucap Shani jujur"apa yang sakit hmm?" Tanya Shani sambil terus mengusap pipi Gracia, membuat Gracia sesekali memejamkan matanya menikmati kehangatan yang menjalar di hati nya.
"Hati aku sakit pas kamu ninggalin aku"
Shani di tampar keras oleh kalimat Gracia, ia memejamkan mata merasakan nyeri yang merasuk hati nya.
"Aku minta maaf yaa" ucap Shani sambil menatap dalam mata Gracia "Maaf karena Aku terlalu pengecut dan ninggalin kamu sendirian"
Gracia mengangguk sambil tersenyum tipis, ia mengambil sebelah tangan Shani lalu mengenggam nya
"Gak apa aku ngerti"
Shani menjatuh kan ciuman di kening Gracia cukup lama, membuat kedua nya sama-sama terpejam menikmati rasa yang ada.
Shani melepas ciuman nya, lalu kembali menatap Gracia.
"Aku boleh minta sesuatu?" Tanya Gracia penuh harap.
"Apa itu Gee?"
"Janji sama aku kamu bakal lakuin apa yang aku minta"
Shani berfikit sejenak sebelum akhir nya mengangguk mantap.
"Aku janji Gee"
Gracia tersenyum sebelum mengucap kan kalimat yang sontak membuat Shani terkejut setengah mati.
Kalimat yang tidak pernah Shani sangka akan meluncur dari bibir mungil gadis di hadapan nya ini.
Kalimat yang sukses membuat Shani dilema, dan bingung harus berbuat apa.
Shani meminta Gracia mengulang kalimatnya barusan, meyakinkan diri jika telinga nya tak salah mendengar dan otak nya tak salah menerima informasi.
"Bilang sekali lagi Gee" pinta Shani
"Bawa aku pergi dari sini Shani, kemanapun asal sama kamu. Cuma sama kamu"
__
Setelah menjalani pemeriksaan oleh dokter, Gracia kini tengah duduk bersandar di tempat tidur nya. Sementara Shani sedang duduk di hadapan Gracia membawa semangkok bubur untuk makan malam Gracia.
"Aaa dulu gee" ucap Shani sambil menyodorkan sendok berisi bubur.
Gracia menutup mulutnya, tanda penolakan "gak enak!" Ucap Gracia cepat.
"Mau sembuh gak?" Ucap Shani "makan dulu yaa"
Gracia tetap menggeleng, membuat Shani harus berusaha ekstra membujuk Gracia.
"Shopping 3 jam beli apapun yang kamu mau"
Mata Gracia sedikit berbinar mendengar kata Shopping yang di ucap Shani barusan. Namun ia tetap pada pendirian nya.
"Ndak mau!!" Ucap Gracia sambil menggeleng seperti anak kecil.
"Jalan-jalan ke Bali, atau jogja" tawar Shani lagi.
Gracia berfikir sejenak lalu menggeleng cepat "gak! Gak enak bubur nya"
Shani berfikir sejenak, mencari hal yang paling Gracia sukai. Dan bisa di jadikan bahan negosiasi.
Shani tersenyum saat mendapat sebuah ide "Nonton teather idol grup favorit kamu"
Dengan sekuat tenaga Gracia menggeleng namun lisan nya malah berkata "Deal!!!"
Shani terkekeh melihat tingkah gadis di hadapan nya ini. Rasanya melihat gadis nya tertawa merupakan sebuah kebahagiaan yang tiada tara bagi Shani.
Shani berhasil menyuapi Gracia sekalipun hanya lima sendok saja. Tak lupa Shani memberikan obat yang sudah di siapkan oleh dokter untuk Gracia.
"Nah anak bayi, sekarang tidur ya" ucap Shani lembut lalu berdiri, hendak membantu Gracia menurunkan tempat tidur nya.
"Enak aja bayi" protes Gracia yang kini mendongak menatap Shani.
Belum sempat Shani melakukan niat awal nya, Suara ketukan pintu membuat Shani menoleh sekilas.
"Gre" Ucap Harlan bersama Vani yang kini masuk bersamaan.
Tubuh Shani ditarik paksa oleh Gracia yang kini menyembunyikan wajah nya di pelukan Shani, kedua tangan Gracia mencengkram erat kaos Shani.
Shani langsung mendekap erat Gracia dengan sebelah tangan nya, sambil menatap penuh tanya.
"Shan, gre udah makan?" Tanya Vani yang kini diam. Ia menyadari bahwa Gracia masih enggan bertemu dengan dirinya, juga Harlan.
"Udah ma" jawab Shani pelan.
"Obat nya udah juga?" Lanjut Vani bertanya.
"Sudah juga ma"
"Gre papa mau bicara" ucap Harlan namun Gracia menggeleng di pelukan Shani.
Harlan mendesah lelah, ia menunduk sejenak lalu kembali menatap Gracia.
"Papa sama mama di luar kalo kamu butuh apa-apa"
Harlan dan Vani beranjak pergi dan menutup pintu dari luar.
"Gee" Shani mengusap lembut kepala Gracia "kenapa mm?" Tanya nya membuat Gracia mendongak.
Gracia Menatap Shani seperti anak kecil yang sedang ketakutan.
"Aku benci papa"
Kalimat Gracia membuat Shani tercengang, ia tak mengerti mengapa Gracia bisa berkata demikian.
"Kenapa gee?" Tany Shani yang kini menangkup kedua pipi Gracia.
"Karena papa yang bikin kamu ninggalin aku"
Shani menutup mata seraya menarik Gracia ke dalam pelukan nya. Shani tidak tau kapan Gracia mengetahui hal ini. Namun satu hal yang Shani yakini, bahwa kedepan nya akan semakin sulit.
Shani harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, di masa depan nanti.
__
Seminggu berlalu....
Kondisi Gracia sudah jauh lebih dari sebelum-sebelum nya. Hari ini ia sudah bersiap untuk pulang, karena dokter sudah mengatakan bahwa Gracia sudah boleh pulang dan istirahat di rumah.
"Cici..."
Shani menoleh pada gadis yang kini duduk di sisi ranjang. Menatap Shani yang sedang merapikan barang bawaan nya.
"Kenapa Gee?" Jawab Shani lembut.
"Gapapa, manggil aja"
Gak jelas!!
Shani menggeleng sambil terkekeh pelan. Melanjutkan kegiatan nya, hingga selesai.
Shani menghampiri Gracia, mengusap lembut rambut gadis itu lalu menjatuhkan ciuman singkat di pipi kanan nya.
"Pipi nya udah gembul lagi" ledek Shani sambil menusuk-nusuk pipi Gracia dengan telunjuknya.
"Ihh cici rese" ucap Gracia sambil berusaha menahan tangan Shani agar tidak menyentuh pipi nya, namun kini malah menarik hidung mancung Gracia.
"Mancung banget idung"
"Sakiiitttt" rengek Gracia membuat Shani gemas dan langsung menarik nya dalam pelukan.
"Cici jangan jauh-jauh dari aku" bisik Gracia sambil menikmati dekapan Shani.
"Gak akan" jawab Shani cepat penuh keyakinan.
"Apapun yang terjadi, tolong jangan pernah tinggalin aku lagi"
Shani dengan sabar mengusap punggung Gracia, lalu naik mengusap kepala belakang nya.
"Tidak akan pernah Shania Gracia. Tidak akan!"
= Tbc =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro