Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1


= Selamat membaca =

_________________________







Berbicara tentang sebuah kata sederhana yang memiliki banyak makna, sebuah kata yang memiliki peran penting dalam hidup setiap manusia. Sebuah kata yang biasa di sebut dengan Cinta, memanglah tidak sesederhana kata nya, karena Cinta itu sendiri terlalu luas artian nya.

Cinta itu memiliki banyak makna, cinta itu memiliki banyak kisah, tergantung bagaimana semesta menulis jalan cerita setiap manusia nya.

Demikian pula tentang kisah ini, Salah satu kisah Cinta yang tertuang dalam tulisan sederhana, dipersembahkan untuk para pejuang cinta yang sesungguh nya. Yang entah bagaimana cara nya bisa bertahan dalam cinta yang mustahil adanya.

Tapi bukan kah selalu ada keajaiban yang terjadi karena cinta?


-Mencintai Mu adalah pilihan,
Tersakiti oleh Mu adalah resiko-



"Serius banget bun" sebuah kalimat bernada ledekan dari seorang gadis cantik yang memiliki gigi gingsul, menyapu indra pendengaran seorang gadis bernama Shani Indira Natio "serius banget sampai aku nya lumutan gara-gara di cuekin" lanjut gadis tersebut sambil cemberut.

Ekor mata Shani melirik sekilas, tertawa dalam hati melihat wajah lucu gadis di samping nya ini.

"Ck!! Aku tuh ngomong sama kamu, bukan sama tembok, Indira!" sang Gadis mencebik, kesal rasanya ketika melihat Shani lebih memilih sibuk dengan novel nya sejak dua jam yang lalu.

Kedua tangan gadis tersebut meremas sprei guna menyalurkan kekesalan nya "aargggghhh aku balik aja! Mau ngambek! jangan di cegah" Ancam sang gadis membuat Shani kembali tertawa dalam hati. Apalagi ketika sang gadis yang mengancam akan pergi, nyatanya tak beranjak sama sekali.

Mata Shani mulai menghianati novel yang sedang di baca nya, beralih menatap gadis di samping nya yang sudah kesal setengah mati.

"Kenapa sih hmm?" Tanya Shani lembut sambil menarik pelan pipi lawan bicara nya.

"Ish!! Kamu tuh bisa gak sih gak baca novel, koran atau buku sehari.... aja" keluh nya di akhiri dengan dengusan kasar "ajak aku jalan-jalan kek, aku bosan tau" lanjutnya yang kini bahkan lebih mirip rengekan "ayo iihhh... sebelum aku beneran lumutan" manjanya.

Shani terkekeh pelan, lalu menyimpan novel nya di atas meja, ia segera memfokuskan diri pada gadis yang sedang merajuk di hadapan nya ini "mau kemana mm?" Tanya Shani sambil mengelus rambut hitam yang sengaja dibiarkan terurai oleh pemiliknya.

"Mau ke mall, mau nonton, mau makan, mau makan, mau makan, pokoknya jalan-jalan aja" rengek nya sambil bergeser memeluk Shani.

Dengan senang hati Shani membalas pelukan gadis ini, Sambil tersenyum tipis seraya mengangguk.

Tak ingin berdebat lebih lama, ia segera melepas pelukan nya "ayo!" Ajak nya sambil beranjak dari tempat nya, mengambil dompet serta kunci mobil diatas meja "yuk berangkat" ucap nya membuat sang gadis mengangguk semangat, seraya tersenyum senang.

Keduanya berjalan keluar dari kamar Shani.

Shani menggandeng erat tangan gadis tersebut lalu dirubah posisinya menjadi merangkul mesra pundak sang gadis. Senyum tipis namun terkesan penuh makna dan tatapan memuja tak jarang Shani layangkan pada gadis mungil di sampingnya ini, gadis yang memiliki nama lengkap Shania Gracia. Gadis yang selalu mampu membuat hati dan perasaan Shani terbang tinggi menyentuh angkasa.

Gadis yang juga mampu membuat perasaan nya jungkir balik dalam hitungan detik, seperti saat ini.

"Abang!" Teriak Gracia antusias, sukses membuyarkan sesi pemujaan Shani terhadap Gracia.

"Haii Gracia" sapa seseorang yang dipanggil Abang tadi.

"Kangeen" rengek nya seraya berlari kecil menghampiri sosok Bernama Bobby Natio tersebut, lalu menghambur ke pelukan nya.

Ini yang Shani tidak suka, hati nya selalu bertindak lebih dulu sementara otak nya masih mencerna. Mencerna apa yang terjadi, hingga hati nya merasa tidak nyaman dan sesak seperti ini.

"kok abang baru keliatan sih?" Tanya nya seraya menarik diri, lalu mendongak menatap Bobby yang posturnya lebih tinggi dari Gracia "kayanya udah lama banget gak ketemu, sombong banget sama aku" lanjutnya sambil bersedekap dada sambil cemberut manja.

Bobby terkekeh, tangan kanan nya terulur mengacak rambut Gracia sekilas "Abang kan kerja" ucap nya lalu menyentuh ujung hidung mancung Gracia dengan ujung jari nya "mau kemana nih? cantik banget" Lanjutnya bertanya seraya tersenyum, sekilas menatap Shani lalu kembali fokus pada gadis di hadapan nya.

Sementara shani hanya diam tanpa kata, menikmati sesuatu tak kasat mata yang sedang meremas hati nya. Terasa begitu nyata. Kedua mata nya seolah enggan berpaling, padahal pemandangan di hadapan nya hanya membuat dada nya semakin sesak, namun ia tak bergeming.

"Mau jalan-jalan sama cici"

Shani yang sejak tadi menatap interaksi kedua nya, mulai menunjukkan pergerakan. Kaki nya melangkah dua kali, namun berhenti satu meter di belakang Gracia.

Ingin rasanya ia menarik Gracia dari hadapan Bobby kedalam pelukan nya sekarang juga, namun ia urungkan mengingat hal tersebut hanya akan sia-sia dan malah membuat masalah nantinya.

Selalu seperti ini, ketika Shani melihat interaksi Kakak kandung nya Bobby Natio, dengan sahabat nya Gracia. Dan hal itu yang selalu membuat Shani terhempas jatuh, sejatuh-jatuh nya.

Sahabat katanya.

Shani tau dengan pasti perasaan yang tak semestinya ini, perasaan yang seharus nya ia jatuhkan pada seseorang yang tak sama dengan nya, namun dengan lancangnya malah jatuh pada sosok gadis di hadapan nya.

Bukan sekali Shani mengingkari, bukan sekali ia memaki bahkan mencaci diri atas perasaan nya ini. Bahkan sering kali berakhir dengan kata Frustasi, namun untung nya akal sehat nya masih bekerja maksimal hingga ia tidak sampai berniat mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Shani bukan tidak berusaha membuang semua perasaan ini, Shani pernah mencoba, sering mencoba, sedang mencoba, dan selalu mencoba. Namun nyatanya Membuang perasaan ini sama saja mematikan semua fungsi hati, yang kini seolah berpusat pada satu nama yaitu Shania Gracia.

Gadis unik dengan sejuta pesona.

Jika bisa dan boleh memilih, Shani tak ingin berada di situasi ini. Ia ingin sekali cinta nya terbalas pasti, ia ingin rasa nya terbalas nyata. Namun apa daya, Cinta itu malah berlabuh bukan pada yang semesti nya, sehingga kemungkinan untuk patah hati lebih besar di banding kemungkinan untuk diterima.

"Sana berangkat, abang mau keluar kota nih" titah Bobby yang diangguki Gracia seraya tersenyum tengil.

"Oleh-oleh jangan lupa yaa... awas kalo gak bawa" ancam nya membuat Bobby lagi-lagi terkekeh.

Sekilas Bobby mengusap puncak kepala Gracia, sebelum berkata "Iyaa dong pasti, kamu tenang aja ya"

"Aw senang nyaa..."girang Gracia "yaudah dadah abang jelek" Ucap Gracia meledek Bobby, lalu berbalik menatap Shani.

"Ayo cici" ajak nya seraya mendekat, lalu merangkul tangan Shani mesra, menarik nya berjalan melewati Bobby, sang kakak.

Shani hanya menatap Bobby dengan ekor mata nya, tanpa berniat berbasa basi lebih banyak selain kata "Duluan kak" sebagai tanda pamitnya.

Mengagumi dalam diam, mencintai dalam senyap, merindu dalam hening, berharap dalam tatap. Menunjukkan rasa dalam sikap, memperhatikan dengan lekat dan memprioritaskan setiap saat. Selalu dan selalu hanya hal-hal tersebut yang bisa Shani lakukan untuk menunjukkan Rasa, yang mungkin tak akan pernah terbalas oleh sang pemilik rasa itu.

Namun satu hal yang masih Shani yakini sampai detik ini, dia berusaha Ikhlas jika Cinta nya tak terbalas, karena cinta tak harus selalu memiliki bukan?.

Namun sampai kapan kalimat penenang itu akan bekerja menguatkan dirinya? Sementara setiap malam dia selalu menyelipkan nama Gracia dalam do'a, meminta pada yang Kuasa untuk balasan cinta nya.

Lalu dimana letak Ikhlas nya?.

Shani tidak menampik jika ia disebut manusia munafik, karena nyata nya kalimat yang keluar dari bibirnya tak selalu sejalan dengan hati nya.

"Kamu kok diem terus ci?" Tanya Gracia sambil menatap lekat wajah Shani dari samping, membuat mata indah Shani menghianati jalan raya, lalu menatap Gracia sekilas saja.

"Ya masa aku teriak-teriak gee" jawab Shani yang mengundang dengusan kasar dari Gracia.

Tidak taukah Gracia, bahwa Shani sedang mengumpulkan puing-puing hati yang sempat tercecer dirumahnya tadi?

"Ish!! Gak gitu maksud aku" ucap nya seraya melipat kedua tangan di depan dada "cuekin aja aku nya cuekin" lanjutnya dengan bibir yang kini mengerucut.

Shani tertawa dalam hati, tingkah gadis yang umur nya lebih muda dari dirinya ini selalu saja membuat perubahan ekstrim di hati Shani.

Sesuatu tak kasat mata yang sempat meremas hati nya tadi, seolah hilang oleh sikap gadis di samping nya ini.

Shani tak kuat jika harus mendiam kan nya lebih lama lagi.

Tangan Shani terulur menarik sekilas pipi Chubby Gracia, gemas sekali rasanya jika ia tidak melakukan hal itu "gak usah Cemberut gitu, jelek" ledek Shani.

Gracia mengusap pipi nya seraya berkata "Ish gak usah cubit-cubit kamu tuh, melar pipi aku nanti" protes nya namun tak di hiraukan oleh Shani.

Shani fokus pada kemudi nya, membiarkan gadis disamping nya melakukan hal apapun sebagai luapan kekesalan nya.

Shani memarkirkan mobil nya di parkiran sebuah Mall, mematikan mesin lalu menatap Gracia "Ayo turun" ucap Shani namun hanya mendapat gelengan di sertai bibir yang masih saja cemberut.

Dasar Gadis ngambekan.

Shani tersenyum tipis, tangan nya terulur melepas sabuk pengaman, membuka pintu mobil lalu menutup nya dari luar.

Dengan langkah pasti ia memutar kedepan, membuka pintu untuk Gracia lalu menunduk sedikit "Mari turun tuan putri yang cantik" ucap Shani lembut, sambil mengulurkan tangan nya seraya tersenyum manis.

Gracia mengulum senyum nya beberapa detik "gitu dong peka" gumam nya lalu menyambut uluran tangan Shani, Segera Shani menutup pintu setelah Gracia keluar. Kedua nya berjalan dengan tangan Shani yang menggenggam tangan gracia sepanjang jalan menuju tempat tujuan.

"Mau makan dulu?" Tanya Shani membuat gadis yang kini bergelayut manja di samping nya mengangguk.

"Aku laper tau, gara-gara nunggu kamu kelar baca satu buku" adu nya membuat Shani memutar bola matanya malas.

"Padahal aku yang baca" cibir Shani

"Kan nunggu itu butuh energi ci"

"Sama seperti nunggu kamu" gumam Shani pelan.

"Hah?" Tanya Gracia sambil menatap Shani "kamu ngomong apa kumur-kumur sih?" Tanya Gracia.

"Sama aku juga laper" ucap Shani, namun tak sama dengan kalimat sebelumnya.

"Iyalah, kamu kan makan nya jarang-jarang" ledek Gracia "ayo makan Sushi" ajaknya.

Sementara Shani hanya mengangguk sebagai jawaban.

Keduanya kemudian masuk ke restoran yang Gracia mau, lalu memesan makanan.

Tak berselang lama, makanan yang mereka pesan pun tiba.

Gracia fokus menikmati makanan yang tersaji di hadapan nya, sesekali mengangguk-ngangguk saat merasakan sensasi rasa dari sesuatu yang di kunyah nya.

Berbeda dengan Gracia, Shani sejak tadi menikmati pemandangan di hadapan nya, menatap dengan lekat bagaimana cara Gracia memasukkan makanan ke mulutnya, memperhatikan dengan seksama bagaimana gadis itu mengunyah makanan nya. Tidak ada yang istimewa memang, hanya saja Shani senang memperhatikan apapun tentang gadis nya itu.

Mohon maaf ralat, gadis di hadapan nya.

"Emang kalo bengong sambil ngeliatin aku bakal kenyang ya ci?"

Lagi, kalimat sindiran gracia membuyarkan sesi pemujaan Shani terhadap dirinya.

Namun bukan Shani namanya jika tak pandai mengendalikan diri.

"Aku menikmati makanan nya, emang kamu yang makan kaya kesurupan"

Gracia memutar bola matanya malas "udah ketauan ngeliatin juga, gak mau ngaku" cibir nya.

Shani hanya mengangkat bahu nya acuh, dia lebih memilih menggerakkan sumpit di tangan nya lalu mencapit Sushi, tak ketinggalan ia celupkan dulu kedalam wadah kecil berisi kecap asin, sebelum menyantap nya.

"Eh cii, kamu pernah ngerasain gak sih rasanya kangen terus sama seseorang dan rasanya kaya pengen ketemu dan deket terus"

"Sering, sama kamu" jawab Shani cepat, namun dalam hati. Sementara bibir nya berucap "Kenapa emang nya?" Tanya Shani mencoba mengikuti alur cerita lawan bicara nya.

"Ya gak kenapa-kenapa, kata artikel yang aku baca sih, itu tanda-tanda jatuh cinta" ucap Gracia diakhiri dengan senyum malu-malu nya. Seolah dirinya sedang membayangkan seseorang yang ia suka berada di hadapan nya.

Shani sebenarnya tak suka topik seperti ini diangkat ke permukaan saat mereka sedang berdua, dan jika shani boleh melayangkan protes maka ia ingin berkata 'Jangan bicarain orang yang lagi loe suka di depan gue'. Namun lagi-lagi itu hanya terlintas di dalam hati.

"Kamu jatuh cinta sama siapa?"

Kalimat tanya yang Shani keluarkan, mengandung rasa sesak yang tak bisa ia ungkapkan.

"Ada deeeh" jawab Gracia tanpa dosa "kamu juga nanti tau dia siapa"

Semoga jika hari itu tiba, Shani tidak khilaf melenyapkan orang yang sudah berhasil mendapatkan hati gadis di hadapan nya.

"Kam-

"Hai Shani"

Ucapan Gracia terpotong. Shani dan Gracia kompak menoleh pada sumber suara. Senyum manis Shani tunjukkan kala orang tersebut berdiri di samping nya.

Namun berbeda dengan Shani, Gracia malah menunjukkan tatapan dan sikap yang seolah tak suka melihat seseorang yang kini dengan santai nya mengobrol dengan Shani.

"Haii Nin, sama siapa?" Tanya Shani

"Sendirian nih, kebetulan abis beli buku" jawab Anin "mm haii Gre" sapa nya pada Gracia.

Respon gadis itu hanya berdehem sambil menatap tak bersahabat seraya berkata dalam hati...."Telat banget"

"Loe udah makan ? Mau gabung gak?"

Prak.

"Upss"

Shani dan Anin kompak menoleh saat Gracia menjatuhkan Sumpit nya keatas piring sehingga menimbulkan suara cukup keras.

"Sorry, gak sengaja" ucap nya singkat namun penuh penekanan.

Shani menyadari ketidaksukaan Gracia pada Gadis yang kini terlihat salah tingkah di sampingnya.

"Gue udah makan Shan, lagian gue juga lagi buru-buru" ucap Anin yang ingin segera keluar dari zona mencekam ini "duluan ya, Shan, Gre" pamit nya.

"Hati-hati ya Nin" ucap Shani yang di jawab senyuman tipis oleh Anin.

Sementara Gracia tak berniat merespon apa-apa.

Anin pun berlalu.

Shani menatap intens pada gadis di hadapan nya, ia menaikkan sebelah alisnya. Heran melihat perubahan sikap Gracia yang tiba-tiba.

"Ngapain sih so so nawarin orang lain, udah tau kita lagi makan berdua" kesal Gracia, tanpa memandang Shani sama sekali.

"Aku kan cuma basa basi Gee" ucap Shani mencoba tenang menghadapi sikap kekanakan gracia.

"Tetep aja, kalo dia beneran mau terus nanti malah ngajak ngobrol kamu. Aku di cuekin gitu?" Ucapnya sambil mengambil kembali sumpit nya, menyapit sushi dihadapan nya dengan sedikit kasar lalu mengunyah nya dengan cepat. Meluapkan kekesalan nya pada Sushi yang tak berdosa.

"Lalu apa bedanya sama kamu yang malah bahas orang lain saat kita bersama?" Tanya balik Shani.

Gerakan tangan Gracia terhenti, disimpan nya sumpit tersebut lalu menatap tak terima pada Shani "kok kamu jadi bahas-bahas hal itu sih?" Kesal Gracia dengan intonasi yang mulai meninggi.

"Loh sama-sama gak suka kan? Kamu gak suka aku ajak Anin, aku juga gak suka kamu bahas orang lain" jawab Shani dengan masih mempertahankan sikap santai nya.

"Oh jadi kamu emang pengen makan bareng dia? Kenapa gak bilang langsung tadi" sewot Gracia "biar aku aja yang pergi" jawab nya ketus.

Shani menghela nafas dalam "bukan itu poin nya Gee" bela Shani.

"Halah!, Gak perlu banyak alesan. Aku kenyang"

Gracia berdiri dengan sekali gerakan, hendak meninggalkan Shani yang masih duduk di tempatnya.

"Gee mau kemana? Tunggu!"

"Gak! Sana kamu makan sama cewek itu" ucap nya seraya meninggalkan Shani, membuat Shani buru-buru mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyimpan nya diatas meja.

"Gee tunggu, Graciaa" panggil Shani sambil mengejar Gracia.

Shani berusaha terus mengejar Gracia, dengan sedikit berlari akhirnya Shani berhasil meraih tangan Gracia, lalu menggenggam nya dengan kuat.

"lepasin!!"

Gracia mencoba melepas tangan nya, namun Shani lebih kuat mencekal tangan nya, menarik Gracia dan membawa nya ke parkiran dimana mobil nya berada.

Sekali Klik Mobil Shani berbunyi, Shani membuka pintu dan mempersilahkan Gracia masuk. Segera ia menutup pintu lalu berputar kedepan dan masuk ke kursi pengemudi.

"Gee lihat aku" ucap Shani dengan nada memohon.

Yang di ajak bicara malah memalingkan wajah nya kesamping sambil melipat kedua tangan nya di depan dada.

"Aku minta maaf kalo aku salah, aku gak pernah berniat untuk mengajak Anin makan bareng kita. Tadi hanya sekedar basa-basi karena gimana pun juga dia temen aku"

Kalimat Shani seolah alunan nada sumbang di telinga Gracia, ia masih diam tak bergeming. Melangsungkan aksi protes sebagai ungkapan kekesalan nya.

"Gee... dengerin aku ya. Kamu cuma salah faham aja. Aku gak maksud bikin kamu marah"

Gracia masih diam. Cukup sulit memang membujuk gadis ini, namun bukan Shani namanya jika menyerah begitu saja.

Shani menutup mata sejenak guna meredam emosi nya, bagaimanapun Gracia adalah orang yang sangat Shani sayangi, dan jangan sampai Shani tak bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Sayang, liat aku"

Suara Shani berubah menjadi alunan merdu di telinga Gracia, membuat pertahanan Gracia goyah hanya karena kata Sayang yang jarang ia dengar dari Shani, namun selalu sukses membuat ia bahagia ketika mendengarnya.

Seutas senyum terbit di sudut bibir Gracia, sekuat tenaga ia tahan agar tidak mengembang sempurna

"aku gak suka kamu dekat-dekat sama cewek itu"

EGOIS!!

Shani hanya mengangguk, sekalipun tak di lihat sama sekali oleh Gracia "Aku gak deket sama dia, cuma sebatas kenal karena dia temen sekelas aku dari dulu"

"Tapi kayanya dia suka sama kamu"

Ini yang Shani tak suka dari gadis disamping nya, ia tau dengan pasti tentang perasaan Shani pada dirinya. Karena Shani sudah pernah mengungkap kan semua nya tanpa ada yang di tutupi.

Awal nya Gracia memang kaget, kesal, marah dan mungkin kecewa, bahkan ia tak mau bertemu Shani untuk beberapa waktu. Namun dengan kegigihan nya Shani berusaha meyakinkan bahwa rasanya ini tulus, tidak menuntut jawaban bahkan balasan. Shani hanya ingin mengungkapkan apa yang ia rasakan selama ini. Hingga akhirnya Gracia membiarkan Shani mencintai sendirian.

Namun sikap ambigu Gracia selalu membuat Shani dilema setengah mati, apalagi Gracia selalu membatasi siapapun yang dekat dengan Shani, ia tak suka siapapun merebut perhatian Shani.

Dan jika seperti ini terus, bagaimana Shani bisa melupakan perasaan nya pada Gracia?

"Kamu tau dengan jelas rasa aku berlabuh pada siapa, dan kamu tau dengan pasti siapa sesungguh nya pemilik hati ini"

Ekspresi Gracia berubah sendu, hatinya sedikit tersentak karena kalimat Shani. Ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis, saat ia sadar bahwa ia sudah egois.

"Maaf" lirih nya seraya menunduk.

Shani menghembuskan nafas kasar, perlahan tubuh Shani bergeser, lalu menarik Gracia dalam pelukan nya "gak perlu minta maaf ya" ucap nya lembut seraya mengusap kepala Gracia.

Gracia mulai membalas pelukan Shani "aku egois ya?" Lirih Gracia disela pelukan nya "maaf Indira hikss" lanjutnya.

Shani menjatuhkan ciuman di puncak kepala Gracia cukup lama, tangan nya masih mengusap lembut punggung Gracia, seraya berkata "Bukan kamu yang salah, disini Aku yang salah, sudah ya jangan dibahas lagi. Aku minta maaf"

Kalimat Shani tak lagi mendapat balasan, keduanya saling berpelukan, sambil menikmati perasaan yang semakin tak karuan.

Satu kelemahan terbesar Shani Indira adalah...

Shani tidak pernah membiarkan Gracia merasa bersalah dan ia lebih memilih menyalah kan diri sendiri.


= Tbc =

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro