Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9☂️

Kita Bisa Pergi Nanti


"Dia?" tanya Si Alan menunjukku dengan dagunya.

"Iya, cewek itu, dia siapa?" Sekarang pria yang menyeramkan itu berjalan masuk ke dalam kamar milik Si Alan.

"Dia temanku."

"Temanmu?" Pria yang menyeramkan itu mendengus seraya menatap padaku.
Aku takut, pria menyeramkan itu benar-benar menakutkan. Siapa pria menyeramkan yang ada di hadapanku ini?

"Pergi dari sini!" teriak pria menyeramkan itu tepat di depan wajahku. Aku benar-benar kaget mendengar suaranya yang sangat mengelegar itu, memenuhi seisi ruangan. Aku tambah takut setelahnya, kutatap wajah Si Alan. Bingung, dengan apa yang sebenarnya terjadi. Terutama kenapa ada pria menyeramkan itu di sini.

"Pergi!" lolong pria menyeramkan itu lagi, padaku, seperti seekor anjing penjaga rumah, yang tidak suka jika ada orang asing di sini. Mungkin itu yang dimaksud oleh pria menyeramkan itu, dia tidak suka padaku, dia juga tidak senang aku di berada di rumah ini. Jadi aku harus segera pergi.

Aku menatap Si Alan, dia mengangguk pelan, mengijinkanku untuk pergi. Saat keluar pintu sudah ada seorang pembantu yang menuntunku ke arah pintu depan. Rumah ini memang sangat besar, jadi aku lupa jalan menuju pintu depan. Aku tidak tahu apa yang terjadi antara Si Alan dan pria menyeramkan itu. Samar-samar aku hanya mendengar suara teriakan pria menyeramkan itu dari kamar milik Si Alan tadi.

Aku sedih karena harus pulang lebih cepat dari sana. Gara-gara ulah pria menyeramkan itu, aku tidak jadi makan siang bersama Si Alan. Padahal aku penasaran, makanan seperti apa yang Si Alan itu makan. Aku sudah membayangkan, ada meja makan yang besar, dipenuhi oleh makanan yang enak-enak. Sekarang aku jadi lapar.
Untung saja Pak Sopir di rumah Si Alan mau mengantarku pulang. Lumayan, aku bisa menyimpan uang ongkos naik angkot.

"Pak Sopir," seruku di tengah perjalanan menuju rumahku.

"Iya, ada apa, Dek?" sahut Pak Sopir masih fokus mengemudi di depan sana.

"Pria menyeramkan di rumah Si Alan. Siapa ya, Pak?"

"Pria menyeramkan?"

"Iya, Pak. Soalnya pria itu memang menyeramkan. Kalau menyenangkan, aku panggilnya pria menyenangkan bukan pria menyeramkan."

"Siapa maksud kamu, Dek?"

"Itu lho, yang tiba-tiba masuk kamar Si Alan. Pria menyeramkan itu punya kumis yang aneh."

"Kumis yang aneh?" Pak Sopir itu malah tertawa mendengar penjelasanku tentang pria menyeramkan tadi. "Kayaknya, yang kamu maksud Bapak Fuza, ya?"

"Bapak Fuza?"

"Iya, Bapak Fuza, dia pemilik rumah itu. Dia papanya Den Alan."

"Jadi pria menyeramkan itu ayahnya Si Alan?"

Aku terdiam membisu. Bagaimana bisa pria yang menyeramkan tadi adalah ayahnya Si Alan? Mereka benar-benar berbeda. Aku tahu kalau anak dan ayah tidak harus mirip. Tapi mereka benar-benar sangat berbeda. Tidak ada miripnya sama sekali. Tidak mungkin pria yang menyeramkan itu ayah dari Si Alan.

"Ayah kandung?" tanyaku hati-hati.

"Bukan, setahu saya, Bapak Fuza itu ayah tirinya Den Alan. Orang tua kandung Den Alan sudah cerai. Den Alan ikut ibunya yang nikah lagi sama Bapak Fuza."

"Pria menyeramkan itu orang Palembang?"

Pak Sopir itu menggeleng cepat. "Bapak Fuza orang Bogor. Makanya Nyonya sama Den Alan pindah dari Palembang ke sini sejak Nyonya nikah sama Bapak Fuza."

"Pantesan."

"Pantes kenapa, Dek?"

"Muka mereka beda sekali. Si Alan cakep banget. Masa bapak kandungnya pria menyeramkan itu. Mana suka marah-marah lagi. Pasti gak enak punya ayah kayak Bapak Fuza."

"Tapi Bapak Fuza kaya raya, Dek. Lihat saja rumahnya, sudah seperti istana 'kan?"

"Buat apa kaya raya kalau suka marah-marah. Aku sih, gak mau punya ayah kaya raya yang suka marah."

"Saya juga gak mau sih," timpal Pak Sopir menganggukan kepalanya setuju.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro