Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14 ☂️

Pangeranbulan

Pulang sekolah aku kaget saat tiba-tiba seorang sopir menghampiriku. Badannya tinggi, besar dan memakai pakaian jas rapi serba hitam. Aku mengenalnya, dia adalah sopirnya Si Alan yang pernah mengantarku pulang.

"Kamu temannya Den Alan 'kan? Apa kamu melihat Den Alan tadi?" tanya Pak Sopir padaku terlihat cemas.

Aku memang pulang agak telat. Sekolah sudah sepi. Sebenarnya tadi aku mengurung diri di UKS sekolah. Aku malu jika harus mengikuti kelas dengan keadaan seragamnku yang basah kuyup. Jadi aku menunggu di sana hingga pulang sekolah tiba.

Apa jangan-jangan Si Alan masih di atap sekolah ya? Apa dia juga malu masuk kelas karena seragamnya yang basah? Sekarang aku ikut-ikutan merasa cemas seperti Pak Sopir. Aku harus mengeceknya di sana.

Aku buru-buru berlari kembali ke dalam gedung sekolah. Menuju atap. Pak Sopir mengekoriku dari belakang. "Tadi aku bertemu Si Alan di atap," ucapku tergesa-gesa seraya menaiki anak tangga.

Saat hendak menuju atap sekolah. Pintu yang menjadi akses ke sana terkunci. Mungkin penjaga sekolah sudah menguncinya. Aku berpikir untuk menemui penjaga sekolah. Tapi Pak Sopir tidak sabaran. Jadi dia mendobrak pintu dengan keras. Tenaga dia sangat kuat. Tak butuh waktu lama. Pintu itu akhirnya terbuka juga.

Kali ini aku yang mengekori Pak Sopir menuju atap sekolah. Aku melebarkan mata tidak percaya. Di sana, Si Alan tergeletak tak sadarkan diri. Badannya basah kuyup.

Pak Sopir bergegas menghampiri Si Alan. Dia terlihat sangat kuatir melihat keadaan Si Alan yang seperti itu. Wajahnya pucat dan tubuhnya sedingin air hujan. Pak Sopir dengan cekatan segera membopong tubuh Si Alan. Lalu buru-buru menuju mobil di bawah.

"Si Alan mau dibawa kemana?" tanyaku pada Pak Sopir yang sudah memasukan Si Alan ke dalam mobil.

"Rumah sakit, kamu mau ikut?" tawar Pak Sopir padaku. Aku balas menginyakan dan ikut masuk ke dalam mobil. Aku duduk di samping Si Alan yang sedang tidak sadarkan diri itu.

Ketika dalam perjalanan Pak Sopir sepertinya sedang menelpon seseorang. Aku dapat mendengar sekilas kalau itu adalah suara wanita. Pak Sopir juga memanggil wanita itu dengan sebutan 'Nyonya'.

Kami pergi ke rumah sakit paling besar di kota Bogor. Memasuki wilayah gedung VVIP. Kami langsung disambut oleh beberapa perawat di sana. Si Alan pun kini dibawa pergi oleh mereka ke dalam rumah sakit. Aku dan Pak Sopir mengikuti dari belakang.

"Si Alan bakal baik-baik saja 'kan?" tanyaku pada Pak Sopir. Kini kami sedang duduk menunggu di luar ruangan dimana Si Alan di rawat.

"Dia sepertinya hanya pingsan. Sudah biasa dia seperti ini," jawab Pak Sopir.

"Sudah biasa?" heranku yang mendengar ucapan Pak Sopir. Sudah biasa apanya?

"Iya, terakhir kali, Den Alan tenggelam di kolam renang. Itu minggu lalu."

"Si Alan... mau bunuh diri ya?"

Pak Sopir terlihat berpikir sejenak. "Sepertinya iya, entah kenapa Den Alan selalu mencoba untuk bunuh diri. Padahal hidupnya sudah sangat bahagia. Den Alan punya orang tua yang kaya raya. Kadang aku kesal kalau mengingatnya. Aku yang hidup seperti ini saja selalu berusaha untuk berjuang. Tapi Den Alan yang punya segalanya mau-maunya bunuh diri. Kalau aku jadi dia," ucapan Pak Sopir terpotong oleh kedatangan seorang wanita.

"Nyonya," sambut Pak Sopir berdiri dari tempat duduknya.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro