10 ☂️
Cerita Itu Hanya Dogeng
Setelah mengantarku pulang. Pak Sopir langsung pamit pergi. Ibuku, yang kebetulan sedang menyiram bunga-bunga di halaman depan rumah. Menatapku dengan penuh tanya.
"Itu tadi siapa?" tanya ibuku yang penasaran.
"Pak Sopir, memangnya ada apa, Bu?"
"Pak Sopir?"
"Iya Pak Sopir."
"Sopir apanya?"
"Ohh, sopirnya Si Alan, teman aku di sekolah, Bu."
"Si Alan itu kok gak disuruh mampir dulu," komentar ibuku yang kini melanjutkan kegiatan menyiram tanaman bunga-bunga kesayangannya itu.
"Si Alan-nya gak ada, Bu. Tadi aku diantar sama sopirnya aja. Soalnya Bapak Fuza marah-marah suruh aku pergi."
"Kamu diusir?" tanya ibuku yang kali ini menatapku dengan alis berkerut.
"Gak tahu sih, Bu. Tadi Bapak Fuza marah sama aku, dia teriak suruh aku buat pergi. Jadinya aku diantar pulang deh sama sopirnya Si Alan."
"Bapak Fuza itu siapa?"
"Oh itu, dia ayah tirinya Si Alan."
"Jadi ayah tirinya Si Alan temen kamu itu, usir kamu dari sana?"
"Ck, ck, bisa-bisanya ada orang seperti itu," decak ibuku menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Tapi Si Alan baik kok, Bu. Cuma Bapak Fuza aja yang jahat. Kalau Si Alan datang ke rumah ini jangan diusir ya, Bu."
Ibuku tertawa kecil. "Ya gak lah. Kalau temen kamu Si Alan itu sopan, ya gak bakal ibu usir juga."
"Memangnya kamu gak sopan ya? Waktu di rumah teman kamu Si Alan itu. Kok bisa di sampai diusir sama Bapak Fuza?"
Sekarang aku malah berpikir tentang apa yang aku lakukan di rumah Si Alan. Jangan-jangan Bapak Fuza marah gara-gara aku telah berani masuk ke kamar Si Alan.
"Hmm, tadi aku masuk ke kamarnya Si Alan sih, Bu."
"Kamu juga, kenapa masuk ke kamarnya temen kamu Si Alan itu?"
"Tadinya Si Alan mau kasih aku buku. Bukunya di kamar dia. Terus habis itu ajakin aku makan siang di sana. Tapi gara-gara ada Bapak Fuza jadinya Si Alan cuma bisa kasih aku buku, makan siangnya gak jadi deh." Aku menunjukan buku yang Si Alan tadi berikan pada ibuku.
"Judulnya memang bahasa Inggris sih. Tapi kata Si Alan isi ceritanya bahasa Indonesia. Jadi aku gak perlu kursus bahasa Inggris dulu buat bisa baca bukunya, Bu."
"Kata Si Alan, bukunya bercerita tentang peri bunga dan seorang pangeran. Coba ibu cari deh, siapa tahu ada peri bunga di tanaman bunga-bunga kesayangan ibu itu."
Ibuku mendengus geli. "Cerita itu hanya dongeng. Tidak ada yang namanya peri bunga. Kamu belum makan siang 'kan gara-gara diusir Bapal Fuza. Sudah sana masuk ke dalam, ibu sudah masak buat kamu makan siang."
Ketika makan siang, aku menyempatkan diri untuk membaca buku yang Si Alan berikan padaku. Katanya, kita tidak boleh banyak bicara ketika sedang makan. Tapi tidak ada yang bilang untuk tidak boleh menangis saat makan. Jadi aku menangis saat itu sambil mengunyah makan siangku. Bukunya sangat sedih.
Si Alan berbohong padaku. Ceritanya bukan tentang pangeran yang tinggal di istana kerajaan. Tapi seorang pemuda desa miskin yang sering di siksa ayah tirinya.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro