Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15| Konstelasi Baru

suara,
bahasa,
dan hening
senja, bantu sampaikan
bulan, tolong beritahukan

manusia ini,
sedang jatuh cinta









Susah memang jika manusia sudah mulai jatuh cinta. Bahasa seolah-olah hilang dicuri hening. Suara dikunci hampa dan terasing. Akan tetapi, hatinya berteriak. Bahwa ia tidak suka. Ia tidak suka jika gadis yang sudah ia jatuhi cintanya dekat-dekat dengan orang lain.

Hanya terhalang pintu kelas saja, seseorang sedang menguping pembicaraan dua orang lainnya di luar kelas. Rasa penasaran yang nakal itu mengalahkan gengsinya yang tinggi.

Selepas bel pulang sekolah berbunyi, Maha langsung datang ke kelas menarik lengan Aries sedikit paksa tak memberi sedikit pun kesempatan untuk Aries memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Sudah lebih dari setengah jam, tapi obrolan itu tidak selesai-selesai.

Libra mendengkus kesal. Terdengar jelas intonasi bicara Aries tak suka.

"Ari, sore ini lo ada waktu, nggak?" tanya Maha.

"Ada apa?"

"Gue mau ngajak lo pergi lagi."

"Ke mana?"

"Ya makanya ikut kalau mau tahu."

"Nggak mau, ah. Ari capek habis olahraga."

"Bentaran aja, kok."

Jika Maha perhatikan, Aries memang terlihat sudah kelelahan, tetapi ini teramat penting baginya.

"Nanti gue teraktir makan, deh. Gimana?"

Aries terlihat ragu. Memang, baginya yang senang sekali makan, itu adalah tawaran paling menggiurkan. Hanya saja, perutnya juga memerlukan waktu untuk istirahat.

Tentu saja dari balik pintu terdapat sebuah gejolak di mana: kenapa juga ia harus peduli dengan perbincangan itu, atau kenapa juga ia harus peduli dengan gadis itu. Ya, kenapa juga ia harus? Namun, bagaimana pun ia menyangkal, tidak ada gunanya juga sebab perasaan itu terlalu nyata untuk ia anggap fana.

Setelah melakukan perdebatan cukup panjang di mana nurani keluar sebagai pemenangnya, melawan sang logika yang masih mengagungkan gengsinya yang batu itu, Libra mulai menunjukkan hidungnya.

"Kalau dia nggak mau, ya, jangan dipaksa," katanya.

Maha dan Aries terkejut. Mereka kira, Libra sudah bertolak dari beberapa waktu yang lalu, atau justru laki-laki itu juga mendengar semua pembicaraan antara sepasang manusia yang masih belum juga menemui titik terang?

Seolah semesta adalah milik berdua, orang itu merasa amat terasing ketika Libra menarik tangan Aries pergi secara tiba-tiba. Semesta seperti sedang mempermainkannya dengan persaan tak bertuan yang tiba-tiba saja singgah tanpa tahu malu.

Libra tahu, tahu persis. Ini hanya buang-buang waktu saja. Sialan. Ia jadi kesal. Ia hanya merasa, sepertinya akan terjadi hal yang buruk jika ia melepaskan gadis itu. Barang sejenak saja. Sesampainya ia dan Aries di gerbang sekolah, Libra melepaskan genggaman tangannya seraya memalingkan wajah.

"Jangan kegeeran dulu."

Aries hanya mengangguk. "Makasih, ya,"

"Nih tas lo. Bawa sendiri. Berat. Kayak yang punya."

Libra menyerahkan tas yang ia tenteng di tangan kirinya kepada si pemilik.

"Ciee, Libra perhatian ih sama Ari. Kan jadinya gemas, pengin nendang gimana gitu."

"Bego!"

"Jangan bego mulu ah panggilan sayangnya. Ari udah mulai bosan." Aries menggoda.

"Itu panggilan benci buat cewek bego yang selalu repotin gue tiap hari."

"Halah. Sayang sama benci itu, kan, beda tipis."

Hening setelah itu. Aries dan Libra saling diam satu sama lain. Hari sudah semakin, tetapi lembayung terlihat malu-malu menyapa.

"Libra, ke kedai es krim lagi yuk?" ajak Aries.

"Kali ini lo yang teraktir gue."

Sementara mereka berdua berjalan beriringan ke kedai es krim, dari jauh seorang laki-laki sedang menatap kepergian mereka berdua dengan senyum simpul tercetak. Ini akan menjadi sulit baginya.

***

Sesampainya di kedai es krim, Aries langsung duduk asal di bangku yang ada di kedai tersebut. Buku menu yang tersimpan rapi di atas mejanya langsung ia sambar cepat. Ini adalah kali keduanya Aries makan es krim di sini berduaan dengan Libra.

Sementara si laki-laki yang memang terlihat lebih santai, duduk berhadapan dengan gadis itu selang beberapa menit saja.

"Lib, Ari lagi pengin es krim ini dong," katanya penuh dengan semangat.

"Gak ada! Lo yang teraktir gue kali ini." Libra mempertegas.

"Oh iya." Aries menepuk jidatnya agak keras. "Ari baru ingat. Uang jajan Ari lagi ditahan sama si Mama. Ngeselin gak, tuh? Mana paket kuota Ari habis lagi. Belum dibeliin juga. Wifi di rumah juga, kata sandinya di ganti. Emang dasar si Mama. Sama anaknya jahat amat."

"Terus?"

"Pinjam dulu uang Libra, dong. Kataya mau di teraktir Ari kan? Nah, Ari-nya lagi gak punya uang. Jadi pinjam duit dulu buat bayar," ujar Aries sambil menyengir dengan alis yang naik turun.

"Gak usah! Biar gue yang bayar."

"Nah gitu, dong. Jadi uang jajan Ari aman."

"Lo?" Libra mengeram dengan mata tajamnya menatap gadis itu.

"Hihi." Aries cekikikkan. "Udah, ah. Jangan mandang Ari sampai segitunya. Nanti Ari baper. Perlu makan banyak."

Libra berdecak. Tangannya terlipat di atas dada. Gadis di depannya itu benar-benar sangat merepotkan, manja, kekanak-kanakan.

"Ya udah, pesan sana." Akhirnya Libra mengalah.

Senyum Aries langsung mengembang saat itu juga. "Libra mau pesan apa?"

"Samain aja," jawabnya tak acuh.

Sekarang, mata gadis itu malah memicing, menatap intens cowok ketus di depannya.

"Cie, pengin samaan aja, nih, sama Ari."

"Pesen sekarang atau bayar sendiri!" ujar Libra dua kali lebih ketus dari biasanya.

Buru-buru Aries ngacir memesan es krim sedangkan Libra menghela napas perlahan. Selang beberapa menit saja, gadis itu sudah kembali duduk di kursinya dengan dua buah eskrim yang ia bawa di tangan kanan dan kirinya.

"Nih." Seraya memberikan satu kepada Libra, ia dengan cepat menyuapkan suapan pertamanya ke dalam mulut.

"Pelan-pelan, bego!" tegur Libra yang hanya mendapatkan pengabaian dari Aries.

Libra mendengkus sekali lagi. Aries benar-benar ngeyel. Lalu, Libra memakan eskrimnya dengan tenang. Hingga saat Aries yang lebih dahulu menghabiskan eskrimnya, Libra mendongak.

"Haduh, emang ya. Rasa makanan gratis itu rasanya dua kali lebih nikmat."

Libra menarik satu sudut bibirnya ke atas saat melihat Aries yang belepotan dengan es krim.

"Lo belepotan."

"Hah?"

"Cih." Libra berdecak lagi. Lalu tanpa sepengetahuan Aries, laki-laki itu mengambil beberapa lembar tisu yang ada di atas meja, mengelap bibir gadis itu sampai bersih.

Aries membelalak. Sapuan lembut di bibirnya membuatnya bergeming di tempat seketika. Jantungnya berdebar, rasa panas pada nuraninya menjalar sampai ke pipi hingga memerah. Ketika Libra selesai pun, gadis itu masih terdiam.

"Kenapa lo?"

"E-eh. Enggak, kok."

"Baper lo?"

"Ih! Apaan, sih, Libra."

Libra terkekeh geli melihat wajah Aries yang semakin memerah.

"Gue mau tanya satu hal sama lo."

"Apa?" sahut Aries cepat sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

"Lo lagi dekat sama berapa cowok?"

"Hah?"

"Lo lagi dekat sama berapa cowok, bego!" ulangnya sekali lagi.

"Gak ada, kok. Cuma Libra aja yang mau dekat-dekat sama Aries," jawab Aries gamblang masih dengan wajah yang tertutup, malu.

"Eh, mungkin Maha lagi usaha deketin Ari, deh."

"Kalau lagi ngomong sama orang, muka jangan ditutupin. Gak sopan!"

Perlahan Aries mulai menurunkan telapak tangan dari wajahnya. Laki-laki itu sedang menatapnya sebal.

"Mulai sekarang, lo gak boleh dekat-dekat samacowok lain tanpa sepengetahuan gue. Karena gue gak suka!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro