prolog
Hai
Bantu ramaikan, dong. Kalau perlu share yes. Heheh.
Seperti biasa, 10 bab awal tayang bareng di KBM dan Wattpad. Oh, KK juga, deh.
Ramein pake komen ama vote juga.
Yang namanya prolog, artinya kenalan dulu. Sedih dikit, namanya prolog. Tar kalo dese dah metong, baru dah agak hepi.
Metong beneran, Mak? Kami suka cerita hepi ending.
Tergantung komen ama vote. Kalo sepi kek di work sebelah, si Hana-Hakim yang komennya hari ini rame, besok sepi, eke bikin yey nangis berjamaah.
***
Prolog KHG
Sudah pukul sembilan malam ketika Peony Eden melirik ke arah jam dinding di ruang tengah apartemen miliknya. Langit Jakarta juga sudah gelap. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa seseorang akan menghubunginya malam itu.
Peony lantas meletakkan piring nasi yang baru termakan sekitar dua sendok. Isinya hanya telur ceplok setengah matang dan dua sendok kornet yang dihangatkan di dalam kukusan nasi. Cuma menu amat sederhana.
Sebenarnya, dia tidak nafsu makan. Tapi, jika tidak mengunyah nasi, maagnya akan kambuh. Jadi, sekadar mengisi perut tanpa ada keinginan buat menikmati menu makan malamnya, Peony memilih memasak menu makan malam itu. Lagipula, hanya dia sendiri yang makan. Seperti yang sudah-sudah, Ammar Bimantara, suaminya tidak bakal pulang.
Hari ini anniversary pernikahan mereka yang ke tujuh. Tapi, tidak ada yang istimewa. Sama saja seperti hari-hari sebelumnya. Dua tahun lalu adalah terakhir Peony menyiapkan perayaan sederhana untuk mereka berdua. Sayangnya, Ammar datang terlalu terlambat, lewat tengah malam, dan ketika tiba di rumah, dia terkapar di sofa dengan mulut bau alkohol. Mabuk berat. Saat yang sama, ponselnya bergetar dan Peony memeriksanya. Sebuah pesan dari rekan kerja suaminya yang juga dia kenal, Pinkan Anastasia.
Makasih traktirannya malam ini, Hun. Nanti, kalau lo butuh curhat, cari aja gue😘
Jantung Peony berdebar amat cepat dan waktu itu, dia ingat sekali, tangannya gemetar dan kepalanya pening. Dia berusaha berpikir positif, tapi, sejak saat itu, Ammar bukan lagi seperti yang dia kenal.
Dan kini, karena dia tidak sanggup lagi menghabiskan makan malamnya, Peony memilih membuang sisa nasi ke tempat sampah dan membasuh piring sebelum akhirnya mematikan semua lampu di dapur. Dia sempat berjalan menuju balkon untuk menutup pintu, lalu mendapati, petir dan guntur saling sambar. Di seberang apartemen mereka tampak terang, tanda kilat sedang memercik dan akhirnya, dia memutuskan untuk cepat-cepat mengunci pintu kaca balkon kemudian bergegas ke ruang tengah.
Apartemen yang dia tinggali tidak besar. Hanya punya satu kamar. Tapi, letaknya di pusat kota. Dia bisa pergi ke mana saja tanpa takut kejauhan. Tapi, yang paling Peony sukai adalah duduk menyendiri, memandangi langit kota saat sore sambil menyesap kopi hitam asli yang dia pesan dari kampung. Ammar menjemputnya dari sana, meminangnya di hadapan kedua orang tuanya yang merupakan petani karet rendahan, lalu memboyongnya ke sini.
… untuk kemudian, dia telantarkan sendirian setelah tujuh tahun ke sia-siaan.
Peony mengambil ponsel dan membuka aplikasi WA. Nama suaminya diletakkan paling atas dan disematkan di sana, sehingga walau pria itu tidak mengiriminya pesan, Peony bisa melihatnya. Namun, akhir-akhir ini, Ammar bahkan tidak membalas pesannya, termasuk pesan pagi tadi.
Selamat hari jadi. Sudah tujuh tahun kita jadi suami istri. Semoga tahun ini kita akan diberi hadiah oleh Tuhan. Kamu mau aku masak apa malam nanti?
Btw, aku ada kejutan menyenangkan, di lemari baju milikmu.
Gara-gara itu, Peony jadi tidak semangat. Tapi, sudahlah. Ammar sudah membaca pesan darinya walau tidak terbalas. Dia kemudian memutuskan membaca pesan-pesan lain yang datang ketika membuat status hari jadi pagi tadi. Salah satunya dari sahabat Peony, Mutia, yang masih memutuskan melajang hingga hari ini. Usia mereka sama-sama tiga puluh dua tahun.
Masih berantem? Dia balik g? Mo nginep ke tempat gue? Gue jemput. Mumpung masih di kantor.
Peony membaca pesan tersebut beberapa kali sebelum akhirnya dia memutuskan untuk mengetik.
Bentar lagi. Hari ini anniv kami.
Sebenarnya, di atas meja makan sudah tersedia kue tar kecil yang lilinnya belum dinyalakan. Siapa tahu, nanti Ammar pulang dan membawa sebuket bunga. Dia pasti sangat senang ketika Peony menunjukkan hadiah untuk pria itu.
Ow. Gtu. Ok, hv fun ya🥰
Pesan terakhir dari Mutia datang lagi dan Peony membalasnya dengan tanda terima kasih. Setidaknya, masih ada beberapa jam lagi sebelum tengah malam lewat dan karena itu juga, dia memutuskan berjalan ke kamar, menuju lemari pakaian tempat koleksi baju-baju milik suaminya berada dan mengambil sebuah kotak putih berpita emas yang sudah dia siapkan sekitar seminggu yang lalu.
Sebuah tespek dengan garis dua dan foto USG 2 dimensi dengan usia kandungan sekitar sembilan minggu. Bagi Peony, hal itu sudah jauh lebih dari cukup untuk dijadikan hadiah peringatan pernikahan mereka.
Tujuh tahun, kami mesti berjuang melewati banyak hal dan selalu gagal. Sekarang, setelah kami selalu sibuk dengan diri sendiri, anak ini hadir di dalam perutku.
Peony mengusap permukaan perutnya dengan perlahan. Ada rasa haru yang tidak bisa dia jelaskan dari mana, membuat air matanya luruh tiba-tiba dan dia berusaha tersenyum, walau gagal.
Dek, berjuang sama Bunda, ya. Kita rebut kembali hati Papa. Kita bawa kembali Papa ke rumah.
Peony mengusap air matanya, lalu mengembalikan hadiah kecil tersebut ke lemari dan dia berjalan meninggalkan kamar setelah mematikan saklar lampu. Malam ini, dia akan menunggu sambil menonton TV. lagipula, tidak nyaman berada di dalam kamar saat hari hujan seperti ini. Perasaannya tidak enak dan sebisa mungkin dia akan menantikan kedatangan Ammar lalu memeluk suaminya dan mengatakan kalau dia ingin ditemani oleh pria itu malam ini.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro