Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

💋KMD 💋 - CHAPTER 34


Meluruskan lekuk punggung ketika mobil yang dikendarai oleh Chansung berhenti di sebuah tempat peristirahatan terakhir. Ada sedikit rasa ragu yang tersirat di wajah Suzy. Tetapi ia sudah berniat untuk mengunjungi Yoona meskipun hanya sekali waktu.

"Suzy-ya, apa kau yakin tidak perlu aku temani?" tanya Soobong kembali memastikan.

"Iya Oppa. Lagipula tidak akan ada yang tersita karena kehadiranku," jawab Suzy sembari mengambil kacamata hitam dari dalam tas tangannya.

"Baiklah, hubungi aku jika sudah akan pulang. Aku dan Chansung akan mampir ke tempat pembelanjaan sebentar untuk membeli kebutuhanmu." Soobong turun dari mobil dan membuka bagasi. Kemudian mengulurkan satu tangkai bunga kepada Suzy. Well, Suzy memang alergi dengan serbuk sari pada bunga. Tetapi jika hanya satu tangkai, maka ia masih bisa tahan dan tidak akan bersin. Hal itu juga didukung oleh terapi akupuntur yang dilakukan oleh Suzy. Ia cukup terganggu akan alerginya tersebut. Mengingat banyak relasi kerja yang tidak mengetahui alergi Suzy dan beberapa diantaranya mengirimkan bunga sebagai simbol hadiah.

"Ini," ucap Soobong sembari mengulurkan bunga lily putih sebagai simbol empati.

Suzy menerima setangkai bunga itu dan sedikit menjauhkan dari indera penciumannya.

"Hmmm, arraseo Oppa." Ucap wanita itu sambil mengayunkan kaki turun dari mobil.

Ia sesekali membenarkan letak kacamata dan juga blouse hitam yang membungkus tubuh. Rok tutu warna senada ikut tersibak akibat embusan angin yang cukup kencang di siang menjelang sore hari itu.

Setelah mengembuskan napas kasar, Suzy mengayunkan langkahnya. Well, ini bukanlah pilihan yang mudah. Menemui salah satu wanita yang dibenci oleh Suzy dengan alasan yang masuk akal baginya. Well, meskipun sekali lagi, Yoona juga merupakan korban dari tingkah ayah mereka.

Suzy membuka kembali pesan singkat yang dikirimkan oleh Seojin. Pria itu menuliskan dengan sangat komplit letak pusara Yoona. Ia memindai area pemakaman kemudian melihat layar ponsel secara bergantian.

"Ah, ke arah sana," ucapnya sambil berbelok arah.

Seorang wanita dengan rambut yang disanggul rapi sedang meletakkan bunga di dekat batu nisan yang mencetak nama Park Yoona di sana.

Suara ketukan halus yang tercipta dari heels Suzy membuat wanita paruh baya itu menoleh. Wajah dengan tatapan sendu yang mengingatkan Suzy akan seseorang.

Ia melepaskan kacamata dan kembali menyatukan potongan memori masa lalu. Yah, tidak salah lagi. Itu adalah wanita yang terisak sambil bersimpuh di depan potret mendiang sang ayah. Air mata wanita itu terus terjatuh, seakan merasakan sakit yang teramat dalam karena kepergian pria itu.

Seketika tubuh Suzy melemas, setangkai bunga Lily yang berada di tangan terjatuh begitu saja. Napas Suzy tiba-tiba terasa berat ketika mengingat momen yang sangat menyakitkan itu.

Membuat langkah mundur dengan kedua mata nanar. Wanita itulah yang sudah menghancurkan impian keluarga bahagia Suzy. Bahkan menciptakan kebencian yang masih menganga untuk ayahnya.

Dengan cepat, Suzy lantas membalikkan tubuh dan berniat untuk pergi dari sana. Tetapi suara menahan tangis membuat langkahnya terhenti.

"Suzy-ssi, mianhe." Suara itu terlontar disertai suara barang yang terjatuh di lantai.

Suzy menoleh dengan kedua mata yang sudah basah karena air mata. Ia menatap wanita paruh baya yang sekarang bersimpuh di hadapannya sambil tertunduk. Kedua tangan wanita itu meremas bagian gaun bawah.

"Mianhe Suzy-ssi, maaf sudah membuat kekacauan ini. Aku mohon bencilah aku, jangan Yoona. Putriku tidak mengetahui apa-apa," jelas wanita itu panjang lebar. Ia seakan mengetahui kebencian yang tercetak di hati Suzy.

Lidah Suzy mendadak kelu. Ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata dari bibirnya. Sungguh sebelum bertemu dengan wanita itu, ia ingin melontarkan sejuta makian. Tetapi entah mengapa kini seluruh sarafnya terasa berhenti begitu saja.

"Jinjja mianhe," ucap wanita itu sekali lagi.

Pegangan Suzy pada handle tas tangan perlahan melonggar. Ia menyeka air mata yang membasahi pipi. Kebencian yang bertumpuk itu hanya akan menyiksa hati Suzy. Yah, sampai kapan ia akan menanam rasa benci itu?

Ia meraih pundak wanita paruh baya itu dan memintanya untuk berdiri.

Mendongakkan wajah kepada Suzy dengan kedua mata yang berlinang air mata. "Bi-bisakah kita berbicara sebentar?"

Waktu berjalan begitu saja. Hingga memperlihatkan Suzy dan wanita paruh baya itu sedang duduk di kursi bawah pohon dekat pemakaman. Suzy tidak begitu tahu siapa nama wanita itu. Tetapi sang ibu pernah menyebutkan nama Yoo-Nari.

"Kau sangat cantik, seperti ibumu. Tetapi memiliki kharisma seperti ayahmu," tutur Yoo-Nari sambil memeta wajah Suzy dari bagian samping.

Suzy tidak menjawab bahkan pandangannya masih menatap nisan yang berjejer lurus-lurus.

"Yoona sangat bersalah kepadamu. Bahkan sebelum kepergiannya, dia memintaku untuk menjagamu. Menjadi ibu yang siap untuk mendengarkan keluh kesah dan meringankan beban hidupmu," tutur Yoo-Nari. "Meskipun belum pernah bertemu, tetapi Yoona sangat menyayangimu. Ia selalu memintaku untuk membelikan 2 barang yang sama ketika berbelanja untuknya."

Suzy masih bergeming. Well, ucapan itu sama persis dengan isi hati Yoona yang tertulis rapi di buku diary yang sempat dibacanya beberapa hari yang lalu. Tulisan yang terkesan tulus dengan segala isi hati yang tercurah di sana.

"Bahkan ia meminta Seojin untuk mencarimu dan menyampaikan permohonan maafnya. Di saat terakhir, kau yang diingat oleh Yoona karena rasa bersalah yang begitu besar." Yoo-Nari menjeda ucapannya. "Suzy-ssi sungguh maafkan Yoona, aku yang bersalah. Tidak seharusnya q menerima ayahmu untuk datang kembali ke dalam hidupku. Kami memang saling mencintai, tetapi status sosial membuat kami harus berpisah."

"Aku juga sangat merasa bersalah kepada ibumu. Dia wanita yang baik. Sangat baik hingga mau menerima perselingkuhan itu meskipun hatinya hancur. Bahkan dia memberikan begitu banyak hadiah ketika aku hamil dan melahirkan Yoona. Aku sangat ingat ketika dia datang menjengukku dan Yoona kecil. Hah, begitu besar hati ibumu." Yoo-Nari mencoba menyatukan kembali memori masa lalu yang tidak pernah terlupakan. "Sekali lagi maafkan aku Suzy-ssi."

Air mata yang sedari tadi ditahan oleh Suzy secara susah payah tidak mampu dibendung lagi. Ia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya hati sang ibu kala itu. Cinta bertepuk sebelah tangan yang tetap dipertahankan selama bertahun-tahun. Sungguh, kenapa sang ayah begitu tega memperlakukan wanita yang senantiasa menemani di sampingnya? Apakah pengorbanan dari sang ibu tidak bisa menumbuhkan sedikit cinta di hatinya?

"A-apa ayahku juga mencintai ibuku?" Suara parau disertai isakan terdengar dari bibir Suzy.

"Tentu. Bahkan ayahmu berniat pergi meninggalkanku ketika kau lahir ke dunia. Aku menyanggupinya. Tetapi ayahmu tidak tega jika harus meninggalkan Yoona begitu saja. Sesekali ia datang untuk mengajak Yoona berlibur. Paling sering satu minggu sekali, tetapi tidak tentu. Kadang hanya satu bulan sekali," tuturnya.

Suzy menoleh setelah mendengar penjelasan itu. "Anda tidak keberatan?"

Yoo-Nari mengulas senyum simpul. "Aku tidak memiliki hak untuk keberatan. Aku hanya mampu memberikan seluruh hatiku untuk ayahmu. Tidak bisa menyiapkan pakaian dan sarapan untuknya atau memberikan seluruh waktu untuk mengabdi seperti ibumu. Wanita simpanan sepertiku tidak memiliki hak itu."

Tangan Suzy meremas rok tutunya. Kemudian ia menunduk dengan isakan yang semakin menjadi. Tidak tahan dengan situasi di sana, ia lantas beranjak dan berlari meninggalkan Yoo-Nari.

"Suzy-ssi!" Panggilan dari Yoo-Nari diabaikan oleh Suzy. Wanita itu terus mengayunkan kakinya. Entah kemana langkah kaki itu akan membawanya pergi.

Air mata terus menetes tanpa henti. Ia bisa merasakan betapa hancur dan menderitanya kehidupan sang ibu. Tetapi hidup dari Yoo-Nari dan Yoona juga tidak lebih baik. Kedua wanita itu bertahan atas dasar cinta kepada pria yang tidak mampu menentukan pilihan.

"Suzy-ya!" Suara teriakan membuat Suzy terkesiap ketika melihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya.

Seketika tangannya seperti ditarik dan terjatuh dalam dekapan hangat seorang pria.

"Apa kau sudah gila! Kau membahayakan dirimu sendiri!" Wajah Seojin yang terlihat sangat khawatir tertangkap oleh netra Suzy. Membuatnya kembali terisak dan tenggelam dalam pelukan pria itu.

Isakan yang mengeras semakin terdengar. Suzy tidak bisa menahannya lagi.

Perlahan tangan Seojin mengusap kepala Suzy dan memberikan ketenangan. "Apa yang terjadi?"

Usapan lembut itu, pelukan hangat itu seperti membawa Suzy pada kejadian beberapa saat yang lalu. Ketika suara para pencari warta menyerukan namanya dan membombardir dengan sejuta pertanyaan. Tidak hanya itu saja, satu memori yang sempat terlupakan kembali mampir dalam benak. Ketika suara riuh para pelajar saling bersahutan dan melemparkan batu sembarangan. Kala itu Suzy merunduk mencari perlindungan, dan tiba-tiba satu tubuh kokoh mengurung tubuh ramping Suzy dan memberikan perlindungan dari timpukan batu.

Suzy kembali mendongakkan wajah dan memindai wajah Seojin. Ia menatap rupa tampan itu lekat-lekat, menyatukan potongan wajah yang dulu sempat menghantui ingatan Suzy. Yah, dia adalah pria itu.

Seorang pria dengan seragam sekolah khusus lelaki yang tiba-tiba datang seperti pahlawan bagi Suzy. Pria dengan satu anting yang tersemat di salah satu telinga. Wajah tampan yang menahan rasa sakit ketika satu batu menimpanya itu, kini terlihat sangat jelas.

"Ka-kau pria itu?" ucap Suzy terbata.

Seojin masih terdiam dengan pernyataan Suzy yang terkesan membingungkan.

"Benar! Kau pria yang menyelamatkanku dari perkelahian antar sekolah. Kau murid dari sekolah Hanseong? Sekolah khusus pria."

Kedua netra Seojin menatap Suzy dengan sungguh-sungguh. Ia mencoba menerka ucapan Suzy dan mengingat kembali momen yang dibicarakan.

Suzy kembali menelan saliva. Ternyata Seojin adalah cinta pertamanya.

TO BE CONTINUED....

Hai... hai maaf ya aku molor banget uploadnya. Semoga masih ada yang menunggu cerita ini hihihi

Sambil menunggu pemenang Giveaway receh yang aku buat, ini ada lanjutan bab yang nggak terlalu banyak. Aku bakal upload di wattpad 1 bab selama 7 hari sampai 10 hari. Kalau kalian nggak sabar bisa langsung meluncur ke aplikasi karya karsa ya. Di sana akan upload 5 bab sekaligus dengan estimasi 5000 kata. Perkiraan cerita ini akan segera tamat di maksimal 10.000 kata aja sih.

Selamat membaca, sehat selalu ya ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro