Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

💋 KMD 💋 - CHAPTER 33

Suzy mengarahkan tatapan pada Yunki, seketika seperti disadarkan dari alam mimpi. Yah, Suzy sedang menjalin hubungan bersama Yunki. Meskipun hanya hubungan pura-pura tapi Suzy tidak lupa jika Yunki pernah berkata akan berusaha merebut hatinya. Lalu sekarang? Ada nama lain yang terlontar dari mulut wanita itu. Pria yang tidak lain adalah sepupu dari Yunki. 

Menelan saliva berulang sambil menyusun kalimat penjelasan yang tepat. Apa yang harus Suzy katakan? Apakah ia harus membuat kebohongan lagi?

Alih-alih memberikan protes kepada Suzy, Yunki justru mengulas senyuman yang lebar ke arah wanita itu. "Apa kau baru saja dikunjungi oleh Seojin? Kamarnya berada di sebelahmu." 

"I-iya, itu bukan seper-"

"Aku bawakan lagu baru untukmu." Yunki menyela. Ia menunjukkan satu amplop berwarna cokelat yang diyakini Suzy berisi lirik lagu tentu saja. "Kau bisa mempelajarinya terlebih dahulu, maaf jika aku sudah memberikan pekerjaan baru lagi setelah pekerjaan panjang di Jeju. Kau bisa pelajari besok, tidak harus hari ini." 

Ocehan Yunki yang panjang dan lebar membuat hati Suzy semakin tidak enak. Pria itu masih berusaha bersikap baik saat Suzy secara tersirat menunjukkan perasaannya terhadap pria lain. Ah, sungguh ia merasa seperti wanita jahat. 

Tidak mendapatkan jawaban dari Suzy, Yunki meraih tangan wanita itu dan mengelusnya pelan. Senyuman tipis kembali tercetak di wajah yang sulit menunjukkan ekspresi itu. "Beristirahatlah, besok aku tunggu di studio." 

Tidak berhenti di situ saja, Yunki merogoh saku dari balik jaketnya dan mengeluarkan setangkai bunga warna merah dari sana. "Aku tidak begitu tahu tentang hal yang romantis, tetapi banyak yang bilang wanita suka dengan mawar. Ini untukmu."

"Yu-yunki-ssi," ucap Suzy yang semakin merasa bersalah. 

"Wae yo? Kenapa raut wajahmu seperti ini," ucapnya sembari meraup wajah kecil Suzy. Rasa dingin dari kedua telapak tangan Yunki terasa menyentuh lapisan kulitnya. 

"Maafkan aku."

"Untuk?"

"Untuk tadi."

"Karena kau memanggilku dengan nama Seojin?" Yunki terkekeh. "Bukanlah hal yang besar, memangnya kenapa? Hanya memanggil saja bukan? Jangan terlalu dipikirkan, aku sangat mencintaimu dan akan terus seperti itu," ucap Yunki disertai kecupan singkat yang mampir di kening Suzy. "Meskipun kau tidak mencintaiku," batin Yunki miris. 

Gerakan mata Suzy tertuju pada kedua mata Yunki. Ia selalu takut dengan cinta yang terlalu dalam. Semua yang berlebihan bukanlah awal yang baik. 

"Jangan terlalu dalam, aku mohon," ucap Suzy. 

"Itu yang aku rasakan. Aku memang mencintaimu sedalam itu, sangat dalam." Yunki kembali menekankan. Ia mengulas senyum dengan jari yang mengusap pipi Suzy. "Istirahatlah dan simpan bunga mawar ini." 

Tanpa berkata lebih lanjut, Yunki membalikkan tubuh dan berjalan menjauh dari Suzy. Sesekali pria itu menoleh ke belakang dan memperhatikan pribadi Suzy yang masih berdiri di depan pintu. Lalu Yunki melambaikan tangannya kepada Suzy dan mendapatkan balasan senyuman tipis. 

Setelah melihat tubuh Yunki tenggelam di balik pintu lift, Suzy masuk ke dalam apartemen dan menutup pintu pelan. Ia menyandarkan punggung di pintu sembari menyugar rambut. Embusan napas kasar juga lolos dari bibirnya. Sungguh ia merasa terbangun dari mimpi. Momen yang tercipta bersama Seojin seakan terhapus begitu saja ketika menyadari eksistensi Yunki. Yah, pria itu sangat berjasa bagi Suzy. Ia memiliki hutang budi untuk ketenaran yang sedang dinikmatinya.

Ketika bersama Seojin, bayangan Yunki benar-benar sirna dalam hidup Suzy, seakan tidak pernah ada. Ia melupakan semua tentang Yunki, bahkan kebaikannya. Sekarang apa yang harus dilakukan olehnya? Ia tidak mungkin mungkin melukai hati Yunki. Namun, tetap bertahan di hubungan ini juga bukan pilihan yang baik. 

"Aku harus meninggalkanmu dengan cara yang benar. Kau orang yang baik Yunki-ssi, maafkan aku," ujar Suzy sambil menjatuhkan bokongnya di lantai. 

💋💋💋

"Nomor pelat mobilnya adalah Seoul-4G-5678."

"Model mobilnya adalah Mercedes Benz."

"Warna mobillnya adalah silver."

"Dia membuang mobilnya usai insiden itu."

"Rekaman di cctv dihapus dan menghilang, tidak ada bukti yang tersisa." 

Seojin mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang diucapkan oleh Namjun. Pria berlesung pipi itu terlihat sangat serius ketika menjelaskan setiap kasus yang sedang ditangani. Kali ini kasus kecelakaan Yoona yang penuh teka-teki seperti mendapatkan angin segar. 

"Lalu, dari mana kau mendapatkan semua bukti ini?" tanya Seojin masih terheran.

"Kau mungkin tidak sadar jika saat kejadian ada satu mobil yang terparkir di seberang jalan. Aku memeriksa CCTV di sisi yang lain dan melihat mobil itu, jadi aku mencarinya dan mendapatkan rekaman dari kamera dashboard." Namjun menjelaskan secara gamblang. Tidak heran jika pria itu dijuluki pengacara yang cerdas dan cukup teliti. 

Seojin tersenyum lega, akhirnya tersangka itu akan segera bertemu. "Lalu kau sudah memeriksa siapa pemilik mobil itu? Katakan kepadaku siapa pemiliknya?" 

Namjun menelan saliva, "pria tua di persidangan itu." 

Mengembuskan napas kasar ke udara kemudian menyandarkan tubuh ke kursi. Sepersekian menit kemudian Seojin meluruskan posisi tubuh. "Namjun-ah, apa kau bisa memperbesar rekaman CCTV itu, setidaknya kita bisa melihat siapa pengemudinya." 

"Karena letak CCTV ini terlalu jauh, jadi kualitas rekamannya tidak bagus. Pengemudinya sempat turun tapi tidak terlihat jelas hanya bayangannya saja," tutur Namjun. 

"Hah." Seojin kembali meloloskan napas dari mulutnya. "Kita harus segera menemukan pelaku itu Namun-ah, harus!" 

"Yah, aku akan berusaha semaksimal mungkin. Aku akan membawa rekaman itu ke temanku, siapa tahu kualitas videonya bisa dibuat lebih bagus," ujar Namjun positif. 

"Terima kasih."

"Jangan sungkan, aku akan berusaha lebih keras lagi." Seojin tersenyum lega setelah mendengar ucapan dari Namjun. 

Diraihnya sloki yang berisi minuman penuh kemudian menelan hingga tandas. Tangan Seojin meraih botol dan menuang ke dalam sloki itu sekali lagi. 

Suara pintu restoran Hoseo yang sudah ditutup secara paksa karena kehadiran Seojin dan Namjun berderit dan menampilkan presensi Yunki dari balik sana. 

"Wah, akhirnya muncul juga produser terkenal kita," seru Namjun. Sementara Seojin hanya mengulas senyuman tipis ke arah sang sepupu yang cukup lama tidak bersua itu. Ia masih melanjutkan tegukan demi tegukan minuman beralkohol dalam slokinya. 

Yunki hanya melemparkan senyuman ke arah Namjun, tatapan tajam tertuju ke arah Seojin yang duduk di depan Namun. 

"Ah, berikan aku minuman," pinta Yunki dengan tatapan yang berbeda kepada Seojin. Kali ini ada rasa benci yang memenuhi rongga hati. 

Namjun menuangkan soju ke sloki kosong Yunki, "wah setelah agensimu melejit kau sangat sibuk, sangat jarang berkumpul dengan kami."

"Tidak, aku tidak terlalu sibuk," jawab Yunki sekenanya. 

"Ah, aku hampir lupa. Ajak kekasihmu untuk berkumpul dengan kami, tidak disangka kau hebat juga dalam menaklukan hati wanita," beo Namjun yang kemudian melemparkan tatap kepada Seojin. "Bukan begitu Seojin? Siapa nama penyanyi cantik itu? Su...Su-" 

"Suzy...Angela Suzy," jawab Yunki sembari menelan minumannya dalam sekali coba. 

Minuman Seojin tersangkut di kerongkongan ketika mendengar nama Suzy disebut. Yah, ia merasa amnesia sesaat ketika menikmati waktu bersama wanita itu di pulau Jeju. Seakan sama sekali tidak mengingat jika Suzy sedang dikabarkan dekat dengan Yunki. 

"Ah...ya Angela Suzy. Aduh, sialan aku ingin ke kamar kecil dulu." Namjun bangkit dari duduknya sembari melonggarkan ikat pinggang. Pria itu langsung berjalan cepat ke arah toilet restoran. 

"Ehem." Seojin berdeham agar cairan menyengat itu tidak menyangkut di kerongkongan. Merasa usahanya tidak berhasil, ia langsung meneguk sekali lagi. 

"Jangan dekati Suzy," ucap Yunki tanpa basa-basi. "Kau ingat siapa dia bukan? Dia adik dari Yoona, apakah pantas kau menjalin hubungan asmara dengannya?" 

"Yunki, apa maksudmu dengan mendekatinya?" 

"Aku tahu apa yang kalian lakukan di Jeju." Yunki masih menuang soju ke dalam gelasnya. "Kalau aku tidak mengatasi fotomu yang membopong Suzy, bisa saja karir wanita itu hancur untuk kedua kalinya." 

Seojin terdiam. Ia mencoba mengingat foto yang dimaksudkan oleh Yunki. Ah, ternyata foto saat Suzy terjatuh di kolam renang. 

"Jauhi Suzy jika kau tidak ingin karirnya hancur. Jangan dekati dia hanya untuk mengobati luka patah hatimu Seojin. Apa karena kau melihat kesamaan antara Suzy dengan Yoona? Kemudian kau berniat mendekatinya? Tidak akan kubiarkan." Kali ini raut wajah Yunki menegang. Ia menatap Seojin lurus-lurus dengan tangan yang mencengkeram kuat sloki. 

"Awalnya memang aku menjaga Suzy karena Yoona. Tapi kali ini-"

"Kali ini apa? Apa kau mau berkata kau mencintainya?" Yunki terkekeh. "Kau ingat, kau pernah berkata tidak akan menyembuhkan luka dengan menghadirkan wanita lain di hatimu. Karena itu hanya sebuah pelampiasan? Apa kau lupa?" ucap Yunki masih dengan otot wajah yang menegang. Ia kembali meneguk minumannya hingga tandas. 

"Yunki, hubungan kalian hanya pura-pura." Seojin menjawab dengan tanpa beban. "Urusan hatiku, kau tidak perlu ikut campur."

Mendengar ucapan dari Seojin, Yunki semakin meradang. Ia bangkit dari duduknya dan menjatuhkan pukulan tepat di wajah Seojin. 

BRUKKK!

"Aku tidak akan biarkan kau menyakiti Suzy, atau menjadikannya pelampiasan cintamu yang belum usai. Jangan bicarakan cinta jika cintamu masih melekat pada seseorang yang sudah terkubur di dalam tanah Seojin!" teriak Yunki. Ia menarik kerah Seojin dan berniat menjatuhkan pukulan sekali lagi. "Aku sangat mencintai Suzy, dan kupastikan wanita itu akan menjadi milikku selamanya! Camkan itu!"

"Hey! Apa yang kau lakukan!" pekik Hoseo yang baru saja tiba dengan beberapa paper bag di kedua tangan. Ia segera meletakkan barang belanjaannya sembarangan dan melerai kedua sahabatnya. "Yunki apa kau sudah gila!" 

Yunki tidak menggubris kedatangan Hoseo, matanya yang memerah masih tertuju penuh pada pribadi Seojin. "Camkan itu!" 

Melepas kerah Seojin dan berjalan keluar restoran. Sementara Seojin mengusap sudut bibirnya yang berdarah akibat pukulan kuat dari Yunki. 

"Seojin, kau tidak apa-apa?" tanya Hoseo khawatir. 

"Tidak, aku baik-baik saja." 

Layar ponsel Seojin yang semula menghitam, tiba-tiba menyala dan menampilkan nama Suzy di sana. Ia meraih ponselnya dan membuka pesan dari wanita itu. 

Suzy : Besok tidak perlu mengantarkanku ke pusara Yoona. Aku akan pergi dengan Soobong Oppa. 

Seojin tidak segera membalas pesan singkat tersebut. Seojin tidak sedang mempermainkan perasaan Suzy. Tapi memang tidak seharusnya bertindak sejauh saat mereka berada di Jeju, mengingat Yunki juga sedang menjalin hubungan bersama Suzy. Well, meskipun hanya hubungan pura-pura. Seojin harus memperjelas semuanya, tentang perasaan dan memperbaiki kekacauan ini. 

Meraih ponsel dan menekan nomor Suzy. Seojin tidak memerlukan waktu lama untuk mendengar suara wanita itu. 

["Yeoboseyo."]

"Kau sedang dimana? Besok malam ada acara?" 

["Aku baru sampai di apartemen. Besok malam tidak ada, wae yo?"]

"Ada yang ingin aku bicarakan."

["Hm...aku juga ingin berbicara sesuatu denganmu."]

"Baiklah, besok kita berangkat bersama. Ah, aku akan mengirimkan alamat kepadamu." Seojin buru-buru merevisi ucapannya. Ia baru saja teringat jika keluar apartemen bersama terlalu beresiko. 

["Baiklah."] Panggilan keduanya terputus, Seojin yang melakukan. 

Suzy menutup ponselnya pelan, netranya kembali menatap langit hitam dengan taburan bintang. Di gedung seberang apartemennya terpasang baliho besar dengan potret wajah Suzy. Yah, Angela Suzy kembali bersinar seperti bintang di atas langit. 

"Suzy-ya, kali ini kau tidak boleh salah langkah. Aku akan memperbaiki semua kekacauan ini," ucap Suzy kepada diri sendiri. 

TO BE CONTINUED....

Memperbaiki kekacauan apa ya kira-kira? hihihiii

Haloooo udah pada siap buat Giveaway-nya belum? Ayo ayo merapat ke Instagram ya, besok malam InsyaAllah aku akan post kuis Giveaway di story aku :) 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro