Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

💋KMD💋 - Chapter 30


Wajah Suzy yang hanya terkena sinar temaram dari senter masih menatap Seojin lekat-lekat. Sementara pria gagah itu hanya bisa terdiam memandanginya. Yah...Seojin masih mengingat saat lembut dan dingin bibir mereka saling bermain dan melumat satu sama lain. Saat itu Suzy sedang berada di bawah kendali alkohol. Lantas sekarang? Apakah wanita itu sedang mabuk? 

Ah, apa mungkin ini efek ketakutan yang berlebihan? Atau wanita galak itu baru saja salah minum obat? Apa kepalanya habis terbentur sesuatu? 

Kedua mata Seojin berusaha memindai Suzy dari kepala hingga wajahnya. Meskipun ia tidak menemukan hal yang ganjil, semua tampak baik-baik saja. 

JEDER!!!

"Aaaaa!!!" Mendengar suara kilat yang menyambar, tubuh Suzy secara spontan memeluk tubuh Seojin erat. Hal tersebut membuat Seojin tersentak dan menjatuhkan senternya begitu saja. 

Napas Suzy yang berkejaran membuat tangan Seojin perlahan bergerak mengusap punggung wanita itu. "Gwenchana, ada aku di sini." 

Kata-kata yang menenangkan hati Suzy kembali terlontar dari bibir Seojin. Tangan Suzy masih memeluk erat dan menapaki punggung kokoh milik pria itu. Tubuh keduanya saling menempel, bahkan Suzy bisa mendengar detak jantung Seojin yang tidak beraturan. Well, itu adalah efek serangan pelukan yang tiba-tiba dari Suzy. 

Seojin menelan saliva berulang. Detak jantungnya semakin kencang dan tidak bisa dikendalikan. 

Rintikan air yang membasahi daratan diikuti petir yang sesekali menyambar menjadi pemandangan malam Suzy dan Seojin. Dalam ruangan yang hanya diterangi lampu senter, mereka masih mempertahankan posisi saling memeluk. Jika dilihat dari kacamata pribadi yang tidak mengerti cerita mereka, maka dua insan itu terlihat seperti sepasang kekasih. Well, kekasih yang saling melengkapi, Suzy membutuhkan perlindungan sementara Seojin ingin selalu bisa melindunginya. 

💋💋💋

Fokus Suzy tersita penuh pada pantulan wajahnya di cermin. Ingin rasanya ia memaki diri sendiri, karena kebodohan yang terjadi semalam. Mau disembunyikan dimana wajah itu saat melihat Seojin? Ah...ia masih harus bertatap muka dengan Seojin selama 4 hari. 

Suzy mengembuskan napasnya, kali ini lebih panjang. Soobong yang sedang mengusapkan blush on di tulang pipi wanita itu menaikkan salah satu alis. 

"Ada apa? Kau baik-baik saja?" tanya Soobong. 

Bibir Suzy masih terkatup. Ia tidak berniat memberikan jawaban kepada Soobong. Ah...tentu saja ia sedang tidak baik-baik saja. Mengakui perasaan kepada Seojin dengan langsung memberikan ciuman dalam itu sungguh mengacaukan hati dan pikirannya. Betapa bodoh dan memalukannya apabila mengingat kejadian semalam. Bahkan ia menjadi salah tingkah ketika Soobong tiba-tiba datang dan melihat mereka saling berpelukan. Seperti sepasang kekasih yang sedang kepergok bercumbu dalam kegelapan. 

Ambil sisi positifnya, mungkin saja setelah tahu perasaanmu Seojin akan mundur dan tidak akan mendekatimu. Lagipula pria itu masih belum selesai dengan masa lalunya. 

Pikiran Suzy yang lain berbisik seperti itu, membuatnya sedikit bisa bernapas lega. Well, semoga saja begitu. 

"Kau sudah siap?" tanya Soobong yang mendapatkan anggukan dari Suzy sebagai jawaban. 

Hari ini Suzy akan melakukan pemotretan dengan latar belakang laut Jeju yang indah. Well, meskipun untuk menangkap keindahan perhiasan biasanya dilakukan di dalam studio, tetapi keindahan pulau Jeju bisa menambah nilai jual. 

Suzy mengenakan gaun warna hitam dengan bahan ringan yang akan tersibak apabila tertiup angin. Tali spaghetti yang terkait di bahunya memperindah detail gaun polos tersebut. 

Seorang staf memakaikan kalung dengan liontin berbentuk kerang yang terbuka dan menampilkan satu mutiara putih. Kemudian pergelangan tangan Suzy dililit oleh gelang dengan kepala ular yang melingkar. Taburan berlian di gelang tersebut menambahkan kesan mewah produk Carties. 

Setelah semua persiapan usai, Suzy segera menuju ke lokasi pemotretan. Kemudian wanita itu mengurangi kecepatan langkahnya ketika melihat pribadi Seojin yang sudah siap dengan kamera di genggaman. 

Ah...Suzy sungguh tidak punya nyali untuk menampakkan wajahnya di depan Seojin. 

"Huft, anggap saja kemarin kau sedang mabuk," ujar Suzy kepada diri sendiri. Ia kembali melangkah dengan wajah yang menegang. "Yah...anggap saja begitu, karena aku pernah melakukan sebelumnya. Hashhh! Sial!" 

"Suzy-ssi kau sudah siap?" tanya salah satu staf yang membuat Seojin menoleh ke arah wanita tersebut. 

"Su-sudah, mari kita mulai," jawab Suzy tergagap. 

Netra Suzy sesekali mencuri lihat ke arah Seojin yang masih senantiasa menatapnya. Sialnya tatapan dari pria itu membuat Suzy tidak fokus, hingga kakinya tersandung batuan yang tersusun tidak beraturan di tebing Jusangjeolli. 

"Astaga ini akan terasa sangat memalukan jika harus terjatuh di depan Seojin," pasrah Suzy dalam hati. 

Namun, satu lengan kokoh menahan tangan Suzy sehingga membuat tubuhnya tidak menyentuh bebatuan tersebut. Kedua netra Suzy yang semula terpejam, membuka perlahan. Wajah tampan bercampur raut khawatir Seojin menjadi pemandangan pertama. 

"Kau tidak apa-apa?" Seojin memastikan. 

Suzy menelan saliva berulang, diikuti otot wajah yang menegang. Perbuatan Seojin membuat hati Suzy seperti diaduk tidak karuan. Ia buru-buru meluruskan posisi tubuh dan membenarkan letak gaun yang sempat tersibak karena tiupan angin. 

"Gwaen-Gwaenchana, aku tidak apa-apa." Suzy lantas membalikkan tubuh begitu saja. 

"Tidak perlu tegang, santai saja. Lagipula kau sedang tidak mengenakan sepatu beda warna," cicit Seojin yang membuat Suzy menoleh dengan bibir yang mengerucut kesal.

"Ish...pria itu sungguh menyebalkan!" gerutu Suzy. 

Tidak ingin membuang waktu, Suzy lantas berpose dengan apik. Ia menambah keindahan kalung yang melilit leher serta handwear yang dikenakan. Sebagai model, menampilkan produk menjadi lebih indah adalah tugas utama, dan Suzy berhasil melakukan hal tersebut. 

Kedua sudut bibir Seojin tidak berhenti tertarik ke atas, ketika potret Suzy terekam dalam layar kameranya. Entah kenapa senyuman wanita itu membuat jantung Seojin berdebar dengan keras, mungkin Suzy juga akan bisa merasakannya jika berada dalam posisi seperti semalam. 

Bibir ranum yang dipulas lipstik tipis itu rasanya masih tertinggal, manis dan membuat candu. Ah...Seojin buru-buru menggelengkan kepala untuk menghapuskan pikiran aneh yang melintasi benak. 

Dari kejauhan seorang wanita dengan goresan lipstik warna merah tua sedang mengamati kegiatan pemotretan yang dilakukan Seojin dan Suzy di ujung tebing. Melepaskan lipatan tangan di depan dada, dan membenarkan letak kacamata hitamnya. Hari itu Eunbi juga diundang untuk perayaan produk baru Carties Jewelry. Bagaimanapun juga ia masih masuk jajaran ambassador perusahaan tersebut, meskipun bukan global ambassador. 

Ia tidak banyak mengeluarkan reaksi atas kembalinya Suzy di dunia hiburan. Setelah beberapa menit membuang waktu untuk mengamati Suzy, ia membalikkan tubuh dan pergi menjauh. "Aku akan singkirkan semua penghalang ketenaranku." 

Saat akan menangkap pose Suzy yang sedang menengadahkan wajah dan menampilkan leher jenjangnya. Seojin memindahkan fokus dari kamera ke presensi Suzy. Tali yang menyatukan kedua belahan dada wanita itu terlihat melonggar. Jika tidak segera diperbaiki, maka dada penuh wanita itu akan terekspos. Ia menyapukan pandangan ke sekeliling, tidak ada staf wanita di sana. Batang hidung Soobong juga tidak nampak. 

Tidak ingin Suzy menjadi tontonan beberapa pasang mata lelaki, Seojin berjalan mendekat. Gerakan tangannya yang tiba-tiba membuat Suzy terkesiap. 

"Yak! Apa yang kau lakukan?" ucap Suzy dengan intonasi menekan. 

"Merapikan bajumu." Jawaban tersebut membuat Suzy melihat gerakan tangan Seojin dan wajah pria itu secara bergantian. Ia ingin mengeluarkan sumpah serapah, mana mungkin bisa melupakan pria itu jika sikapnya seperti ini.

Suzy ingin mengabaikan Seojin agar debaran jantungnya tidak terlalu bergemuruh. Ia mengedarkan mata ke sekeliling, lantas sinar mentari membuat wanita itu menangkupkan tangan di dahi sebagai perlindungan. 

Tangan Suzy yang kecil tidak bisa menghalau keseluruhan sorot mentari yang menerpa wajah. Hingga tangan besar Seojin membuat perlindungan tersebut menjadi sempurna. "Hanya tinggal dua kali pose saja. Bertahanlah sebentar." 

Suara Seojin yang berat dengan intonasi lirih menggetarkan hati Suzy. Sial! Mengapa pria itu semakin menempel kepadanya? Bukankah seharusnya ia menjauh karena mendengar pernyataan cinta Suzy yang serampangan itu? Atau setidaknya pergi karena mendengar pernyataan cinta dari adik kekasihnya yang sudah tiada. 

Setelah merapikan tali pada busana Suzy, Seojin kembali ke posisinya. Ia segera menyelesaikan tugasnya agar Suzy tidak terlalu lama berada di bawah terik mentari. Well, cahaya mentari di tengah hari cukup membakar kulit. 

"Oke done! Terima kasih semuanya," ucap Seojin usai menyelesaikan jepretan terakhirnya. 

Mendengar ucapan Seojin, Suzy langsung berjalan cepat melewati pria itu dan mendekati Soobong yang baru saja muncul. 

"Oppa, kau kemana saja? Kenapa kau meninggalkanku sendiri?" protes Suzy. 

"Aku sedang ke toilet sebentar, apakah terjadi sesuatu?" 

"Tidak ada," jawab Suzy. Wanita itu masih memasang wajah kesal ke arah Seojin. 

"Oh ya, ada food truck yang datang untuk para staf," tutur Soobong. 

"Food truck, kau memesannya?" Suzy bertanya malas. Pandangan Suzy kemudian tertuju pada sebuah truck berwarna putih dengan beberapa tempelan potret dirinya. 

"Aniya." Soobong menggelengkan kepala dan melanjutkan ucapannya, "dari Yunki-nim."

"Yunki? Ah, pria itu sungguh." Suzy menghela napas panjang. Yah, Yunki memang terlihat sangat berusaha untuk merebut hati Suzy. Meskipun Suzy sering mengabaikan pria itu. 

"Suzy-ssi terima kasih banyak untuk minumannya," ucap salah seorang staf. 

"Iya Suzy-ssi, terima kasih banyak," timpal staf yang lain. 

"Ne, sama-sama." Suzy menjawab sembari menganggukkan kepala santun. 

"Duduklah di sini, aku akan mencarikan minuman tanpa gula untukmu. Truck itu hanya menyajikan minuman cepat saja dengan kadar glukosa yang sangat tinggi." Soobong menjelaskan panjang lebar. Sementara Suzy mendengarkannya sambil melemparkan tubuh di kursi lipat yang sudah disediakan. 

"Hm," jawab Suzy singkat. 

"Minuman tanpa gula untukmu." Suara Seojin membuat Suzy mendongakkan wajah. Ia menatap wajah Seojin dan segelas matcha latte secara bergantian. 

Ingin rasanya menolak minuman segar itu, tetapi kerongkongan Suzy sudah kering kerontang. Salivanya sudah tidak bisa membasahi secara keseluruhan. 

Tidak mendapatkan jawaban dari Suzy, Seojin lantas mengangkat tangan wanita itu untuk memegang gelas matcha latte. "Minumlah, dengan memandangku saja tidak bisa menghilangkan dahaga."

Setelah mengucapkan kalimat yang membuat pipi Suzy merona merah, Seojin membalikkan tubuh dan berjalan pergi. 

"Yak! Han Seojin!" teriak Suzy dengan intonasi tinggi, tetapi pria itu terus berjalan dan tidak menanggapi. "Sungguh pria yang sangat menyebalkan!" geram Suzy, kali ini dengan intonasi yang lebih rendah. 

"Su-Suzy-ya, kau tidak menginginkannya?" tanya Soobong ketika melihat Suzy meremas cup plastik itu kuat-kuat, isiannya hampir tumpah akibat tekanan yang dibuat. 

Suzy melirik tajam ke arah Soobong, "aku menginginkannya!" Kemudian pandangannya kembali ke arah Seojin yang hampir menghilang. 

"Kau menginginkan pria itu?" Soobong berbicara lirih.

"Ya, aku menginginkan...yak! Oppa!" pekik Suzy yang membuat Soobong bangkit dari duduknya dan berlari menyelamatkan diri. "Argh! Sungguh menyebalkan!" 

💋💋💋

Seojin memantaskan diri di depan cermin. Kali ini ia mengenakan setelan berwarna hitam dengan kemeja putih kerah berdiri. Kedatangannya ke pesta Carties Jewelry bukan lagi untuk bekerja sebagai fotografer, melainkan tamu undangan. Jadi sudah sepantasnya Seojin memilih busana yang sesuai. 

Helaan napas panjang lolos dari bibir Seojin. Ia tidak mengabaikan ungkapan yang terucap dari Suzy semalam. Namun, Seojin sedang mempertanyakan hal yang sama pada hatinya. Akhir-akhir ini bayangan Yoona tidak lagi muncul ketika menatap Suzy. Hanya sosok wanita bernama Angela Suzy yang terlintas. Hanya dia...yah hanya wanita itu. 

Bahkan Seojin tidak bisa menahan senyuman ketika melihat Suzy. Ia akan khawatir berlebihan ketika Suzy berada dalam kesulitan, dan rasanya ingin selalu berada di dekat wanita itu. 

Ah...apakah salah jika Seojin memiliki rasa yang seperti itu? Apakah pantas? 

"Huft." Sekali lagi embusan napas lolos dari bibir penuh Seojin. Ia lantas keluar dari kamar dan menuju ke ballroom. 

Untuk menuju ke tempat acara, Seojin hanya perlu naik ke rooftop. Sebuah ruangan semi outdoor dilengkapi dengan kolam renang menjadi pilihan untuk acara peluncuran produk baru Carties. Tamu undangan yang datang didominasi dari berbagai negara, mengingat Carties adalah produk perhiasan yang mendunia. 

Sesekali Seojin menundukkan kepala ketika segelintir orang menyapanya. Well, siapa yang tidak mengenal fotografer handal Han Seojin, banyak perusahaan besar yang menunggu untuk bisa bekerja sama dengannya. 

Langkah Seojin terhenti ketika melihat presensi Suzy yang menuruni tiga baris anakan tangga. Rambut yang dibiarkan terurai, terbang bebas akibat embusan angin. Gaun warna cream dengan taburan swarovski di bagian dada membuatnya seperti putri disney. Jangan lupakan senyuman yang menawan itu. 

Tangan Seojin mengusap dada ketika detak jantungnya perlahan memburu. Semakin Seojin menatap Suzy, maka iramanya tidak beraturan. 

Ah, ini sungguh tidak masuk akal, Suzy sudah memiliki kekasih yang tidak lain adalah sepupunya sendiri. Apakah kau akan menjadi pecenor? Perebut cewek orang? Jangan konyol Han Seojin! 

Suzy membalas sapaan dari beberapa tamu undangan yang datang. Lantas langkahnya tertuju pada Seojin yang berdiri mematung, seperti terhipnotis kecantikan dari sang Dewi Korea. 

"Han Seojin," ucap Suzy dengan tegas. Ia menelan saliva berulang sebelum melanjutkan ucapannya, "jangan bersikap sok perhatian kepadaku. Aku tidak peduli dengan janji yang kau buat dengan wanita itu. Kami tidak saling mengenal. Ah...dan satu lagi, aku bisa menjaga diriku sendiri." 

Seojin tidak memberikan respon atas ucapan Suzy yang panjang lebar. Pria itu hanya menatap Suzy lurus-lurus. Tatapan yang jelas membuat Suzy salah tingkah. Entah pesona apa yang terkandung di dalam kedua iris gelap milik pria tersebut. 

Merasa diabaikan oleh Seojin, Suzy membalikkan tubuh serampangan tanpa memperhatikan pelayan yang hilir mudik dengan senampan minuman berwarna. Dengan sigap, Seojin menarik tangan Suzy hingga membuat tubuh keduanya saling menempel. Kedua pasang mata itu saling bertemu dan mengunci. Detak jantung keduanya saling berkejaran. Entah milik siapa yang lebih keras, yang jelas jantung mereka sama-sama berdebar ketika berada di posisi saling menempel satu sama lain. 

Dari sisi yang lain, terlihat Eun bi sedang memperhatikan Seojin dan Suzy sambil mendengus kesal. Kemudian wanita itu menyesap minumannya hingga tandas. "Sialan, dia ternyata juga dekat dengan Seojin? Tidak hanya menjegal karirku, tapi Seojin juga? What the hell!" 

"Noona, tamumu sudah datang." Haru yang merupakan asisten pribadi Eunbi datang bersama seorang pria misterius dengan topi yang menutupi sebagian wajah. 

Masih dengan raut wajah kesal, Eunbi membalikkan tubuh dan memberikan isyarat kepada Haru agar pergi meninggalkan mereka berdua. Tanpa menunggu lama, Haru lantas menuruti permintaan sang majikan. 

"Kau sudah mendapatkannya?" tanya Eunbi. 

"Sesuai dengan permintaanmu," ujar pria tersebut. 

Meletakkan gelas berkaki yang sudah kosong kemudian menerima amplop cokelat pemberian dari pria misterius itu. Eunbi membuka tali pengikatnya dan memeriksa isi amplop tersebut. 

Dahi Eunbi berkerut ketika melihat foto wanita yang sangat tidak asing baginya. "Wanita ini? Apa hubungannya dengan Suzy?"

"Dia saudara tiri Angela Suzy, putri dari selingkuhan mendiang pejabat Park."

Eunbi membulatkan mulutnya karena terlampau tidak percaya dengan kejutan ini. "Yoona? Park Yoona? Ternyata dia adalah anak haram dari ayah Suzy? Jadi mereka masih bersaudara? Ah...tidak disangka ternyata sifat merebut kebahagiaan seseorang adalah DNA dari mereka." 

Sorot mata Eunbi kembali terarah kepada Seojin dan Suzy yang masih saling berpandangan tetapi tidak sedekat tadi. Wanita itu tersenyum jahat ketika beberapa ide mulai melintasi benak. Well, Eunbi sudah melangkah terlalu jauh untuk mendapatkan Seojin. Jadi ia tidak akan membuat usahanya sia-sia hanya karena Suzy. 

"Nyamuk itu memang harus segera dimusnahkan. Kau beri sedikit pemanasan kepada wanita itu," perintah Eunbi sambil menunjuk ke arah Suzy. 

Sementara itu Suzy berusaha untuk terlepas dari tatapan Seojin yang mendominasi. "Menjauhlah dariku. Apa kau tahu bagaimana rasanya selalu didekati oleh seseorang yang tidak mungkin bisa bersamamu? Lagipula kau tidak akan berdosa ketika tidak menjalankan permintaan wanita itu. Aku yang menolaknya, jadi tolong hentikan semua ini. 

Suzy menghempaskan tangan Seojin yang masih memegang pergelangan tangannya. Pria itu tidak bisa berbuat banyak selain membiarkan Suzy terus berjalan menjauh. Hanya helaan napas yang terlontar dari bibir penuh pria tersebut. Well, mereka memang seharusnya berada pada jalan masing-masing. Seojin juga tidak ingin menjadi pihak ketiga hubungan Suzy bersama Yunki. 

Seojin meraih minuman beralkohol yang ditawarkan oleh pelayan. Ia langsung meneguknya dua gelas penuh, seperti pria patah hati. 

Langkah Suzy perlahan melambat ketika dirasa sudah berada cukup jauh dari Seojin. Ia sesekali menoleh ke belakang dan memastikan presensi pria itu tidak nampak lagi. 

"Minumannya, Nona." Seorang pelayan menawarkan. 

Suzy mengambil satu gelas jus jeruk lantas meneguknya perlahan. Sekarang ia sedang berdiri di samping kolam renang sambil berulang kali mengembuskan napas panjang. Hal itu dilakukan untuk mengurai rasa sesak yang sempat menggelantung erat di hati. 

Ketika hendak menyesap minumannya hingga tandas, tubuh Suzy seperti terdorong cepat hingga tercebur ke dalam kolam renang. Para tamu undangan yang hadir sontak berteriak meminta bantuan. 

"Suzy-ya! Astaga! Tolong seseorang tolong, Suzy tidak bisa berenang." Mendengar ucapan dari Soobong, Seojin langsung berlari sembari melemparkan jasnya sembarangan. 

Tanpa pikir panjang pria itu menceburkan diri dalam kolam renang yang memiliki kedalaman 2 meter itu. Ia segera berenang dan berusaha meraih tubuh Suzy yang hampir kehabisan napas. 

"Uhuk...uhukkk." Suzy masih berusaha mengatur napas setelah hampir mati di dalam sana. 

Bak pangeran, Seojin membopong tubuh Suzy ala bridal. Sementara lengan wanita itu mengalung begitu saja di leher Seojin. Ia membawa Suzy untuk keluar dari kolam tersebut. 

"Suzy-ya, kau tidak apa-apa?" Soobong berlari cepat menghampiri mereka yang baru saja keluar dari kolam. Sementara para paparazi tidak ingin kehilangan moment. Mereka langsung memainkan kamera untuk mengambil potret tersebut. 

"Seojin-ssi, cepat bawa Suzy ke kamar. Aku yang akan mengurus para wartawan ini," pinta Soobong sembari memberikan keycard kepadanya. 

Seojin tidak banyak bicara. Ia langsung membawa Suzy ke dalam kamar yang berada di tiga lantai ke bawah dari rooftop. Tubuh Suzy masih berada di dekapan Seojin, lemas akibat terkejut. Tetapi kedua netra wanita itu masih bisa menangkap dengan jelas rupa pangeran yang mengangkat tubuhnya. 

Menempelkan keycard pada engsel pintu hingga berbunyi. Seojin menggunakan tubuhnya untuk membuka pintu. Well, kedua tangan pria itu sedang mengangkat tubuh Suzy. 

Ia perlahan meletakkan tubuh Suzy di ranjang. "Cepat bergantilah baju. Gaunmu sangat basah...ah sebelum itu minum ini dulu." 

Seojin meraih satu gelas dari atas nakas, kemudian memberikannya kepada Suzy. Wanita itu hanya bisa menuruti perintah Seojin. Pribadi Suzy yang tegas beberapa waktu yang lalu tergantikan dengan sosok yang diam dengan bibir bergetar. 

"Aku ambilkan kau bathrobe." Langkah Seojin terhenti karena tarikan tangan Suzy. 

"Antar aku ke kamar mandi, aku akan berganti pakaian di sana." Suzy menjeda ucapannya sesaat. Kepalanya masih menunduk dan enggan melihat mata Seojin. Iris gelap yang bisa menenggelamkan hatinya entah kemana. "Dan jangan pergi." 

"Baiklah." Awalnya Seojin akan membiarkan Suzy bangkit seorang diri. Namun wanita itu masih terlalu lemas untuk menopang berat tubuh. 

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Seojin membopong tubuh Suzy dan mengantarkannya ke kamar mandi. Sungguh, saat itu mata Suzy tidak bisa berpindah dari sosok Seojin. Pria yang tiba-tiba mampir dan memberikan kehangatan. 

Menurunkan tubuh Suzy dan mengulurkan bathrobe yang baru saja diraihnya. 

Suzy menelan saliva sekali. Ia tampak ingin meminta bantuan tetapi ragu. "Bisakah kau membantuku?" 

"Apa?" 

Wanita itu membalikkan tubuhnya dan meraup helaian rambut secara keseluruhan. Memindahkan ke bagian depan, sehingga hanya menyisakan garis punggung yang ramping. 

"Aku tidak bisa membukanya, bisa kau bantu." 

"Ba-baiklah." Dengan berdebar, Seojin membuka resleting gaun Suzy pelan. Permukaan kulit tangan Seojin yang menyentuh punggung Suzy membuat buku kuduk wanita itu meremang. Well, jangan berpikir macam-macam, ini adalah keadaan yang mendesak. Suzy tidak ingin kedinginan karena tidak bisa berganti baju. 

Seojin bisa melihat putih mulus kulit Suzy ketika resleting itu terbuka sempurna. 

"Baju mana yang mau kau pakai?" tanya Seojin mengalihkan perhatian. 

"Ambilkan saja tas di kursi itu," pinta Suzy sembari menunjuk tas warna merah jambu. 

Dengan cekatan, Seojin mengambil tas yang dimaksudkan untuk Suzy. 

"Jangan kemana-mana," pinta Suzy sekali lagi. 

Seojin hanya bisa mengangguk. Ia berharap Soobong segera datang mengetuk pintu kamar itu. Ah...tapi sisi hati Seojin yang lain berkata berbeda, berharap Soobong tidak pernah datang dan mengganggu waktunya bersama Suzy. 

Ah...sialan, pikiran macam apa itu! 

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Suzy untuk berganti busana. Ia keluar dari kamar mandi dengan balutan gaun tidur panjang yang longgar. Namun entah mengapa Seojin masih bisa melihat kemolekan tubuh wanita itu. Sungguh, Suzy terlihat berkali lipat lebih cantik tanpa sapuan make up di wajah. 

Meraih tangan Suzy dan memapahnya untuk berjalan ke ranjang. "Bagaimana kau bisa terjatuh?" 

"Entahlah, aku merasa seperti ada yang mendorongku," cerita Suzy. "Apa para wartawan itu pada heboh?" 

"Soobong sedang menanganinya. Kau tidak perlu khawatir, sekarang berisitirahat saja." 

"Lalu acaranya?" 

"Kenapa kau memikirkan acara itu? Mereka pasti paham dengan keadaanmu. Sudahlah," tutur Seojin. 

Pria itu meletakkan punggung tangannya di dahi Suzy untuk memeriksa suhu tubuh. 

Tubuh Suzy yang semula dingin kini perlahan memanas karena sentuhan dari Seojin. Astaga! Perasaan macam apa ini? 

Ketika tangan Seojin perlahan turun ke salah satu pipi Suzy, wanita itu memegangnya. Kini kedua mata Suzy tampak memandang lekat-lekat iris gelap milik Seojin. 

"Apa yang kukatakan kemarin dan tadi adalah sebuah kebenaran," ucapnya lembut. "Kenapa harus kau pria yang kucintai?" 

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan hal itu?" tutur Seojin dengan nadanya yang teramat lirih tetapi menenangkan. 

"Yah, itu salah. Karena kau adalah kekasih wanita itu. Wanita yang sangat kubenci." 

"Kau tidak bisa mengontrol hatimu. Cinta datang tanpa kita sadari bukan? Lantas, apa kau menyesalinya?" Kini tatapan Seojin semakin dalam, seakan menyentuh relung terdalam hati Suzy. 

Jemari Suzy bergerak perlahan mengusap sisi kanan wajah Seojin dengan senyuman tipis yang tercetak di wajah. "Tadinya aku sangat menyesal karena sudah mencintaimu." 

Tiba-tiba sentuhan tangan Suzy berhenti ketika Seojin merangkum wajah kecil Suzy dan memberikan ciuman dalam di bibir merah jambu wanita itu. Debaran jantung Seojin semakin berdesir ketika kecupan panas itu tercipta. Bahkan rasa panas seakan memenuhi aliran darahnya. Entah apa yang merasuki Seojin. Ia hanya mengikuti apa kata hati. 

"Aku mohon, jangan menyesalinya," ucap Seojin di sela-sela kecupan panasnya. "Kau tahu, aku sangat takut kehilanganmu, Suzy-ya." 

TO BE CONTINUED....

Hai, maaf ya kemarin aku nggak jadi double update. Tapi kali ini aku update dengan total 3400 kata. Semoga enggak bosan ya. ❤

Selamat membaca....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro