💋KMD💋 - Chapter 29
Kedua netra Seojin yang mencuri lihat kepada Suzy masih tergambar jelas di ingatan. Tidak dipungkiri, tatapan dari pria itu sedikit mengacaukan konsentrasinya. Ah...sial sungguh sial. Kenapa takdir sangat membenci Suzy hingga memberikan jalan hidup yang menyebalkan seperti ini?
"Argh!" Mengoyak rambut frustasi. Hal tersebut menyita perhatian Soobong dan membuatnya menoleh.
"Ada apa? Kau sakit kepala?" tanya Soobong khawatir. Ia tidak mungkin membiarkan Suzy sakit di saat puluhan jadwal sudah memburu.
"Aniya Oppa, aku baik-baik saja," jawab Suzy singkat. Rencana bekerja sambil liburan tampaknya hanya akan menjadi sebuah angan-angan belaka. Well, bagaimana bisa ia liburan bersama pria yang paling dibenci? Ah...ralat, pria yang paling dihindari.
"Kau harus beristirahat lebih awal, besok kita berangkat ke Jeju pagi-pagi," tutur Soobong. Kemudian pandangannya teralih kepada Chansung, "Chansung-ah, besok jangan sampai terlambat. Kau harus sampai di apartemen Suzy satu jam lebih awal untuk membantuku berkemas. Periksa juga mobil Suzy."
"Baik, Hyung." Chansung mengangguk paham. Ia melemparkan tatapan kepada Soobong dari spion dalam mobil.
Menyandarkan punggung di kursi dengan kepala yang sengaja diletakkan pada jendela. Ah, Suzy ingin perjalanannya ke Jeju mendadak dibatalkan, atau kalau tidak ada pergantian fotografer. Well, mustahil memang mustahil. Saat pemotretan selesai, Suzy sempat mencuri dengar jika Seojin adalah fotografer incaran perusahaan besar yang mendunia. Bahkan membutuhkan beberapa waktu untuk mendapatkan jawaban dari puluhan tawaran yang ditujukan untuk Seojin.
"Huft, dasar sok pemilih," ujar Suzy tiba-tiba. Ia sedang mengomentari sikap Seojin yang terlalu jual mahal dalam memilih tawaran untuknya.
"Suzy-ya, kau benar baik-baik saja?" tanya Soobong sekali lagi.
"Jangan hiraukan aku Oppa. Aku sedang berbicara sendiri," tukas Suzy semaunya.
Suzy melipatkan tangan di depan dada. Ia kembali mengerutkan kening diikuti bibir yang mengerucut. Presensi Seojin dengan tatapan dingin layaknya pangeran es kembali terlintas. Pria itu memang terlihat sangat dingin tetapi memiliki sikap yang hangat untuk Suzy. Semua perhatian Seojin terlalu membekas dan sulit untuk terlupakan. Di saat Suzy sedang dilanda sepi dan kebingungan, Seojin seakan datang untuk memberikan warna di hidupnya. Well, meskipun tidak banyak waktu yang mereka habiskan selama tinggal satu atap.
"Apa bagusnya wanita itu, sampai harus mogok memotret? Lalu kenapa tiba-tiba dia menerima tawaran memotret? Dasar pria labil!" Suzy kembali berceloteh seorang diri. Kali ini Soobong tidak bertanya. Ia pura-pura tidak mendengar dan menyibukkan diri dengan beberapa kontrak pekerjaan yang mampir di surelnya.
Tidak lama kemudian, mobil Suzy tiba di lobi apartemen. Ia berjalan gontai dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya yang lancip. Sementara itu, Soobong memeriksa barang yang perlu dibawa Suzy ke dalam apartemen.
Masuk ke dalam lift dan menuju lantai unitnya. Beberapa kali embusan napas kasar lolos dari bibir merah jambu yang sudah tidak berpulaskan lipstik. Suzy seperti kehilangan semangat untuk bekerja. Ia sebenarnya ingin marah kepada takdir, tetapi takut sang pemilik hidup makin memberikan ujian. Ah...tidak ada jalan lain selain profesional.
"Kau harus profesional!" Suzy memperingati diri sendiri.
"Tentu saja kau harus profesional, begitulah hukum bekerja." Suara seorang pria yang tidak asing terdengar cukup jelas ketika Suzy keluar dari dalam lift. Well, peringatan yang terucap tadi memang cukup keras.
"Yunki-nim?" Suzy sedikit terkejut ketika mendapati presensi Yunki di depan pintu unitnya dengan paper bag warna cokelat. Dari gambar yang tercetak di paper bag tersebut, Suzy sudah menduga jika itu berisi tteokbokki hangat.
"Kau tidak membalas ponselku, jadi aku putuskan untuk ke sini." Yunki membuat langkah mendekat kepada Suzy sembari mengusap puncak kepalanya. "Kau terlihat sangat lelah, aku bawakan kudapan hangat untukmu."
"Tteokbokki?" ucap Suzy menerka.
"Tentu saja, apalagi? Ah...aku sangat merindukanmu." Perlahan tangan Yunki merengkuh tubuh ramping Suzy dan mengeratkannya. Sementara Suzy hanya bisa mematung karena pelukan tiba-tiba itu. "Jangan terlalu capek, aku tidak ingin kau kelelahan."
Suara denting lift yang seharusnya membuka kembali menutup dengan angka yang bergerak ke lantai bawah. Seojin yang baru saja akan keluar dari pintu lift mengurungkan niat setelah melihat kemesraan yang diciptakan oleh Yunki. Well, ia memang memutuskan untuk kembali menempati unit apartemen yang berada satu lantai dengan milik Suzy. Entah apa yang membuat Seojin memilih untuk menghindari mereka. Bukankah lebih baik untuk menyapa mereka? Lagipula Yunki adalah sepupu Seojin, dan Suzy adalah adik dari Yoona.
"Kenapa aku menghindar?" tanya Seojin kepada diri sendiri. Ia pun terlalu bingung untuk menjawab pertanyaan itu.
Menghela napas kemudian melangkah keluar pintu lift. Ia memutuskan untuk membeli secangkir kopi sebelum kembali ke unitnya.
"Cappucino hangat satu," pesan Seojin kepada salah satu barista.
Tidak perlu menunggu cukup lama, Seojin sudah mendapatkan minuman sesuai dengan keinginan. Ia berjalan ke kursi di sudut ruangan dengan sisi jendela besar yang menawarkan pemandangan malam kota Seoul.
Ia menyesap perlahan minuman yang menghangatkan lambung itu. Kemudian tangannya menarik kamera dari dalam tas dan melihat hasil pemotretan hari ini. Kedua sudut bibir Seojin tertarik ke atas ketika melihat paras Suzy dengan senyuman merekah. Ekspresi inilah yang membuat Seojin ingin membuat pameran fotografi wajah.
"Kau terlihat sangat mencintai pekerjaanmu Suzy-ya. Kau sangat cantik," ucap Seojin begitu saja. Ini adalah kali pertama Seojin melihat Suzy sebagai dirinya sendiri bukan sebagai adik dari Yoona.
💋💋💋
Pagi itu Seojin pergi lebih awal dan akan berangkat ke pulau Jeju bersama dengan staf lainnya. Tentu saja Suzy akan ikut serta dalam satu penerbangan.
Beberapa kali Seojin memanjangkan leher untuk memastikan kedatangan Suzy.
"Maafkan aku." Setelah beberapa saat, suara Suzy terdengar oleh rungu Seojin. Ulasan senyum secara otomatis tercetak ketika melihat paras Suzy.
Beberapa kali Suzy menundukkan kepala sebagai permohonan maaf kepada para staff yang harus menunggunya. Ia terlambat bangun karena menghabiskan malam bersama Yunki. Hanya menghabiskan malam untuk menikmati ttebokki, tidak ada hal lain yang menjurus dalam romansa percintaan. Well, Yunki adalah pria yang baik. Perhatian yang tercurah bisa membuat Suzy melupakan Seojin untuk sementara waktu.
Ketika pandangan mereka bertemu, Suzy membuang muka dan terus melenggang melewati Seojin. Sikapnya yang acuh membuat Seojin terkekeh geli. Ah...wajah kesal Suzy lebih condong ke ekspresi gemas daripada kesal.
Mendengar kekehan tipis dari Seojin, Suzy menghentikan langkah dan menoleh dengan tatapan sengit. "Apa yang kau tertawakan?"
"Tidak ada, kau sudah mau mengajakku berbicara?" ujar Seojin membalikkan tubuh. Sekarang mereka berdua saling beradu tatap.
"Jangan harap lebih, kita hanya sebagai rekan kerja saja. So...bersikaplah profesional." Suzy memasangkan kacamata hitam kemudian berjalan meninggalkan Seojin begitu saja. Well, meskipun sebenarnya Suzylah yang harus diperingati untuk bisa bekerja profesional bersama Seojin.
Sementara itu Seojin hanya tersenyum sembari melihat punggung Suzy yang perlahan menjauhinya.
Setelah menempuh perjalanan udara selama satu jam. Rombongan Carties yang sudah tiba di bandara Jeju segera bergegas menuju tempat penginapan. Kali ini mereka menyewa sebuah villa besar dengan view pantai yang sangat memanjakan mata.
"Pemotretan akan dimulai besok, kau mau ikut jalan-jalan dulu?" Soobong menawarkan.
"Ah tidak. Aku akan berisitirahat saja di villa."
"Baiklah kalau begitu."
Untuk tiba di villa tersebut, merek harus menempuh perjalanan saat selama kurang lebih 30 menit. Villa itu terbagi menjadi dua bangunan, satu bangunan utama yang akan ditempati para staf pemotretan dan staf dari Carties, kemudian bangunan yang kedua akan ditempati oleh Suzy bersama Soobong untuk menjaga privasi.
"Suzy-ssi, pemotretan akan dilakukan besok pagi sambil menunggu perhiasan yang akan digunakan," jelas salah satu staff. Perhiasan eksklusif akan diantarkan dengan mobil khusus dan pengawasan yang ketat.
"Baik, tidak masalah," jawab Suzy.
Well, sebenarnya kepergian Suzy ke Jeju selama 5 hari tidak hanya untuk pemotretan semata. Ia juga harus menghadiri acara pameran Carties Jewelry di sana. Ia akan tinggal di villa selama dua hari kemudian berpindah ke hotel tempat perayaan tersebut akan dilaksanakan.
Suzy memilih untuk beristirahat di villa. Itu adalah pilihan terbaik agar tidak bertemu apalagi harus berbicara basa-basi dengan Seojin. Ia harus benar-benar menghindari pria itu.
"Ah, sungguh udara Jeju sangatlah nyaman." Suzy menghisap oksigen dalam hingga memenuhi rongga paru-parunya.
Jemari Suzy berselancar di ponsel. Ia membaca beberapa komentar tentang dirinya di media sosial. Sesekali sunggingan senyuman tercetak di wajah. Well, sangat membahagiakan ketika melihat orang berkomentar baik tentang kita.
Setelah beberapa saat menggulirkan layar ponsel, jemari Suzy berhenti pada sebuah video dengan banyak komentar yang tertinggal di sana.
Bono_bonoya : Ah...memang tidak enak menyimpan rasa. Sebaiknya ungkapkan!
Jimin-sshiiiii : Kalau aku lebih baik memendam. Gengsilah kalau harus mengungkap duluan.
Jiniya : Lebih baik ungkapkan biar lega.
Banyak komentar yang memberikan semangat kepada pemilik video tersebut. Rupanya sang pemilik akun sedang menyimpan rasa kepada seseorang. Well, seperti Suzy. Ah...itu bukan rasa yang sesungguhnya. Suzy yakin itu hanyalah perasaan yang larut karena sikap hangat dari Seojin.
"Pria berengsek itu! Kenapa harus perhatian? Kenapa tidak cuek saja? Kenapa mengizinkanku tinggal di rumah itu? Ah! Sialan!" geram Suzy.
Setelah lelah menggulirkan layar ponsel, ia menyandarkan kepala di bantal dan perlahan memejamkan matanya. Rasa kantung kian menggelantung erat di kedua mata. Lambat laun Suzy terlelap dalam keheningan.
Suara petir yang mengaung menghiasi malam pertama di Jeju. Bulan ini seharusnya masih musim panas. Namun entah mengapa sekarang musim sangat susah ditebak. Terkadang berubah tidak sesuai dengan prediksi.
Seojin berjalan menuju ke lorong dapur dengan ditemani senter di tangan. Petir yang menyambar membuat aliran listrik terputus, sehingga tidak ada penerangan sama sekali di villa tersebut.
"Astaga! Aku juga tidak dapat sinyal," gerutu Seojin ketika tidak melihat penampakan sinyal di layar ponsel.
Setelah menemukan satu buah lilin, Seojin menyalakannya dengan korek api yang tersedia di bagian dapur. Ia hanya seorang diri di bangunan utama. Well, seluruh staf memutuskan untuk menikmati keindahan pulan Jeju. Sementara Seojin lebih memilih untuk tinggal di villa karena terlalu lelah.
Dering ponsel yang terdengar mengalihkan perhatian Seojin, ada nomor baru yang muncul di layar ponsel.
"Yeoboseyo," ucap Seojin dengan intonasi yang tinggi.
["Seo...seojin-ssi."]
Suara dari balik ponsel terputus-putus, sehingga Seojin harus kembali bertanya siapa yang melakukan panggilan itu. "Yeoboseyo."
["Su...zy ta petir. Bi sa, Seojin-ssi."] Sinyal yang hilang timbul membuat Seojin sulit menangkap perkataan yang muncul dari ponsel.
"Halo, Suzy? Kenapa Suzy?"
["Seojin-ssi, Suzy di villa sen...."]
["Dia sangat takut pe...tir."]
Panggilan yang tersebut putus begitu saja.
"Yeoboseyo! Yeoboseyo!" Seojin berusaha mengumpulkan informasi lagi tetapi terlambat. Ia sudah tidak bisa mendapatkan sinyal di ponsel.
Dari perkataan yang terputus-putus itu, Seojin mendengar dengan jelas nama Suzy. Tanpa pikir panjang, ia segera keluar bangunan dengan senter di tangan untuk segera menuju ke bangunan tempat Suzy tinggal sementara.
"Aaaaaaaaaaa!!!" Dari kejauhan, Seojin bisa mendengar suara teriakan setelah gemuruh petir mengudara di langit. Ia segera mempercepat langkahnya. Udara yang bertiup terlalu kencang menerbangkan payung Seojin, hingga membuat tubuhnya basah.
Seojin tidak peduli. Ia terus berlari menuju ke via Suzy.
"Suzy-ssi! Kau tidak apa-apa?" teriak Seojin sambil mengetuk pintu dengan sangat keras. Namun, Suzy tidak menjawab. "Suzy-ssi!"
Suara petir yang menyambar kembali membuat Suzy berteriak ngeri. "Aaaaaaaaaa! Eomma!"
Teriakan Suzy yang menggema, membuat Seojin semakin khawatir. Tanpa pikir panjang, ia lantas mendobrak pintu yang terkunci itu dengan sekuat tenaga.
Percobaan pertama gagal. Ia kembali membuat ancang-ancang dan melemparkan tubuhnya ke arah pintu. Namun, pintu tersebut masih tidak mau terbuka.
"Eomma! Aku takut!" Sekarang suara Suzy terdengar disertai dengan isakan.
Entah apa yang merasuki tubuh pria itu. Seojin terlihat kesetanan dan langsung mengerahkan semua tenaga untuk mendobrak pintu tersebut kuat-kuat. Ketakutan disertai rasa khawatir memenuhi benaknya.
BRAK!!!
"Suzy-ya! Kau dimana?" ujar Seokjin ketika pintu villa itu berhasil terbuka. Tepat di sudut ruangan, Suzy meringkuk dengan air mata yang membasahi kedua pipi dengan tubuh yang bergetar.
Seojin langsung menghampiri Suzy dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang bergetar. "Suzy-ya, tenanglah ada aku di sini."
Suzy masih menundukkan wajahnya. Malam diikuti petir adalah hal yang paling dibenci oleh Suzy. Karena suasana itu mengingatkan kepadanya tentang sosok ayah yang akan datang dan memeluk Suzy. Itu adalah salah satu momen bahagia bersama sang ayah. Namun, pengkhianatan yang dilakukan oleh ayah Suzy seakan menorehkan luka pada kenangan tersebut. Well, hingga detik ini petir yang bergemuruh bagaikan cuka yang menyiram luka dalam hatinya.
Melihat tubuh Suzy yang masih bergetar, Seojin merangkum wajahnya dan menatap lekat-lekat. "Gwaenchana, ada aku di sini."
Suara itu, perkataan yang terlontar dari bibir Seojin seperti obat yang menyejukkan hati. Tangan Seojin perlahan mengusap air mata di kedua pipi Suzy, kemudian memeluknya erat. "Aku akan selalu ada di sampingmu, jangan takut."
Untuk sepersekian menit, Suzy terdiam. Ia menikmati hangatnya pelukan Seojin yang sangat nyaman. Hatinya terasa hangat ketika tubuh gagah Seojin memeluk seakan memberikan perlindungan. Namun, tidak lama kemudian bayangan Yoona kembali melintas. Sontak Suzy mendorong tubuh Seojin untuk menjauhinya.
"Pergi! Apa yang kau lakukan di sini," ucap Suzy dengan nada parau.
"Suzy-ya, jelaskan penjelasanku."
"Pergi! Aku tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun darimu!" Suzy bangkit dari duduknya dengan intonasi yang semakin meninggi.
"Sebenarnya kau ini kenapa? Apakah kau sebenci itu dengan Yoona? Yoona juga korban dari perbuatan orang tua mereka! Tidak seharusnya kau sangat membencinya!" ujar Seojin yang tidak bisa menahan emosi.
"Kau tidak tahu bagaimana perasaanku! Pergi! Aku minta kau pergi dari hadapanku!"
"Aku memang tidak tahu perasaanmu, tapi yang perlu kau ingat, sampai napas terakhirnya...Yoona sangat menyesal dan merasa bersalah terhadapmu. Dia sangat menyayangimu seperti adik kandungnya sendiri," tutur Seojin dengan mata yang nanar. Ia nyaris menjatuhkan air mata, tetapi masih berusaha menahannya.
"A adik? Dia yang merebut ayahku! Ibunya yang merebut kebahagiaan ibuku! Dan dia juga merebut...." Ucapan Suzy terhenti. Air mata terus menetesa dari kedua matanya. Tatapan tajam dari Seojin membuat detak jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Sial! Suzy sudah tidak bisa menahannya.
Perlahan, Suzy membuat langkah mundur sambil sesekali menelan saliva. Salah satu tangannya memegang dada kiri yang masih berdetak dengan sangat kencang.
"Apa yang Yoona rebut? Dia sekarang sudah tiada. Yoona hanya ingin aku menjagamu dengan baik, itu karena dia sangat menyayangimu. Tapi kau malah bersikap seperti ini, kenapa?" Seojin masih tidak mengerti apa yang ada di pikiran Suzy. Wanita itu sudah dipenuhi oleh kebencian, sehingga sulit berpikiran positif kepada Yoona.
Suzy masih berusaha menahan rasa yang bergejolak di dalam dada. Namun, semakin ia menatap Seojin, rasa itu kian bercokol hebat di sana.
Ungkapkan saja agar lega, setelah itu pergi jauh dari hidupnya. Yah, dengan begitu hidupmu akan lebih tenang.
Perlahan, kaki Suzy melangkah mendekati Seojin. Tubuh mereka nyaris tertempel. Suzy mendongakkan tubuh dan menatap Seojin lekat-lekat.
Suzy menelan saliva sekali dan berjinjit, "Kiss me deeply, dan kau akan merasakannya."
Bibir Suzy merasakan lembut bibir Seojin. Tangan wanita itu tidak lantas diam, ia mengalungkan lengan di leher Seojin sembari memberikan hisapan yang dalam dan intens. Kedua mata Suzy ikut terpejam dan merasakan desiran yang meletup-letup di dalam jantung.
Seojin seperti terkena sengatan listrik. Tiba-tiba tubuhnya terasa kaku dengan pernyataan yang tertangkap oleh rungunya.
Setelah dirasa cukup, Suzy menghentikan ciumannya. Air mata kembali menetes dari kedua mata. "Itu yang membuatku sakit. Kenapa harus kau? Kenapa?"
TO BE CONTINUED.....
Double update hari ini gimana nih? 🤭🤭🤭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro