Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

💋KMD💋 - Chapter 25

"Menyangkal berita itu mungkin bisa memberi celah untuk membuat rumor yang tidak-tidak tentang dirimu," ujar Yunki sembari menginjak gas mobil perlahan. Malam itu Yunki yang akan mengantarkan Suzy ke apartemen. Well, Chansung tiba-tiba saja mengeluh perutnya sakit, dan Soobong mencari alasan lain. Entah disengaja atau tidak, mungkin saja Soobong ingin memberikan waktu untuk Suzy dan Yunki saling mengenal.

Mendengar ucapan dari Yunki, Suzy hanya bisa terdiam. Ia tidak ingin menyeret Yunki terlalu jauh dalam cinta sepihak ini. Tetapi menyangkal berita itu juga bukan perihal yang mudah. Haruskah Suzy melakukan ini untuk melupakan Seojin? Apakah ini cara yang diberikan oleh para dewa?

"Yunki-nim, maafkan aku tapi-" Ucapan Suzy terputus oleh Yunki.

"Suzy-ssi, mungkin kau belum bisa menyukaiku seperti aku menyukaimu. Tapi aku akan berusaha membuatmu sangat menyukaiku." Yunki terkekeh karena rasa percaya dirinya yang cukup tinggi. "Jangan menolakku sebelum aku berusaha. Setidaknya beri aku kesempatan sekali saja."

Suzy meletakkan kepala di sandaran kursi, netranya masih menatap Yunki yang fokus menyetir. Memberikan kesempatan bukanlah tindakan yang jahat bukan? Lagipula Yunki adalah orang yang baik, mungkin saja hubungan ini akan berhasil.

Perlahan pandangan Suzy mengabur, rasa lelah yang menggantung di pundak seakan menambah kelelahan tubuhnya. Hingga tidak lama kemudian ia terlelap.

Keheningan yang menyelimuti mereka, membuat Yunki menoleh sesekali. Bibir pria tersebut melengkung ke atas ketika mengetahui Suzy sudah terlelap di sebelahnya. Kali ini Yunki tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Selama beberapa tahun memendam rasa, ini adalah waktu yang tepat untuk merebut hati Suzy sepenuhnya. Well, ciuman itu bukankah merupakan sebuah lampu hijau?

Tidak lama kemudian, porsche hitam Yunki memasuki area Hannam the hills. Ia segera memarkirkan mobil dan berdiam diri di sana. Alih-alih membangunkan Suzy, Yunki justru memilih menatap paras ayu yang terlelap tanpa beban. Tatapan Yunki seakan enggan berpindah dari wajah Suzy, sangat menyenangkan. Ah, mungkin ini terkesan berlebihan, tetapi bukankah memandang wajah orang yang kita cintai adalah hal sederhana yang sangat menggembirakan?

Hingga suara berisik yang ditimbulkan oleh pertengkaran suami istri salah satu penghuni apartemen membuat Suzy membuka kedua mata secara perlahan. "Ah, sudah sampai. Kenapa tidak membangunkanku?"

"Kau terlihat sangat lelah, aku tidak tega untuk membangunkanmu," tutur Yunki.

"Maaf membuatmu harus menungguku tidur," ujar Suzy.

"Tidak masalah, justru aku tidak akan keberatan untuk melakukannya lagi," timpal Yunki.

Ia meluruskan posisi duduknya dan merapikan letak rambut yang sedikit berantakan. "Terima kasih banyak, Yunki-nim."

"Sama-sama, besok mau aku jemput?" tanya Yunki.

"Ti-tidak perlu, aku besok pagi akan dijemput Chansung," jawab Suzy.

"Mau pergi kemana?" selidik Yunki ingin tahu. Well, sekarang rasa ingin tahunya menjadi lebih besar.

"Bertemu dengan salah satu brand untuk membicarakan kontrak," jelas Suzy dengan senyuman yang menawan.

Melihat lengkungan yang tercetak, membuat Yunki ikut mengulas senyuman. Melihat Suzy bahagia adalah salah satu hal terbaik bagi Yunki.

"Selamat, aku senang mendengar karirmu perlahan membaik. Aku antar sampai ke unitmu?" Yunki kembali menawarkan. Rasanya tidak tega jika harus membiarkan sang pujaan hati berjalan seorang diri.

"Tidak apa-apa, kau pasti juga sangat lelah. Lekas pulanglah dan beristirahat," ujar Suzy.

"Baiklah, hati-hati." Yunki masih mengamati Suzy ketika wanita itu membalikkan tubuh dan melenggang masuk ke dalam lobi apartemen. Rambut panjang yang dibiarkan terurai berkibar mengikuti lenggokan tubuh.

Sesekali Suzy menoleh kepada Yunki sambil melambaikan tangan. Yunki pun membalasnya dengan lambaian dan diikuti senyuman gemas. Ah, hati Yunki terasa meledak-ledak, rasanya seperti ada semburan bunga yang bermekaran di dalam sana. Oh... inikah nama cinta....

💋💋💋

Ponsel Suzy berdering tanpa jeda. Ia mengatur waktu agar bisa bangun lebih awal untuk menguras keringat di gym kecil dalam apartemennya. Aktivitas yang sudah mulai padat harus diimbangi dengan olahraga yang cukup. Well, Suzy harus bisa menjaga stamina dan bentuk tubuh agar bisa bersaing di dunia hiburan.

Jemari lentik dengan polesan kuteks warna merah menyala meraba bagian atas nakas dan mencari benda pipih tersebut. Kedua mata Suzy perlahan terbuka dan mematikan alarm. Ia meregangkan otot leher dengan memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri. Diraihnya gaun lingerie yang semalam dilempar sembarangan. Gaun warna abu-abu itu digunakan untuk menutupi lingerie dengan tali spageti yang melekuk tubuhnya. Kaki Suzy menapakai lantai marmer dan berjalan menuruni tangga untuk menuju ke dapur.

Membuka kulkas kemudian menuang air putih dalam gelas. Setiap tegukan yang ditelan memberikan sensasi dingin pada kerongkongannya.

"Ah," desah Suzy. Ia meraup semua bagian rambut yang terurai kemudian mengikatnya tinggi-tinggi.

Tidak ingin berlama-lama di dapur, Suzy berniat untuk segera berganti baju dan segera menguras keringat. Namun, suara bel apartemen menunda niat Suzy. Ia segera berjalan menuju ke pintu tanpa melihat siapa tamu yang tidak diundang itu dari layar doorbell.

"Soobong Oppa memang selalu disiplin waktu, padahal baru juga jam segini," gumam Suzy sembari membuka engsel pintu.

"Oppa, jam berapa ini-" Ucapan Suzy terhenti ketika melihat presensi yang berada di balik pintu. Seorang pria tinggi berbahu lebar dengan balutan kaus putih yang dilapisi dengan jas warna biru muda.

Tanpa mengucap sepatah kata pun, Suzy lantas menutup pintu apartemennya. Tetapi tangan Seojin lebih cepat dari gerakan wanita itu.

"Sampai kapan kau menghindariku," ujar Seojin.

"Sampai kapan pun, anggap kita tidak pernah kenal dan tidak pernah saling bertemu, dan aku akan membayar uang sewa selama tinggal di rumahmu. Katakan saja berapa nominalnya, dan aku akan segera membayar," ketus Suzy.

Lengan Seojin yang kekar membuka pintu dan Suzy tidak bisa berkutik. Langkah kakinya maju perlahan hingga berhadapan cukup dekat dengan Suzy. Sorot netra kecokelatan milik Seojin mengunci tatapan Suzy. Perlahan bibir bervolume pria tersebut mengucapkan kata perlahan.

"Apa tidak ada kesempatan bagiku untuk menjelaskan situasi ini?" ucap Seojin.

Sembari melipat tangan di depan dada, Suzy berceletuk, "Situasi mana yang ingin kau jelaskan? Tentang kekasihmu? Atau tentang hubungan kami?"

"Tentang semuanya, aku tidak ingin kau membenci Yoona tanpa alasan. Dia tidak tahu menahu tentang perselingkuhan Ayah kalian." Seojin berusaha menjelaskan tetapi sepertinya tidak berhasil.

"Dan aku juga tidak memiliki alasan untuk menganggapnya sebagai seorang kakak. Sebaiknya kau segera pergi dari hadapanku." Mendengar ucapan tersebut, Seojin memundurkan langkahnya dan membiarkan Suzy menutup pintu dengan hentakan yang cukup keras.

Embusan napas kasar lolos dari bibir Suzy. Ia menempelkan punggung pada pintu yang sudah tertutup. Salah satu tangannya memegang bagian dada yang entah mengapa terasa sedikit perih. Ia sangat membenci Seojin. Bahkan ingin Seojin menghilang dari hadapannya untuk waktu yang lama.

Kenyataan jika pria tersebut adalah kekasih dari putri tiri sang ayah, membuat Suzy seakan dicemooh oleh takdir. Mengapa selalu ada Yoona di dekat pria yang sempat menyentuh hati Suzy. Dulu ayahnya, sekarang Seojin.

"Kau harus menghapus rasa konyol ini dari pria bodoh itu!" cecar Suzy memperingati diri sendiri. Ia melirik ke layar doorbell dan presensi Seojin masih terlihat di sana.

Sementara itu, Seojin memutuskan untuk meninggalkan unit apartemen Suzy. Dengan langkah perlahan dan sesekali menoleh. Ada beban yang menggelantung erat di hati. Ia ingin meluruskan kesalahpahaman yang tercipta antara Yoona dan Suzy. Mereka hanyalah dua wanita yang tidak seharusnya saling membenci.

Setelah tiba di lantai satu, Seojin lantas mengendarai mobil sportnya untuk kemudian menuju ke galeri Areumdaun. Ia belum berniat untuk kembali tinggal di unit yang secara kebetulan satu lantai dengan unit Suzy. Sekarang Seojin sudah resmi menjadi direktur utama dari galeri sang ibu. Mengelola galeri dan mengurusi semua pameran yang akan digelar di tempat tersebut.

💋💋💋

"Suzy-ah, apa kau baik-baik saja?" ujar Soobong yang duduk di samping Suzy. "Apa kau keberatan dengan kontrak tadi? Apa ada sesuatu yang salah?"

Suzy membenarkan posisi tubuh yang masih bersandar pada kursi. Ia menghela napas pelan dan menjawab, "Tidak ada, brand itu menawarkan kontrak yang sangat menggiurkan. Tidak ada poin yang merugikan kita."

"Lalu? Kenapa dari tadi kau tidak bersemangat? Apa kau sakit? Kau butuh obat?" ujar Soobong khawatir.

"Aku baik-baik saja." Suzy kembali menatap pepohonan yang seakan mengikuti langkahnya. Mungkin raga Suzy berada di sini, tetapi entah mengapa pikirannya hanya tertuju pada Seojin. Pria yang pernah menggetarkan hati Suzy hingga menumbuhkan rasa suka.

Selama perjalanan menuju ke apartemen, Suzy diam seribu bahasa. Ia langsung turun dari mobil ketika tiba di depan lobi. Membuat Soobong berdecak keheranan.

"Ada apa lagi dengan anak itu," gumam Soobong.

Langkah Suzy terhenti ketika seorang resepsionis di lobi apartemen memanggil namanya, "Nona Suzy."

Suzy yang mendengar namanya disebut lantas menoleh dan melihat seorang wanita dengan rambut yang diekor kuda menghampiri dengan se-bucket bunga mawar warna merah terang dan kotak berwarna keemasan.

"Ada titipin untuk Nona Suzy," ucap wanita tersebut.

Suzy mengerutkan kening dan menarik sepucuk kartu yang terselip di antara kelopak mawar merah. "Terima kasih.'

Menerima bucket tersebut beserta kotak warna emas berukuran sedang. Kotak itu terasa berat, membuat Suzy mulai menerka apa isinya. Perlahan Suzy membuka kertas ucapan tersebut dan membacanya. Lengkungan tipis tercipta di bibir Suzy ketika membaca nama Yunki di sana.

'Semoga harimu menyenangkan, makanlah cokelat ini saat sedang marah, jengkel atau merindukanku'

Senyuman pertama yang tercetak di bibir Suzy setelah seharian ini hanya bisa menekuk wajah karena kedatangan Seojin. Dering ponsel yang bergetar di dalam tas, membuat Suzy merogoh dan meraih benda pipih tersebut. Benar saja, si pengirim bunga dan cokelat namanya tercetak di balik layar Suzy.

["Sudah terima titipan dariku?"]

"Sudah, terima kasih. Tidak kusangka pria dingin sepertimu ternyata romantis juga."

["Aku sedang berusaha memenangkan hatimu."]

Suzy tidak menjawab. Ia hanya tersenyum simpul sembari melangkahkan kakinya. Sementara Soobong berjalan membuntuti Suzy.

["Bagaimana kalau malam ini kita makan malam bersama?"]

"Makan malam?" Suzy memastikan.

["Iya."]

"Baiklah."

["Aku akan menjemputmu."]

"Hm." Panggilan keduanya terputus, Suzy yang melakukan.

Soobong yang sedari tadi mencuri dengar, menyenggol lengan Suzy. "Yunki-nim sangat romantis. Menjalin hubungan dengan orang baru adalah obat patah hati yang terbaik."

Celetukan dari Soobong membuat Suzy menoleh ke arah pria berkacamata tebal itu. Patah hati terdalam memang saat belum sempat menyatakan perasaan. Well, Suzy juga tidak berharap perasaan itu diketahui oleh Seojin.

TO BE CONTINUED....

Hai maaf ya baru nongol, sempet nggak enak badan beberapa hari nih 🤧

Next chapter akan ada ....

Seojin yang pantang menyerah

Yunki yang bucin

Suzy yang tambah seksihhhh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro