💋KMD 💋 - Chapter 22
Aku tidak ingin melihatmu, tapi aku tidak bisa tanpa melihatmu.
.
.
.
"Suzy-ssi, Eomma meminta-" Ucapan Seojin tercekat ketika melihat Suzy membeku dengan pigura di genggaman.
Menoleh ke sumber suara dengan tatapan nanar yang menyelimuti kedua mata. Suzy masih menelaah situasi yang tercipta kala itu. Foto itu, wajah itu, apa maksudnya semua ini?
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Suzy dengan suara parau.
"Su-suzy aku bisa menjelaskan semuanya," ujar Seojin dengan tergagap.
"Jelaskan apa? Kau tahu siapa wanita ini? Kau tahu hubungan dia dengan keluargaku?" Pertanyaan Suzy mendapatkan anggukan dari Seojin.
"Wanita ini adalah kekasihmu? Lalu apa maksudmu membeli rumah keluargaku? Mengizinkan aku tinggal? Apa semua ini merupakan rencana dengan kekasihmu ini? Kalian membuat rencana untuk menertawakan kehidupanku? Kau datang untuk mempermainkan hatiku?" Serentetan pertanyaan terlontar dari bibir Suzy. Buliran bening yang sedari tadi tertahan di pelupuk mata akhirnya jatuh tidak tertahankan.
Tidak ingin terlihat menyedihkan, Suzy mengusap air matanya dengan buru-buru. "Aku menyesal telah menjatuhkan harapan untukmu. Sangat menyesal."
Belum sempat memberikan penjelasan, tubuh Seojin bergeser akibat senggolan yang dibuat oleh Suzy. Wanita itu pergi begitu saja.
Segala rasa kecewa, hancur, dan tidak terima bercokol hebat memenuhi relung hati wanita tersebut. Mengapa harus Yoona? Mengapa harus Seojin? Mengapa harus dirinya? Mengapa harus nama-nama itu yang mempunyai lakon menyedihkan.
Langkah kaki Suzy semakin memburu hingga keluar dari galeri. Sementara suara Seokjin masih menggema menyebut namanya.
"Suzy-ssi! Suzy-ssi!"
Suzy mengabaikan panggilan itu. Ia merasa semesta sedang menertawakan dirinya saat ini. Jatuh cinta dengan mantan kekasih wanita yang sudah mencuri cinta pertamanya?
"Apa-apaan ini?" ujar Suzy di antara isakannya.
Wanita itu tidak memiliki tujuan lain selain apartemen yang sudah lama ditinggal. Pandangan Suzy tertuju pada sepanjang jalan yang dilalui oleh taksi online yang dipesan.
Ia meraih ponsel dari dalam tas tangan dan mencari nama Soobong di sana.
"Yeoboseyo, Oppa. Malam ini aku kembali ke apartemen. Aku akan tinggal di sana mulai malam ini." Suara Suzy terjeda untuk mendengarkan jawaban Soobong dari balik ponsel. "Ehm, arraseo. Gumawo Oppa."
"Ah, bodoh! Kenapa aku harus menyukai pria itu! Bodoh! Bodoh Bodoh!" Berkali-kali Suzy merutuki diri sendiri.
Baru saja akan merasakan kebahagiaan, Suzy harus kembali menelan pil pahit untuk kesekian kalinya. Entah mengapa bayangan masa lalu yang kelam seakan enggan berpindah dari hidup Suzy.
"Suzy-ya!" Suara Soobong terdengar nyaring. Pria berkacamata tebal itu melambaikan tangan dan menunggu Suzy di lobi apartemen.
"Oppa!" lirih Suzy menghampiri mantan asisten sekaligus satu-satunya orang yang dipercaya saat ini.
"Gwenchana? Apa yang membuatmu tiba-tiba memutuskan kembali tinggal ke apartemen ini?" tanya Soobong menaruh curiga. Ia merangkul tangan Suzy untuk masuk ke dalam lift dan menuju unitnya.
"Tidak mungkin ''kan aku merepotkan orang lain terus? Sekarang keadaan sudah mulai membaik, orang-orang tidak membahas skandal itu lagi dan fokus dengan karyaku. Ini saatnya aku menata kembali mimpiku Oppa." Suzy beralibi. Well, meskipun memang itu yang akan dilakukan untuk saat ini.
"Benar, itu adalah pilihan yang tepat. Saatnya kau menata kembali puing-puing mimpi yang sempat hancur. Aku akan mendukungmu," ujar Soobong tanpa ragu.
Mendengar dukungan dari Soobong, Suzy mengalihkan tatapan. "Mendukung? Oppa, apakah kau akan setia kepadaku atau seperti orang-orang yang pernah mampir di hidupku. Mereka datang, kemudian menunjukkan siapa wajah asli mereka. Datang, mempermainkan kemudian pergi begitu saja."
Menatap wajah Suzy dengan penuh tanya. "Suzy-ya, tidak semua orang seperti itu. Lagipula apabila mereka bersikap seperti itu belum tentu mereka mempunyai niat jahat."
Senyuman tipis dihaturkan untuk menanggapi ucapan Soobong. Memang benar ungkapan jika berharap kepada manusia hanyalah akan membuat sakit hati. Ia melangkah ke dalam apartemen dan mengedarkan kedua matanya. Tidak ada yang berubah dengan tatanan setiap sudut ruangan di sana. Semua masih berada di tempat yang sama. Termasuk satu foto besar yang menampilkan paras Suzy. Lengkungan tipis yang terbentuk, dengan pose anggun tercetak di sana.
"Tidak ada waktu untuk meratapi nasib, Suzy-ya. Yah, aku akan dengan mudah melupakan pria itu dengan menyibukkan diri dengan bekerja. Yah, aku harus melakukan itu," batin Suzy menyemangati diri sendiri.
Namun puluhan tanya dalam benak Suzy tentang alasan Seokjin berlaku baik kepadanya masih melayang bebas. Apakah sifat baiknya selama ini bagian dari rencana balas dendam sang kakak tiri? Apakah dia sengaja mendekati Suzy karena tahu hubungan diantara mereka?
"Sungguh, kenapa wanita itu tidak berhenti mengusik kehidupanku," gumam Suzy dengan kedua mata yang memerah karena menahan tangis.
Melemparkan tubuh di sofa panjang yang terletak di samping jendela besar. Suzy menaikkan kaki dan merengkuh dengan kedua tangan. Wajah Seokjin yang tersenyum dan segala perhatiannya mulai berputar lagi dalam memori. Perlahan buliran bening terjatuh dari kedua matanya. Ternyata semua perhatian itu hanyalah palsu. Semua kasih sayang yang diterima oleh Suzy itu hanya buatan.
"Mengapa wanita itu selalu memiliki apa yang ingin aku miliki?" ujar Suzy lirih. Embusan napas kasar juga ikut lolos dari bibirnya. "Eomma, mengapa aku harus melalui ini semua?"
💋💋💋
Menyugar rambut frustrasi sambil berjalan mondar-mandir di dalam ruangannya. Seojin berusaha menyusun kalimat penjelasan yang mungkin akan sia-sia. Well, siapa yang akan percaya dengan ucapannya. Suzy sangat membenci Yoona. Bagi wanita itu Yoona adalah bagian dari kehancuran di masa lalu, yang sekarang datang lagi.
Kedua iris Seojin berhenti pada potret wajah Yoona di bingkai yang tergeletak di meja. Ia meraih pigura kecil itu dan menatapnya lekat-lekat. "Apa yang harus aku jelaskan kepada adikmu, Yoona? Suzy-ya, mianhe."
Dering ponsel yang bersuara tanpa jeda, memecah perhatian Seojin. Ada nama Yunki yang tercetak di layar kaca.
"Yeoboseyo," ucap Seojin setelah menempelkan ponsel di salah satu telinga.
["Seokjin, besok malam kau datang ke perayaan YK Entertainment ya."]
Seojin mengerutkan dahi. "Perayaan?"
["Hey, kau benar-benar tidak mengikuti perkembangan dunia musik? Padahal adikmu bekerja di bidang itu. Sungguh keterlaluan."]
"Mianhe, aku terlalu sibuk dengan acara di galeri sebelum peresmian direktur. Perayaan dalam rangka apa?"
["Single terbaru Suzy benar-benar memecahkan rekor. Dia berada di urutan teratas selama beberapa minggu. Sungguh wanita itu memang pembawa keberuntungan."]
Seojin terdiam sejenak, lengkungan tipis mendadak terlukis di wajah. "Yah, dia memang pembawa keberuntungan."
["Untuk itu besok malam jangan lupa datang."]
"Baiklah aku akan datang, selamat untukmu Yunki."
["Kau memang harus datang, dan menjadi saksi saat aku akan mengungkapkan cinta untuk seseorang."]
"Mengungkapkan cinta? Kepada siapa?"
["Aku memang belum cerita kepadamu. Kau ingat gadis yang selalu aku bicarakan saat kita masih remaja dulu?"]
"Ehm ... ya aku mengingatnya. Jangan bilang, kau sudah menemukan gadis itu? Wah Daebakk."
["Benar, dan aku akan menyatakan cinta kepadanya besok."]
"Siapa gadis yang beruntung itu?"
["Suzy, Angela Suzy cinta pertamaku."]
"Suzy?" Seojin kembali memastikan rungunya tidak salah dengar.
["Ya, Suzy. Gadis itu."]
Seojin terdiam. Bukankah seharusnya ia bahagia mendengar pernyataan dari Yunki? Akan ada seorang pria yang akan menjaga Suzy. Harapan dari Yoona juga akan terwujud apabila itu terjadi. Yunki bukanlah orang lain. Ia adalah pria yang baik dan tidak pernah bermain dengan hati seorang wanita. Suzy layak mendapatkan pria seperti itu.
["Seojin, kau masih di sana?"]
"Ah, ya ya aku mendengarkannya. Aku pasti datang." Panggilan keduanya terputus, Seojin yang melakukan.
Melepaskan ponsel dari salah satu telinga. Entah mengapa ada perasaan aneh yang mengikis hati Seojin. Ia kembali menatap pigura yang menampilkan potret dirinya bersama Yoona.
"Yoona-ya, apakah kau dengar tadi? Yunki adalah pria yang baik. Dia pasti bisa membahagiakan Suzy. Mungkin cukup sampai di sini aku mengawasi Suzy dalam jarak yang dekat. Aku merindukanmu," ucapnya dengan lirih.
💋💋💋
Suzy duduk termenung di tengah dentuman suara yang mememakan telinga. Kali ini Yunki memilih klub untuk perayaan yang hanya dihadiri beberapa orang terdekat saja.
Suasana meriah yang tercipta sama sekali tidak bisa menghilangkan rasa sedih yang masih menggelantung erat di hati Suzy. Wanita dengan dress merah selutut itu meneguk beberapa sloki whiski dan mengernyit ketika kerasnya minuman itu menyerang kerongkongan.
"Ah." Suzy meneguk hingga tandas sloki ketiganya.
Hingga saat akan meneguk sloki keenamnya, lengan Yunki menahan gerakan tangan Suzy.
Suzy mendongak ke atas dan menatap Yunki dengan pipi yang memerah akibat dari minuman tersebut sudah mulai menyergap tubuh.
"Cukup," ujar Yunki yang mendapatkan senyum merekah di wajah Suzy. "Kau sudah mulai mabuk?"
Menggelengkan kepala dengan cepat. "Aniyaaa, aku tidak mabuk."
Duduk di samping Suzy sambil menyunggingkan senyuman tipis. Kedua mata pria berkulit pucat itu masih menatap Suzy lekat-lekat.
"Yunki-nim, chukkae," ujar Suzy yang kesadarannya sedikit terkikis karena alkohol.
"Selamat untukmu juga. Aku akan pastikan kau bisa menjadi publik figur terpopuler seperti dulu. Bahkan lebih populer," ujar Yunki.
Mendengar ucapan Yunki, air mata tiba-tiba menyelimuti kedua mata Suzy. Saat alkohol mulai menguasai hati, suasana hati memang bisa berubah dengan cepat.
"Hey, kenapa kau menangis?" Yunki buru-buru mengusap air mata yang baru saja menetes dan membasahi pipi Suzy.
"Yunki-nim, apakah aku sudah bisa mulai bahagia mulai detik ini?" tanya Suzy tiba-tiba.
Kedua tangan Yunki meraup wajah Suzy dan berkata, "Suzy-ssi, kau pasti akan bahagia. Aku akan mewujudkannya."
"Benarkah?" ujar Suzy dengan kedua mata yang masih diselimuti air mata.
Menganggukkan kepala kemudian menarik napas dalam-dalam. Yunki bersiap untuk menyatakan perasaannya. "Suzy-ssi ada yang ingin aku katakan kepadamu."
"Ehm, tentang apa?" Kesadaran Suzy yang tersisa separuh, masih bisa membuatnya menopang tubuh dan memperhatikan setiap ucapan Yunki.
"Aku mencintaimu." Pernyataan dari Yunki terdengar oleh rungu Suzy. Namun hanya suaranya saja. Kedua iris cokelat Suzy tertuju kepada presensi seorang pria dengan bahu lebar yang dibalut blazer warna navy dengan kaus putih di dalamnya.
Pria tersebut seperti mencari seseorang, bibirnya yang plum masih terasa di bibir Suzy ketika pertama kali mereka melakukan pagutan.
"Suzy-ssi." Tepat saat Yunki memanggilnya, pandangan pria berwajah teduh tersebut mengarah kepada Suzy.
Sontak Suzy langsung meraih tengkuk Yunki dan merapatkan posisi wajah. Ia sedikit membuka bibir dan memejamkan kedua matanya. Rasa dingin mulai terasa di bibir Suzy saat dengan senang hati Yunki menerima kecupan darinya.
Saat kecupan itu semakin intens, Suzy membuka kedua mata dan mendapati pribadi Seojin masih merekam momen itu dari kejauhan. Yah, pria itu adalah Seojin, Han Seojin yang pernah membuat Suzy merasa nyaman kemudian hancur dalam waktu yang berdekatan. Kim Seokjin yang ternyata merupakan kekasih dari wanita yang sangat dibenci oleh Suzy. Pria itu, yah pria brengsek itu.
TO BE CONTINUED....
Hai hai, adakah yang menunggu cerita ini? Hihihi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro